Kamis, 2 Oktober 2025

Pilpres 2024

Susul PDIP, Nasdem Juga Mulai Kritik Tajam Jokowi, Ini 5 Poin Penting Kritik Surya Paloh

Kritik bertubi-tubi terhadap  Presiden Jokowi dan keluarganya kini tak hanya datang dari para petinggi PDIP.

Editor: Hasanudin Aco
Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan
FOTO DOKUMENTASI./ Ketua Umum DPP Partai NasDem Surya Paloh (kanan) berbincang dengan Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri (kiri), Presiden terpilih, Joko Widodo, dan Wakil Presiden terpilih, Jusuf Kalla usai pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PDIP di Marina Convention Center (MCC), Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (19/9/2014). Pada Rakernas Keempat PDIP yang dihadiri Presiden dan Wakil Presiden terpilih Jokowi-JK serta sejumlah ketua partai koalisi ini mengusung tema Berjuang untuk Kesejahteraan Rakyat. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kritik bertubi-tubi terhadap  Presiden Jokowi dan keluarganya kini tak hanya datang dari para petinggi PDIP.

Kritik tajam itu kini juga mulai datang dari para elite Partai Nasdem.

Seperti diketahui PDIP dan Nasdem selama ini merupakan partai politik pendukung Jokowi di pemerintahan.

Kritik perdana elite NasDem ke Jokowi itu disampaikan langsung oleh Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh saat perayaan HUT ke-12 NasDem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu (11/11/2023). 

Meski tak menyebut langsung nama Jokowi namun pernyataan Surya Paloh diduga kuat ditujukan kepada Jokowi.

Diantaranya saat Surya Paloh menyinggung soal orang tua yang mencalonkan anaknya sebagai cawapres. 

Di Pilpres 2024 ini hanya Jokowi yang mendukung anaknya Gibran Rakabuming Raka jadi cawapres Prabowo Subianto.

Berikut 5 poin penting pernyataan Surya Paloh yang secara tidak langsung menyerang Presiden Jokowi:

1. Orang Tua Calonkan Anaknya Cawapres

Dalam pidatonya, Surya Paloh mengatakan dirinya tidak akan mencalonkan anaknya sebagai cawapres meski memiliki kesempatan.

Hal itu dikatakan Surya Paloh saat menjawab pertanyaan seorang kadernya dari Jawa Timur soal apakah ia akan mencalonkan anaknya, Prananda Surya Paloh, sebagai cawapres. 

"Saya pikir yang pertama saya coba intip dulu anak saya. Saya lihat baik-baik, dia ini cocok apa enggak, ya?" kata Surya Paloh

Andaikata anaknya patut untuk dicalonkan, Surya Paloh kemudian menyinggung soal kepantasan.

"Walaupun saya pikir saya punya kesempatan untuk mencalonkan dia (anaknya) tapi saya pikir, pantas enggak dia?" ujar Surya.

Menurut Surya Paloh, sosok cawapres haruslah melewati sebuah proses. 

Proses itulah yang kemudian menjadikan sang anak sosok yang matang. 

"Orangtua dulu menyatakan kalau bisa dia harus mapan dulu. Bukan hasil peraman, nah ini yang saya harapkan. Jadi mungkin kalau anak saya berani bertanya kepada saya, maka saya akan katakan 'tunggu dulu, akan tiba saatnya, itupun kalau saya masih berumur panjang'," ujar dia. 

2. Singgung Aparat Negara

Surya Paloh menyebut, banyak aparat negara yang terseret pada kepentingan pribadi dan golongan.

"Hari-hari ini kita melihat betapa banyaknya upaya membawa negara dan aparaturnya melayani kepentingan pribadi dan golongan," ujar Surya.

Surya menambahkan upaya menyeret aparatur negara pada kepentingan politik praktis melahirkan ketidakpercayaan masyarakat kepada negara.

"Kritik kemudian muncul dalam bentuk sinisme dan cemoohan yang sudah sangat kasar sebagai bangsa yang beradab," imbuh dia.

Surya mengatakan negara kini telah mengalami penurunan kewibawaan pada tingkatan yang paling rendah akibat praktik tersebut.

Hal ini yang menyebabkan rakyat mengalami kesulitan menempatkan kepercayaan kepada sosok selain pemerintah.

"Hari ini akan mudah sekali kita temui rakyat yang merasa cukup memerintah dirinya sendiri, saat ini kita berada di tanduk kerusakan yang paling mencemaskan sepanjang kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita berharap semua pemimpin nasional dan rakyat tidak kehilangan kontrol," ucapnya.

3. Melawan Jika Ada Ketidakadilan

Surya Paloh menyatakan pihaknya tidak akan diam apabila ada penguasa yang bertindak tidak adil, demi untuk kepentingan kelompoknya. 

"Kita semua bisa menerima untuk menjadi rakyat jelata asalkan itu berdasarkan pada keadilan. Sebaliknya kita tidak bisa tinggal diam ketika ada penguasa kekuasaan yang berlaku tidak adil demi kepentingan tertentu, demi kepentingan kelompoknya," katanya. 

Ditegaskan Surya Paloh, pihaknya bakal menerima situasi apapun baik itu sedih atau nestapa asalkan muncul dari nilai keadilan. 

"Nilai kepatutan dan kepantasan, sebaliknya kesejahteraan semakmur apapun suatu bangsa. Jika tidak ada keadilan di dalamnya maka gugatan demi gugatan yang datang silih berganti," terangnya.

Dikatakannya, keadilan adalah rasa, keadilan adalah spiritualisme. Keadaan yang dapat membimbing manusia pada hidup yang sesuai dengan sunnahtullah.

"Itulah kenapa di dalam negeri yang makmur dan sejahtera tetap ada lembaga yang peradilan itu. Karena keadilan bukan hanya tentang kemakmuran dan kesejahteraan saja," ungkapnya.

4. Tak Ada Kekuasaan yang Tidak Berakhir

Surya Paloh menyebut tidak ada kekuasaan yang terus-menerus bertakhta. 

Menurut Surya Paloh, setiap kekuasaan akan berakhir.

"Tidak ada kekuasaan besar maupun kecil yang pernah diizinkan bertakhta terus-menerus sepanjang zaman,"  kata Surya Paloh, dikutip dari Kompas.com.

"Sejarah telah menyampaikan kepada kita, bahwa berapa besar pun kekuasaan manusia bisa satu waktu dia akan berakhir juga," kata dia.

Surya Paloh kemudian menyinggung perkataan Adam Malik dalam buku yang berjudul "In The Service of The Republic" bahwa penguasa akan terus bergantian, tetapi negarawan tetap hidup bersama bangsa.

Paloh juga mengatakan bahwa dibutuhkan keberanian dalam berpolitik agar selalu memegang prinsi-prinsip dalam konstitusi.

5. Singgung Pemimpin Palsu

Surya Paloh menyebu  Indonesia saat ini berada di ujung tanduk dan sedang mengalami kerusakan yang paling mencemaskan sepanjang sejarah.

"Saat ini kita berada di ujung tanduk kerusakan yang paling mencemaskan sepanjang kehidupan berbangsa dan bernegara," ujar dia.

Surya mengatakan ada harapan besar agar pemimpin saat ini dan juga rakyat secara keseluruhan tidak kehilangan kontrol atas keadaan.

Dia menyebut banyak peradaban besar yang kebingungan akibat kehilangan adab dan berakhir pada terpilihnya pemimpin palsu.

"Seorang pemimpin dengan begitu mereka yang dipuja saat cemerlang dan dihujat saat redup," ucap dia.

Kata dia saat ini pertarungan besar sedang terjadi karena ada kelompok yang siap mencadangkan kepentingan rakyat untuk meraih kekuasaan.

Oleh karena itu, ia berpesan kepada kader Nasdem agar menjaga semangat kebangsaan.

"Semangat kebangsaan adalah nalar yang harus dijaga sepanjang hayat kita masih dikandung badan," ucap Paloh.

Sumber: Tribunnews.com/Kompas.com

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved