Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Oposisi Israel Serukan Pemilu Baru di Tengah Konflik Gaza: Netanyahu Tak Dapat Terus Jabat PM

Pemimpin oposisi Israel menyerukan diadakannya Pemilu baru selama serangan di Gaza.

Penulis: Nuryanti
DEBBIE HILL / POOL / AFP
Pemimpin oposisi sentris Israel Yair Lapid menyampaikan pernyataan kepada pers di Knesset (parlemen Israel) di Yerusalem pada 31 Mei 2021. Pemimpin oposisi Israel menyerukan diadakannya Pemilu baru selama serangan di Gaza. 

TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, menyerukan pemilihan umum (Pemilu) baru di tengah serangan yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.

Yair Lapid lantas menyinggung jabatan Benjamin Netanyahu sebagai Perdana Menteri Israel.

“Netanyahu tidak dapat terus menjabat sebagai perdana menteri,” ujarnya kepada surat kabar Yedioth Ahronoth, Minggu (17/12/2023), dilansir Anadolu Agency.

“Pemilu bisa diadakan selama perang," jelasnya.

Ini adalah pertama kalinya seorang pemimpin oposisi Israel menyerukan diadakannya Pemilu baru selama serangan di Gaza.

Seruan tersebut muncul di tengah meningkatnya kritik terhadap Benjamin Netanyahu atas kegagalannya mengakui tanggung jawab atas serangan lintas batas yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Baca juga: Israel Kembali Temukan Terowongan Hamas, Sebut yang Terbesar di Gaza, Hamas Enggan Berkomentar

Jajak pendapat baru-baru ini yang dilakukan oleh Lazar Research Institute untuk harian Israel, Maariv, menemukan bahwa hanya 27 persen warga Israel yang percaya bahwa Netanyahu adalah orang yang tepat untuk menjalankan pemerintahan.

Survei tersebut menemukan bahwa 49 persen warga Israel, atau sekitar setengahnya, percaya bahwa Benny Gantz, pemimpin Partai Persatuan Nasional, adalah sosok terbaik untuk memimpin pemerintahan negara tersebut.

Banyak orang Israel berharap penyelidikan pascaperang terhadap serangan Hamas akan mengakhiri karier politik Netanyahu.

Diberitakan Al Jazeera, Yair Lapid sebelumnya telah meminta Benjamin Netanyahu untuk segera mengundurkan diri.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat berbicara dalam konferensi pers dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz (tidak dalam gambar) setelah pertemuan mereka di Tel Aviv pada 17 Oktober 2023.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat berbicara dalam konferensi pers dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz (tidak dalam gambar) setelah pertemuan mereka di Tel Aviv pada 17 Oktober 2023. (MAYA ALLERUZZO / POOL / AFP)

Baca juga: Hamas Beri 3 Pilihan pada Israel jika Nekat Lanjutkan Agresi di Gaza

Pemimpin oposisi Israel itu menyerukan mosi tidak percaya di parlemen, yang akan memungkinkan pembentukan pemerintahan baru yang dipimpin oleh perdana menteri lain.

“Netanyahu harus segera pergi," ujarnya dalam sebuah wawancara dengan saluran berita Israel, Rabu (15/11/2023).

"Kita butuh perubahan, Netanyahu tidak bisa tetap menjadi perdana menteri,” sambung Lapid.

Lapid juga menuduh Netanyahu dan aparat keamanan di bawah kepemimpinannya melakukan 'kegagalan yang tidak dapat diampuni' karena tidak mencegah serangan pada 7 Oktober 2023.

“Kami tidak bisa membiarkan diri kami melakukan kampanye jangka panjang di bawah perdana menteri yang telah kehilangan kepercayaan masyarakat,” lanjutnya.

Gambar yang diambil di Israel selatan dekat perbatasan dengan Jalur Gaza pada 15 Desember 2023.
Gambar yang diambil di Israel selatan dekat perbatasan dengan Jalur Gaza pada 15 Desember 2023. (JACK GUEZ / AFP)

Baca juga: Reaksi Paus Fransiskus Saat Dua Wanita Kristen Ditembak Mati Pasukan Zionis di Gereja Gaza

Sementara itu, kini WHO menggambarkan situasi di Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza sebagai 'adegan horor' dan menyebut kehancuran Rumah Sakit Kamal Adwan mengerikan.

Israel dianggap berusaha menghilangkan sektor kesehatan di Gaza, di tengah maraknya serangan terhadap rumah sakit.

Di sisi lain, Pimpinan Mossad mendapat lampu hijau untuk memulai kembali perundingan dengan mediator, lapor media Israel.

Setidaknya 18.787 warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel sejak 7 Oktober 2023.

Revisi jumlah korban tewas di Israel berada hampir 1.140 orang.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved