Pilpres 2024
Mengenal Sosok 3 Capres Peserta Pilpres 2024, Ganjar Ternyata Sempat Diberi Nama Belakang Sungkowo
Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto memiliki cerita dan latar belakang kehidupan yang berbeda-beda. Berikut sekelumit soal ketiganya
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setiap calon presiden peserta Pilpres 2024 Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto memiliki cerita dan latar belakang kehidupan yang berbeda-beda.
Ganjar Pranowo yang berasal dari keluarga anggota Polri sederhana, Anies Baswedan yang berasal dari keluarga akademisi, dan Prabowo Subianto yang berasal dari keluarga ekonom terkenal.
Latar belakang ketiga Capres pada Pilpres 2024 ini menarik diulas bagaimana mereka merangkak hingga nama mereka menjadi tidak asing di telinga masyarakat Indonesia seiring berjalannya masa kampanye.
Berikut sekelumit cerita dan latar belakang Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Prabowo Subianto:
Sosok Ganjar pranowo
Sosok Ganjar Pranowo ternyata memiliki nama Ganjar Sungkowo saat kecil. Namanya berubah menjadi Ganjar Pranowo saat hendak masuk Sekolah Dasar.
Ganjar Pranowo merupakan anak ke-5 dari 6 bersaudara, pasangan S Pamudji dan Sri Suparni.
Baca juga: Ganjar Pranowo Jelaskan Makna dari Slogan Cepat dan Unggul
Lahir pada 28 Oktober 1968 di desa lereng Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah, Ganjar.
Sewaktu kecil Ganjar diberi nama Ganjar Sungkowo oleh orang tuanya yang memiliki arti Ganjaran dari kesusahan atau kesedihan.
Hal itu, dilatarbelakangi kondisi keluarganya yang diliputi kesusahan, sehingga Ganjar Sungkowo diharapkan dapat menjadi ganjaran atau hadiah dari Tuhan di tengah kesusahan dan kesedihan.
Akhirnya kedua orang tuanya sepakat mengganti nama Ganjar Sungkowo menjadi Ganjar Pranowo saat mantan Gubernur Jawa Tengah tersebut memasuki sekolah dasar (SD).
Alasannya, Pamudji dan Sri Suparni merasa khawatir nama Sungkowo kelak membuat Ganjar selalu berkubang dengan kesusahan.
Hingga akhirnya dipilih lah nama Pranowo yang bermakna hati yang terang menjadi simbol semangat dan keteguhan dalam menghadapi cobaan.
Baca juga: Kunjungi Ponorogo, Atikoh Ganjar Serap Aspirasi Warga Pesantren
Kedua orang tuanya berharap, Ganjar akan mendapatkan ganjaran atau hadiah yang baik dari Tuhan jika tetap berjuang dan tidak menyerah menghadapi cobaan hidup.
Nama tersebut pun cocok dengan sosok Ganjar yang memiliki semangat luar biasa dan berjiwa kepemimpinan.
Jualan Bensin Eceran
Keluarga Ganjar pindah ke Kutoarjo mengikuti tempat tugas ayahnya sebagai anggota Polri.
Saat itu, usia Ganjar baru berumur anak SMP.
Ganjar pun lantas melanjutkan studi di SMP hingga masuk SMA Bopkri 1 Yogyakarta.
Saat Ganjar akan lulus SMA pada 1980, ayahnya pensiun dari dinas Polri.
Untuk menyambung hidup dan memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, ibunya membuka warung kelontong.
Saat anak-anak seusianya menghabiskan waktu bergaul dengan remaja sebaya, Ganjar justru membantu ibunya berjualan.
Dia tak sungkan menjual bensin eceran di pinggir jalan, depan warung kelontong keluarganya.
Hal itu, dilakoni Ganjar hingga tamat SMA dan lolos masuk Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada (UGM).
Menjadi mahasiswa, Ganjar aktif dalam kegiatan organisasi.
