Kamis, 2 Oktober 2025

Pilpres 2024

Pakar Bedah Visi Misi Anies, Prabowo, dan Ganjar di Sektor Pertahanan, Siapa yang Unggul?

Pengamat militer dan pertahanan dari ISESS Khairul Fahmi membedah visi-misi tiga capres Anies, Prabowo, dan Ganjar khususnya dalam sektor pertahanan.

Penulis: Fersianus Waku
Editor: Adi Suhendi
Kolase Tribunnews
Capres Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo. Pengamat militer dan pertahanan dari ISESS Khairul Fahmi membedah visi-misi tiga capres khususnya dalam sektor pertahanan. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fersianus Waku

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Debat ketiga Pilpres 2024 yang bakal mempertemukan calon presiden (capres) antara Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo akan berlangsung di Istora Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (7/1/2024).

Dalam debat nanti terdapat enam sub tema, yakni pertahanan dan keamanan, hubungan internasional dan globalisasi, serta geopolitik dan politik luar negeri.

Pengamat militer dan pertahanan dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi membedah visi-misi dari ketiga capres tersebut, khususnya dalam sektor pertahanan.

Fahmi mengatakan, secara umum visi-misi Anies, Prabowo, Ganjar untuk sektor pertahanan sudah bisa memotret persoalan dan tantangan.

Menurutnya, para kandidat melalui programnya menawarkan gagasan-gagasan agenda prioritas untuk menjawabnya.

Baca juga: Jelang Debat Capres, Prabowo Disebut Kuasai Tema Pertahanan, Anies Komunikasi ke Syaugi, Ganjar?

"Kita hanya perlu menilai, mana yang paling baik, paling bermanfaat dan paling realistis untuk dijalankan," kata Fahmi kepada Tribunnews.com, Jumat (5/1/2024).

Fahmi menyebut, semua pasangan calon (paslon) berbicara mengenai desain postur dan sistem pertahanan yang akan dibangun.

"Mereka bicara soal modernisasi alutsista, pertahanan siber, soal profesionalisme dan kompetensi SDM, pengembangan teknologi dan industri pertahanan dalam negeri hingga soal kesejahteraan prajurit," ujarnya.

Sayangnya, kata dia, hampir semua paslon tampaknya melewatkan satu pertanyaan mendasar mengenai sumber anggaran untuk pertahanan.

"Kebetulan, hanya paslon 2 (Prabowo) yang mencantumkan komitmen peningkatan anggaran pertahanan secara bertahap sebagai salah satu prioritas," ucap Fahmi.

Baca juga: Protes Panelis, Gagasan Besar Hingga Isu Rohingya akan Warnai Debat Capres 7 Januari 2024

Fahmi menjelaskan, hal tersebut bukan tanpa alasan karena Prabowo belajar dari pengalaman sebagai Menteri Pertahanan.

Sebab, banyak rencana pembangunan postur dan belanja alutsista yang harus tersendat dan tertunda, karena keterbatasan anggaran pertahanan.

"Di antaranya bahkan ada yang sebenarnya mendesak untuk dilakukan. Misalnya, dalam hal peremajaan kekuatan udara dan laut," ungkapnya.

Di sisi lain, Fahmi menegaskan, tidak ada satupun paslon yang bicara soal "pekerjaan rumah" dalam rangka reformasi sektor pertahanan, seperti reformasi peradilan militer, evaluasi kelembagaan TNI, maupun agenda peningkatan transparansi dan akuntabilitas sektor pertahanan.

"Bahkan ironisnya, tidak ada satupun paslon yang secara eksplisit membahas keberlanjutan visi poros maritim dunia yang diusung oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo saat ini," tuturnya.

Padahal menurut Fahmi, keberlanjutan poros maritim dunia adalah sebuah visi strategis yang jelas didasarkan pada geopolitik Indonesia.

"Karena itu saya berharap nasib visi ini juga bisa dielaborasi dan dievaluasi dalam tanya jawab saat debat nanti," jelasnya.

Lantas siapa yang paling unggul?

