Pilpres 2024
TKN Delta Bicara Potensi Pertanian Masa Depan, Singgung Integrasi Konsep Hilirisasi dan Food Estate
Menurutnya, konsep hilirasasi pertanian dan proyek food estate menjadi salah satu faktor potensi tersebut.
Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Komandan TKN Delta Prabowo-Gibran, La Ode Labsin Naadu, bicara soal kondisi pertanian Indonesia saat ini dan bagaimana potensinya di masa mendatang.
Menurutnya, konsep hilirasasi pertanian dan proyek food estate menjadi salah satu faktor potensi tersebut.
Mulanya, Labsin mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022, bahwa sektor pertanian saat ini menjadi penyumbang utama lapangan pekerjaan dengan melibatkan 40,64 juta orang di Indonesia.
Baca juga: Bawa 2 Pensiunan Jenderal Kampanye di Banyuwangi, Mahfud Janji Sikat Mafia Perikanan dan Pertanian
"Lebih menarik lagi, mayoritas petani adalah laki-laki, mencapai 76,84 persen dari total, sementara petani perempuan mencapai 23,16%. Data ini seharusnya menjadi pemicu bagi kita, terutama pemerintah, untuk melihat potensi besar Indonesia sebagai pemimpin dalam dunia pertanian," kata Labsin dalam siaran pers yang diterima, Sabtu (30/12/2023).
Menurutnya, ambisi tersebut bukanlah sekadar impian kosong, melainkan berasal dari landasan yang kuat.
"Fakta bahwa lahan pertanian Indonesia mencapai 101 juta hektar, di mana 47 juta hektar telah digarap, meninggalkan 54 juta hektar sebagai potensi untuk perluasan pertanian," ujarnya lagi.
Baca juga: Bertemu Petani Banyuwangi, Cak Imin Janjikan Pertanian Jadi Bisnis yang Menguntungkan
Labsin menilai untuk mewujudkan potensi pertanian Indonesia, caranya lewat hilirisasi pertanian.
"Saya yakin bahwa hilirisasi pertanian adalah langkah yang tidak dapat dihindari untuk mencapai kesejahteraan petani Indonesia. Upaya untuk meningkatkan nilai tambah dalam sektor pertanian melalui hilirisasi telah menjadi tren dalam kebijakan pemerintah Indonesia," kata dia.
Dia menyebut hilirisasi menjadi kunci dalam meningkatkan kesejahteraan petani. Praktik penjualan langsung produk pertanian, seperti gabah tanpa proses pengolahan menjadi beras, dikatakan Labsin, telah menjadi kebiasaan yang menghambat pendapatan petani.
"Dengan memfasilitasi hilirisasi, petani dapat meningkatkan pendapatan mereka secara signifikan. Penjualan produk mentah umumnya
menghasilkan keuntungan lebih kecil dibandingkan dengan penjualan produk jadi atau setengah jadi," katanya.
Oleh karena itu, dia menilai sektor pertanian memerlukan nilai tambah konkret melalui pengolahan, pengangkutan, atau penyimpanan produknya.
Dia mencontohkan komoditas padi, perjalanan dari penanaman hingga menjadi bahan pangan siap konsumsi adalah perubahan bentuk yang signifikan.
Baca juga: Lahan Pertanian Terus Berkurang, Bulog Usul Penerapan AI Guna Tingkatkan Produksi Pangan
"Mulai dari benih, gabah, beras, hingga nasi, setiap tahap melibatkan transformasi nilai tambah yang berarti,tapi petani padi sering kali terbatas pada penjualan gabah kering panen, tanpa kemampuan untuk mengolahnya menjadi beras," kata dia
"Pendapatan dari penjualan gabah tidak mencapai potensi optimal, sehingga kebijakan
hilirisasi menjadi sangat penting untuk memberikan peluang kepada petani untuk mengolah hasil panen menjadi beras," katanya.
Maka itukah, Labsin menilai publik membutuhkan kebijakan hilirisasi yang tidak hanya memfasilitasi penjualan gabah, tetapi juga lebih memprioritaskan peluang bagi petani untuk mengolah hasil panen menjadi beras.
Langkah tersebut dinilai menjadi strategis dalam meningkatkan kesejahteraan petani dan meningkatkan daya saing pertanian.
Dia menegaskan bahwa hilirisasi pertanian bukan hanya tentang mengubah profesi petani di Indonesia menjadi lebih modern, melainkan juga mengubah paradigma dari "petani gabah" menjadi "petani beras."
Transformasi ini bukan hanya tentang pergeseran dari satu fase produksi ke fase berikutnya, melainkan sebuah evolusi dalam pemikiran dan tindakan petani.
"Dengan mengadopsi praktik pertanian modern, pemanfaatan teknologi, dan peningkatan keterampilan dalam mengelola proses produksi beras, petani tidak hanya menjadi produsen gabah tetapi juga perancang utama dalam menghasilkan beras berkualitas tinggi," kata dia.
Menurutnya, pentingnya hilirisasi pertanian juga tercermin dalam upaya mencapai swasembada pangan dan peningkatan kesejahteraan petani melalui proyek Food Estate.
Meskipun mendapat kritik, dia mengatakan proyek ini memiliki potensi besar untuk masa depan pertanian Indonesia.
"Pertama, Food Estate dapat menjadi laboratorium perkembangan pertanian dengan fokus pada pengembangan teknologi dan praktik pertanian terkini. Kedua, proyek ini diarahkan untuk mengembangkan lahan yang sebelumnya tidak produktif, memberikan peluang bagi rehabilitasi ekosistem dan peningkatan keberlanjutan lingkungan," kata dia.
Baca juga: Wujudkan Swasembada Pangan, Muzani Ajak Seluruh Elemen Masyarakat Majukan Pertanian Indonesia
"Ketiga, Food Estate dapat menjadi katalis untuk memberdayakan petani melalui akses ke pengetahuan, teknologi, dan pasar yang lebih luas. Keempat, proyek ini mendorong pengembangan agroindustri, mengurangi ketergantungan pada sektor pertanian tunggal," kata dia.
Kemudian, dia mengatakan bahwa food Estate menciptakan peluang ekonomi dan sosial di wilayah-wilayah terpencil melalui investasi dan penciptaan lapangan kerja. Terakhir, desain Food Estate dapat menjadi model untuk pertanian yang ramah lingkungan dan efisien dari segi energi.
"Namun, ada juga tantangan lain dalam Food Estate yakni memastikan bahwa petani yang
terlibat mendapatkan nilai tambah yang maksimal. Melalui pendekatan hilirisasi, pemerintah dapat membantu petani mengadopsi praktik modern dan memaksimalkan hasil panen mereka," katanya.
Kolaborasi antara Kementrian Pertanian sebagai sektor utama Food Estate dan Kementrian/lembaga terkait lainnya, dikatakan Labsin, menjadi kunci kesinambungan dalam mengangkat kesejahtraan petani.
Dengan mengintegrasikan konsep hilirisasi ke dalam Food Estate, dinilai pemerintah dapat menciptakan sinergi antara modernisasi pertanian, peningkatan produksi, dan kesejahtraan petani.
"Hal ini bukan hanya tantangan mengubah status ”petani gabah” menjadi ”petani beras,” malainkan juga menciptakan model pertanian yang lebih berdaya saing dan berkelanjutan di era Food Estate. Langka-langkah ini diharapkan akan membawa dampak positif pada kemandiriaan pangan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia," pungkasnya.
Sekilas Tentang La Ode Labsin Naadu
La Ode Labsin Naadu merupakan Wakil Komandan Tim Delta Prabowo-Gibran.
Dari informasi yang dihimpun, La Ode saat ini fokus terjun langsung sebagai pengusaha muda dan konsen dengan isu keterlibatan anak muda bisa berperan penting baik dari sektor kelautan pertanian maupun enterpreneur.
Pilpres 2024
PTUN Tunda Pembacaan Putusan PDIP soal Penetapan Gibran Cawapres, Mahfud Pesimis Bakal Dikabulkan |
---|
VIDEO Pembacaan Putusan Gugatan PDIP Soal Pencalonan Gibran di PTUN Ditunda Jadi 24 Oktober 2024 |
---|
Jubir PTUN: Penundaan Pembacaan Putusan Gugatan PDIP soal Gibran Tak Terkait Pelantikan Presiden |
---|
Hakim Sakit, PTUN Tunda Baca Putusan Gugatan PDIP hingga Setelah Pelantikan Prabowo-Gibran |
---|
BREAKING NEWS PTUN Tunda Pembacaan Putusan PDIP Gugat KPU soal Penetapan Gibran jadi Cawapres |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.