Ia memilih bergabung dengan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
Namun, kuliahnya di Fakultas Hukum UGM tak berjalan mulus.
Kondisi ekonomi keluarga memaksa Ganjar mengambil cuti selama 2 semester.
Selama cuti 1 tahun, Ganjar menghabiskan waktu dengan aktif di organisasi dan mencari uang dengan mengajar.
"Selama cuti, Ganjar tidak pernah pulang, dia aktif di kampus tapi enggak kuliah. Naik gunung, ngajar Mapala anak SMA, itu biar dapat duit," kata Pambudi Teguh, kakak kandung Ganjar Pranowo, dikutip Senin (18/12/2023).
Dari uang hasil mengajar, Ganjar akhirnya dapat membiayai kuliah hingga tamat dari Fakultas Hukum UGM pada tahun 1995.
Ganjar tercatat menjadi mahasiswa Fakultas Hukum UGM sejak tahun 1987-1995, hampir 8 tahun, karena aktif berorganisasi dan terpaksa cuti karena terbentur biaya.
Dari kisah masa kecil hingga menjadi mahasiswa, terlihat Ganjar Pranowo melalui berbagai tantangan hidup, namun tak pernah menyerah.
Hal itu pula yang menempanya melewati berbagai proses hingga kini maju menjadi salah satu capres di Pemilu 2024.
"Saya masih ndak percaya, mas Ganjar yang dulu berjualan bensin di pinggir jalan, kini jadi orang hebat. Semoga bisa jadi presiden. Saya yakin, beliau sosok pemimpin yang amanah dan akan tetap rendah hati," kata Mamik (62), tetangga yang berjarak dua rumah dari warung kelontong keluarga Ganjar di Kutoarjo.
Biasa Menginap di Rumah Warga Saat Jadi Gubernur
Ganjar Pranowo, kerapkali meluangkan waktu menginap di rumah warga saat melakukan kampanye di berbagai daerah pada Pilpres 2024 ini.
Uniknya, rumah warga yang dipilih Ganjar untuk tempat menginap bukan di kota melainkan di desa.
Pemilik rumah tempat Ganjar menginap pun beragam, ada petani, ustadz, hingga kepala desa.
Saat menginap, Ganjar menghabiskan waktu untuk mengobrol bersama warga.
Makanan sederhana yang disuguhkan pun selalu disantap Ganjar tanpa sungkan.
Sebetulnya, kebiasaan menginap di rumah warga sudah dilakoni Ganjar Pranowo sejak menjadi Gubernur Jawa Tengah (Jateng).
Berkomunikasi langsung dengan warga, mendengar keluh-kesah, dan kemudian mengecek laporan yang disampaikan warga, sudah dilakoni Ganjar sejak menjabat sebagai Gubernur Jateng.
Cara itu, dianggap Ganjar efektif untuk menyerap langsung aspirasi rakyat kecil tanpa ada jarak.
Semua itu dilakoninya karena paham betul apa rasanya menjadi "wong cilik".
Sosok Anies Baswedan
Calon Presiden nomor urut 1, Anies Baswedan pun mempunyai cerita tersendiri soal kehidupannya.
Dilansir dari kompas.com, Anies Baswedan lahir di Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969 dari pasangan Rasyid Baswedan dan Aliyah.
Kedua orang tuanya adalah pendidik. Anies lahir dari keluarga terpelajar.
Bapaknya Rasyid Baswedan pernah menjadi Wakil Rektor Universitas Islam Indonesia dan ibunya Aliyah adalah guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta.
Dia memiliki 2 orang adik, yakni Ridwan Baswedan dan Abdillah Baswedan.
Anies mulai mengenyam pendidikan pada usia 5 tahun di Taman Kanak-kanak (TK) Masjid Syuhada. Adapun pernah dibesarkan di Yogyakarta.