Dia menjelaskan, pembangunan sektor pertahanan itu ibarat lari marathon dan estafet sekaligus.

"Dia butuh proyeksi jangka panjang, butuh penahapan, juga butuh perencanaan yang komprehensif, berkelanjutan serta didasarkan pada skala prioritas yang jelas dan terukur," ucap Fahmi.

Artinya, kata Fahmi, visi-misi itu harus tetap berpijak pada apa yang telah dilakukan dan dicapai sebelumnya.

"Kemudian ketika pengelola pemerintahan berganti dan orientasi kebijakan sektor pertahanan harus mengalami penyesuaian, mestinya arah pembangunan kekuatan pertahanan tak boleh mengalami perubahan yang drastis tanpa kejelasan," tegasnya.

Dia menuturkan, keunggulan bukan sekadar soal seberapa menarik visi-misi yang ditawarkan, melainkan seberapa mungkin gagasan-gagasan itu diwujudkan dalam satu tahapan pembangunan jangka menengah.

"Nah dari indikator di atas, menurut saya meskipun paslon 1 mengusung tema perubahan, namun sayangnya visi-misinya dalam sektor pertahanan justru sekadar menunjukkan keberlanjutan dengan beberapa polesan untuk mempercantik dan menampilkan kesan adanya kebaruan," ungkap Fahmi.

Fahmi menilai, Anies mengenalkan konsep New Essential Force yang dianggap sebagai gagasan baru, namun sayangnya tidak menggambarkan perubahan signifikan dari konsep MEF.

"Di sisi lain, visi-misinya justru jadi yang paling "genit" dengan komitmen kesejahteraan prajurit dan memperbanyak jenderal perempuan," tuturnya.

Selanjutnya, Ganjar mencoba menghadirkan kesan visioner dengan gagasan inovatif dan futuristik melalui gagasan modernisasi pertahanan SAKTI dengan keunggulan teknologi 5.0 serta meningkatkan kemampuan siber dengan perisai siber Nusantara.

"Masalahnya, apakah itu sesuatu yang mudah untuk diakselerasi dalam satu periode pemerintahan?" terangnya.

Fahmi mengatakan, sulit membayangkan sebuah agenda perubahan drastis bisa direalisasikan atau setidaknya dirintis dalam waktu yang singkat.

"Belum lagi gagasan itu membutuhkan transformasi pola pikir dan budaya dengan merujuk pada konsep yang sebenarnya membutuhkan prasyarat modernisasi sistem politik dan hadirnya masyarakat 5.0 sebelum diturunkan menjadi sistem pertahanan 5.0 itu," jelasnya.

Sementara itu, jelas dia, Prabowo tampaknya merumuskan visi-misinya dengan mengacu pada pengetahuan dan pengalamannya sebagai Menteri Pertahanan.

"Meskipun demikian, sifat kebaruan, progresivitas dan sustainabilitas, tetap tidak terlewatkan dalam jabaran visi-misinya," ungkapnya.

Menurut Fahmi, Prabowo mengawali misinya dengan komitmen peningkatan anggaran pertahanan secara bertahap.

Dia menilai, komitmen tersebut sekaligus bisa menjadi garansi untuk implementasi misi-misi prioritas selanjutnya.

Karena itu, kata Fahmi, tawaran konsep Prabowo yang paling komprehensif identifikasi masalahnya, sistematis perumusannya dan paling realistis untuk dijalankan.

"Tapi tentu saja gagasan-gagasan para capres itu masih perlu dielaborasi. Kita berharap para panelis dalam debat nanti, bisa menghadirkan pertanyaan-pertanyaan pemantik yang bernas," tuturnya.

Dia menambahkan, bisa saja paparan, penjelasan, tanggapan dan adu argumentasi para capres dalam debat mendatang, justru mampu mengubah persepsi.

"Banyak hal sangat mungkin menjadi lebih mudah dipahami ketika dituturkan langsung oleh penggagasnya ketimbang sekadar membaca dari apa yang dituliskan secara ringkas," imbuh Fahmi.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved