Senin, 6 Oktober 2025

Pemilu 2024: Golkar dan PAN resmi dukung Prabowo – sembilan hal tentang peta koalisi

Deklarasi Golkar dan PAN yang mendukung Prabowo Subianto mengawali babak baru peta koalisi parpol di mana KIB berakhir 'ambyar'.

BBC Indonesia
Pemilu 2024: Golkar dan PAN resmi dukung Prabowo – sembilan hal tentang peta koalisi 

Peta koalisi semakin jelas setelah Golkar dan PAN resmi memberi dukungan kepada Prabowo Subianto sebagai bakal capres 2024.

Dalam keterangannya, Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto mengatakan Prabowo Subianto, "Sejalan dan setujuan dengan Partai Golkar."

"Karena bapak Letnan Jenderal Prabowo Subianto lahir dari rahim Partai Golkar.

Oleh karena itu beliau mengikuti kegiatan di Partai Golkar, kekaryaannya tidak diragukan lagi," kata Airlangga di Museum Proklamasi, Jakarta, Minggu (13/08).

Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan mengatakan dukungan untuk Prabowo sudah "melalui pertimbangan yang matang".

"Kami sudah 10 tahun bareng-bareng dengan Pak Prabowo," kata Zulkifli.

Namun, di tengah deklarasi ini Prabowo Subianto belum memberikan sinyal siapa bakal calon wakil presiden pilihannya.

"Pembicaaan cawapres akan terus berdiskusi musyawarah untuk semua partai sekarang dalam koalisi politik ini," kata Prabowo.

Dengan deklarasi ini, maka Prabowo Subianto memperoleh dukungan dari empat parpol yaitu Golkar, PAN, Gerindra dan PKB. Koalisi anyar ini memiliki sekitar 41,41% suara di DPR.

Bagaimana nasib Koalisi Indonesia Bersatu (KIB)?

"Dengan adanya dukungan resmi PAN dan Partai Golkar ke Pak Prabowo hari ini, otomatis hari ini pula lah 'peresmian' bubarnya KIB alias goodbye KIB," kata Ketua Majelis Pertimbangan Partai PPP Romahurmuziy (Rommy) seperti dikutip dari Detik.

Sebelumnya, KIB terdiri dari Golkar, PAN dan PPP. Lebih awal, partai berlambang Ka'bah telah memposisikan diri untuk merapat dengan PDI Perjuangan mendukung bakal capres Ganjar Pranowo.

Peta koalisi yang semula telah terbentuk mengalami pergeseran setelah PDI Perjuangan mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden menghadapi Pemilu 2024.

Setidaknya ini ditandai sikap PPP yang secara resmi juga mendukung Ganjar Pranowo sebagai bakal capres. Jelas bahwa partai berlambang Ka'bah akan membentuk poros baru bersama PDI Perjuangan.

Pengamat politik mengestimasi tiga koalisi besar akan terbentuk mengikuti figur yang bertarung pada Pemilu 2024: Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto.

Sementara itu, meskipun tak bisa lagi menjabat presiden, Jokowi dinilai berupaya menjadi "king maker" untuk memastikan warisan infrastruktur dan Ibu Kota Nusantara tetap berlanjut.

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) memastikan membentuk poros baru bersama PDI Perjuangan untuk mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden 2024.

Sikap ini sempat menuai tanya tentang keberadaan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), lantaran PPP adalah salah satu anggotanya, selain PAN dan Golkar.

Pertanyaan soal keutuhan KIB dijawab Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto seusai menggelar pertemuan dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (Zulhas) dan Plt. Ketum PPP Muhamad Mardiono.

"Semua (partai politik anggota) koalisi KIB pada malam hari ini terlihat kita solid, guyub dan rukun," kata Airlangga di rumah dinasnya selaku Menteri Koordinator Perekonomian di Komplek Widya Chandra III, Jakarta, Kamis (27/04) malam.

Sementara itu, Plt. Ketum PPP Muhamad Mardiono berharap agar Partai Golkar dan PAN selaku rekan koalisinya juga menetapkan keputusan bakal capres yang sama dengan PPP sehingga dapat membangun koalisi yang lebih besar.

Teka-teki posisi Golkar

Langkah Golkar untuk menetap pada sebuah koalisi sudah diprediksi sebelumnya. Tapi saat itu, masih samar.

"Golkar hanya dua pilihan, skenarionya gabung ke Ganjar. Kedua, Golkar berkoalisi dengan Gerindra dan PKB," kata pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin.

Namun, itu sangat tergantung dari sikap Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto, yang kemungkinan akan dibulatkan dalam satu-dua hari ke depan, tambah Ujang.

Awal pekan ini, Prabowo Subianto selaku orang nomor satu Gerindra melakukan pertemuan dengan Airlangga Hartarto yang didampingi Ketua Dewan Pembina Partai Golkar, Aburizal Bakrie.

Pertemuan ini rencananya juga akan terus berlanjut.

"Ada pertemuan lanjutan. Ya mungkin minggu-minggu depan lah," kata Airlangga kepada wartawan, Kamis (27/04).

Seorang politikus Golkar menyebut pertemuan ini sebagai bukti "adanya persaudaraan antara Golkar dan Gerindra".

Bagaimanapun, pertemuan ini belum bisa dijadikan indikasi atas sikap partai yang memiliki 14,78% kursi di parlemen, karena "koalisi masih sangat cair."

Berapa koalisi yang semakin nampak?

"Tiga. Ada poros Anies. Poros Prabowo. Poros Ganjar," menurut prediksi Ujang.