Menginjak usia 6 tahun, Anies masuk ke Sekolah Dasar (SD) Laboratori, Yogyakarta.
Pada masa kecilnya, Anies dikenal sebagai seseorang yang mudah bergaul dan memiliki banyak teman.
Setelah menyelesaikan pendidikan dari SD Laboratori, Anies melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 5 Yogyakarta.
Berdasarkan rangkuman Kompas.com dari berbagi sumber memberitahukan, bahwa ketika Anies duduk di bangku SMP, dia aktif dalam dalam beberapa organisasi seperti Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).
Dia juga menjabat pengurus bidang humas yang dijuluki sebagai "seksi kematian", karena tugasnya mengabarkan kematian.
Kemudian, Anies Baswedan juga pernah menjadi ketua panitia tutup tahun di SMP-nya.
Anies kemudian melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Yogyakarta.
Dia tetap aktif berorganisasi hingga terpilih menjadi Wakil Ketua OSIS dan mengikuti pelatihan kepemimpinan bersama 300 orang Ketua OSIS se-Indonesia.
Pada 1987, dia terpilih untuk mengikuti program pertukaran pelajar AFS dan tinggal selama setahun di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat.
Hal tersebut membuatnya harus menempuh masa SMA selama empat tahun dan baru lulus pada tahun 1989.
Setelah kembali ke Yogyakarta, Anies mendapat kesempatan berperan di bidang jurnalistik.
Anies bergabung dengan program Tanah Merdeka di Televisi Republik Indonesia (TVRI) cabang Yogyakarta dan mendapat peran sebagai pewawancara tetap tokoh-tokoh nasional.
Deretan pendidikan dan pengalaman tersebut membuat Anies semakin aktif berkiprah dalam kegiatan akademik dan non-akademik sejak masa mudanya.
Oleh karena itu, setelah menyelesaikan pendidikan SMA, Anies melanjutkan pendidikannya ke Universitas Gajah Mada (UGM), salah satu universitas terbaik di Indonesia dan banyak menyabet penghargaan.
Dia diterima bergabung di Fakultas Ekonomi pada 1989-1995.
Saat kuliah di UGM, Anies tetap aktif berorganisasi. Dia bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam, lalu menjadi salah satu anggota Majelis Penyelamat Organisasi HMI UGM.
Di fakultasnya, Anies berhasil menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa dan ikut membidangi kelahiran kembali Senat Mahasiswa UGM setelah pembekuan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada waktu itu.
Hal yang membanggakan lagi, dia terpilih menjadi Ketua Senat Universitas pada kongres tahun 1992 dan membuat beberapa gebrakan dalam lembaga kemahasiswaan di UGM.
Anies membentuk Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai lembaga eksekutif memosisikan senat sebagai lembaga legislatif yang disahkan oleh kongres pada 1993.
Selama masa kepemimpinannya, dia memulai gerakan berbasis riset, sebuah tanggapan atas tereksposnya kasus Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC) yang menyangkut putra Presiden Soeharto, Hutomo Mandala Putra.
Anies turut menginisiasi demonstrasi melawan penerapan Sistem Dana Sosial Berhadiah pada bulan November 1993 di Yogyakarta.
Ketika sedang duduk di bangku kuliah, tepatnya pada 1993, Anies mendapat beasiswa dari JAL Foundation untuk mengikuti kuliah pada musim panas di Sophia University, Tokyo dalam bidang kajian Asia.
Adapun beasiswa itu, dia mendapatkannya setelah memenangkan sebuah lomba menulis dengan tema tentang lingkungan.
Pada 1995, Anies mendapat gelar sebagai Sarjana Ekonomi (Bachelor of Science equivalent) dari Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta, Indonesia.
Kemudian, dia melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Maryland, College Park, Amerika Serikat (AS).
Banyak bergelut di dunia pendidikan, Anies pun merambah ke dunia politik dengan menjadi bagian dari tim sukse Jokowi pada Pilpres 2014.
Anies pun kemudian diangkat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di era kepemimpinan Jokowi.
Setelahnya, ia benar-benar terjun ke dunia politik dengan menjadi Calon Gubernur DKI Jakarta pada 2017 berpasangan dengan Sandiaga Uno.
Anies pun akhirnya terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta dan mengakhiri masa jabatannya pada 16 Oktober 2022.
Sosok Prabowo Subianto
Calon Presiden Nomor urut 2, Prabowo Subianto diketahui memiliki nama lengkap Prabowo Subianto Djojohadikusumo.
Pria kelahiran Jakarta, 17 Oktober 1951 tersebut pada masa mudanya banyak berkecimpung di dunia militer.
Prabowo merupakan anak dari Prof Soemitro Djojohadikusumo, pakar ekonomi Indonesia di era Soekarno dan Soeharto.
Sementara ibunya bernama Dora Marie Sigar yang berasal dara Manado.
Ia merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.
Kedua kakaknya adalah perempuan yang bernama Biantiningsih Miderawati dan Maryani Ekowati.
Prabowo juga memiliki satu adik laki-laki, bernama Hashim Djojohadikusumo.
Setelah kelahiran Prabowo Subianto, tak lama kemudian ayahnya, Soemitro diangkat kembali menjadi Menteri Keuangan pada Kabinet Wilopo.
Prabowo juga merupakan cucu dari Margono Djojohadikusumo, yaitu seorang pendiri Bank Negara Indonesia.
Margono Djojohadikusumo juga pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Agung yang pertama.
Nama Prabowo sendiri merupakan nama yang diambil dari pamannya, Kapten Soebianto Djojohadikusumo,
Ia merupakan seorang perwira Tentara Keamanan Rakyat yang gugur pada Pertempuran Lengkong pada Januari tahun 1964 di Tangerang.
Masa kecil Prabowo dihabiskan di luar negeri, karena saat itu ayahnya terlibat dalam menentang Presiden Soekarno di Pemerintahan Revolusioner RI di Sumatera Barat.
Dikutip dari laman resmi Menhan, Prabowo kecil tercatat pernah menempuh pendidikan setingkat SD di Elementary School di Hongkong.
Kemudian menyelesaikan pendidikan dasar dalam ketika 3 tahun di Victoria Institution, Kuala Lumpur.
Selain itu, Prabowo juga pernah bersekolah di Zurich International School, Zurich, Swiss pada tahun 1963-1964.
Lalu sekolah setingkat SMA di The American School, London, Inggris pada kurun waktu 1964-1967.
Setelah kepulangan keluarganya dari luar negeri, saat itu jabatan presiden dipegang Soeharto.
Pada tahun 1970, barulah Prabowo masuk ke Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) di Magelang, Jawa Tengah.
Selepas lulus dari AKABRI pada tahun 1974, Prabowo pun menghabiskan
Hingga pada tahun 1995, Prabowo diangkat menjadi Komandan Kopassus, dan hanya dalam setahun sudah menjadi Komandan Jenderal Kopassus.
Salah satu pencapaian Prabowo ketika menjadi pimpinan Kopassus adalah Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma.
Ketika itu, 12 peneliti disekap oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Operasi ini sukses menyelamatkan nyawa 10 dari 12 peneliti Ekspedisi Lorentz yang disekap oleh OPM.
Lima orang yang disandera adalah peneliti biologi asal Indonesia, sedangkan 7 sandera lainnya adalah peneliti dari Inggris, Belanda, dan Jerman.
Pada tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya dan digantikan oleh Habibie.
Habibie memberhentikan Prabowo dari jabatannya sebagai panglima Kostrad.
Setelah pensiun dari dinas militer, Prabowo Subianto beralih menjadi pengusaha hingga akhirnya mendirikan Partai Gerindra. (Tribunnews.com/ Muhammad Alvian Fakka/ wartakota)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.