Pahitnya Pare Disulap Jadi Keripik Renyah
Rasa pahit pada pare dan lembek pada terong, menjadikan dua jenis sayuran ini tidak populer di kalangan anak-anak.
Laporan Reporter Tribun Jogja, Agung Ismiyanto
TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG - Esti Widayati percaya ide usaha tidak mengenal ruang dan waktu. Inovasi dalam membuat produk yang khas dibutuhkan agar Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) tetap bertahan meski terhimpit persaingan produk yang terus membanjir.
Di tangannya, dia mencipta beragam keripik berbahan baku sayuran, bahkan salah satu produknya mendapat julukan keripik paru KW (tiruan).
Renyahnya keripik sayuran terus membayangi benak dan semangat bisnis warga Jalan jeruk Timur I no 3 Sanden, Kramat Selatan Kota Magelang ini. Pada tahun 2009, sebelum menekuni usaha keripik sayuran dia lebih dulu punya usaha pembuatan souvenir. Kemudian berkembang membuat usaha snack dan katering.
Meski usahanya berkembang pesat, perempuan yang akrab dipanggil Etik ini akhirnya berhenti meneruskan usaha katering. Alasannya, usaha katering memerlukan tenaga yang ekstra, dia kemudian berpikir membuat usaha yang tidak harus bangun pagi jam 02.00 wib.
“Saat itu, saya hanya berpikir ada usaha yang bisa dikerjakan siang hari dan hasil produksinya juga bisa tahan lama. Saya kemudian berinovasi untuk membuat keripik dari bahan sayuran," ungkap Etik di rumahnya, baru-baru ini.
Menurut Etik, pemilihan inovasi di produk keripik sayuran lantaran keripik ini tidak sama dengan keripik yang sudah banyak beredar di masyarakat. Pada awalnya, Etik lebih dulu membuat usaha aneka keripik sayur, seperti keripik daun singkong , daun seledri dan kemangi.
Sembari mengenang produk pertamanya, Etik mengatakan, untuk keripik daun singkong, sengaja dia bikin seperti peyek paru sapi. "Kalau orang menyebutnya keripik paru KW," ujarnya sambil terkekeh.
Pare dan Terong
Renyahnya bisnis keripik membuat Etik tak terlena. Dia memanfaatkan celah-celah dimana banyak sayuran yang belum pernah dibuat keripik. Jenis sayuran pare maupun terong misalnya, bisa dikatakan merupakan sayuran yang tidak disukai terutama di kalangan anak-anak.
Rasa pahit pada pare dan lembek pada terong, menjadikan dua jenis sayuran ini tidak populer di kalangan anak-anak.
Dia terinspirasi membuat keripik pare dan terong karena kedua putrinya tidak menyukai kedua jenis sayuran ini. Namun, tantangan Etik adalah bagaimana menyulap dua jenis sayuran ini menjadi cemilan keripik dengan cita rasa gurih. Dia akhirnya coba-coba untuk memodifikasi pare dan terong agar anak-anak suka.
“Benar ternyata, anak-anak yang semula tidak suka, menjadi hobi dengan kedua jenis sayuran ini. Pare dan terong kita buat menjadi keripik dengan rasa gurih. Bahkan rasa pahit yang ada di pare, sudah hilang sama sekali," katanya.
Rasa percaya diri Etik berkembang, dia kemudian mengembangkan usaha membuat keripik pare dan terong. Karena menekuni usaha pembuatan keripik, dia pun menamakan rumahnya dengan rumah keripik "Jaya Makmur". Rumah keripik ini juga mudah dijangkau.
Adapun harga keripik aneka sayuran ini juga ramah dengan kantong. Untuk satu bal, atau 2,5 kilogram (kg), dia menjual dengan harga antara Rp 80 ribu hingga Rp 85 ribu.
Dia juga mengemas aneka keripik ini degan bungkusan yang lebih kecil atau 1,75 gram. Harganya juga terjangkau antara Rp 13 ribu hingga Rp 15 ribu.
Dalam waktu tidak lama, keripik pare dan terong buatannya sudah banyak disukai oleh konsumen. Bahkan pesanan sudah sampai luar Magelang, atau merata hampir seluruh Jawa tengah, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Surabaya, Pacitan, Malang, Lampung dan sebagainya.
Saat ini, Alumnus SMA Kristen Kota Magelang ini mengatakan, dalam sehari, dia bisa memproduksi keripik pare dan terong masing-masing 20 kg. Demikian juga untuk jenis keripik sayur lainnya. "Pesanan setiap hari ada. Rata-rata mereka membeli dalam jumlah besar untuk dijual lagi," ucapnya.
Hasil produksinya juga banyak di diambil oleh para sales. Karenanya, untuk memenuhi pesanan yang terus berdatangan, dia dibantu oleh delapan orang karyawan. Rata-rata karyawan merupakan ibu rumah tangga yang tinggal di sekitar rumah.
Bahkan, putrinya yang tak suka terong dan pare itu, justru dikuliahkan dari uang hasil penjualan keripik sayuran yang produk andalannya keripik terong dan keripik pare. Selain bisa menguliahkan dua putrinya, Etik juga mengaku bisa membantu menambah penghasilan suami yang bekerja di bidang properti di Karanganyar. (tribunjogja.com)