Anies Baswedan diusung secara resmi oleh NasDem, PKS dan Demokrat yang tergabung dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). Anies awalnya mulai diusung NasDem sejak Oktober 2022.

Sementara itu, Prabowo Subianto merupakan satu-satunya figur yang diusung Gerindra sebagai capres. Gerindra dalam hal ini bersekutu dengan PKB dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).

Dalam satu kesempatan ketika ditanya wartawan mengenai peluang menjadi bakal cawapres dari Ganjar, Prabowo menyatakan, "Partai saya mencalonkan saya sebagai capres."

"Dan, partai saya kuat juga sekarang," kata Prabowo.

PDI Perjuangan telah membuat poros tersendiri dengan mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal capres 2024. Perlahan partai politik merapat ke dalam Poros Ganjar, di antaranya PPP dan Hanura.

Bagaimana posisi Jokowi?

Presiden Jokowi disebut-sebut menginisiasi koalisi besar—menggabungkan KIB dan KKIR. Tapi formasi ini nampaknya semakin kabur setelah PDI Perjuangan mengusung Ganjar sebagai bakal capres 2024. Dalam hal ini, Jokowi juga dinilai sebagai entitas yang berdiri sendiri, tidak mewakili PDI Perjuangan.

Ketua PAN, Zulkifli Hasan mengatakan dalam waktu dekat, Presiden Jokowi akan mengajak ketua parpol KIB untuk "ngopi bareng" setelah Ganjar diusung sebagai bakal capres.

"Ya, ketemu-ketemu dulu. Nanti, kan, dengan KIB. Mudah-mudahan waktu dekat juga partai pendukung pemerintah kumpul gitu, ya. Ya, ngomong-ngomong, ngopi bareng," kata Zulhas—sapaan Zulkifli Hasan kepada wartawan, Rabu (26/04).

Seperti diketahui, sejumlah ketua parpol yang bergabung dalam koalisi ini adalah anak buah Jokowi di dalam kabinet.

"Jokowi posisinya ingin jadi King Maker… Dalam dinamika, dia yang memainkan bidak catur koalisi-koalisi yang ada, khususnya di partai-partai pemeirntah," kata pengamat politik Ujang Komarudin.

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Kuskridho Ambardi, melihat Jokowi lebih cenderung memberi dukungan ke Ganjar, hal ini terlihat dari kehadirannya saat gubernur Jawa Tengah itu resmi diusung PDI Perjuangan.

"Dia ingin meninggalkan legacy (warisan), apa yang sudah dilakukan. Legacy juga bisa dipelihara. Itu kalau presiden selanjutnya sudah menyetujui apa yang sudah dijalankan oleh Jokowi, yang sejauh ini menjadi trademark-nya adalah infrastruktur dan IKN misalnya," kata Dodi - sapaan Kuskridho Ambardi.

Apa yang paling krusial dari tiga poros?

Prabowo, Anies, dan Ganjar memiliki elektabilitas yang saling berkejaran dalam sejumlah survei politik. Oleh karenanya, menentukan pasangan mereka ikut berperan dalam mendongkrak suara.

"Cawapres itu penting untuk bisa menambah suara barang 3-5%," kata Dodi Ambardi membandingkan pada pemilu-pemilu sebelumnya.

Meskipun figur cawapres memperoleh dukungan kecil, "tapi itu bisa krusial".

Apa faktor yang menentukan terbentuknya koalisi?

Selain prospek elektabilitas pada bakal calon, Dodi Ambardi menyebutnya sebagai "insentif", merujuk pada posisi menteri, posisi dirjen di kementerian, hingga posisi strategis di BUMN. Posisi yang akan diraih parpol koalisi ketika nantinya memperoleh kemenangan dalam pilpres. Sebuah teori klasik tentang politik di mana; siapa, dapat apa dan bagaimana caranya.

"Kandidat yang diusung cari ke sana ke mari, tergantung dari bagaimana negosisasi yang terjadi di antara partai. Mereka akan mendapatkan intensif apa di sana," kata Dodi.

Tawaran "intensif" ini ikut menentukan partai politik untuk berkoalisi atau tidak. Selama belum ada kesepakatan, koalisi yang ada saat ini masih sangat cair.

"Kalau sekarang ini saya melihat masih cair semua… Nanti masih tergantung perundingan-perundingan periode berikutnya, sampai nanti bulan Oktober dan November, di mana pasangan capres dan cawapres itu akan diumumkan [KPU]," jelas Dodi.

Apa saja koalisi yang paling awal terbentuk dan jumlah kursi di parlemen?

Koalisi Perubahan terdiri dari PKS, NasDem, dan Partai Demokrat. Koalisi ini masih eksis sampai hari ini dan sejauh ini masih konsisten mengusung Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden 2024.

Koalisi ini memiliki total 163 kursi di DPR--memenuhi syarat mengusung bakal capres yang sedikitnya 115 kursi.

Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) terdiri dari Gerindra-PKB, berdiri 13 Agustus 2022. Sejauh ini koalisi dengan 136 kursi di parlemen, masih mengusung Prabowo Subianto sebagai bakal Capres.

Koalisi Indonesia Bersatu dideklarasikan Partai Golkar, Partai Amanat Nasional dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada Mei 2022. Total kursi mereka di DPR sebanyak 148.

Koalisi ini sedikit goyang setelah PDI Perjuangan mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal capres, yang diikuti dukungan PPP.

PDI Perjuangan menepati janji untuk mengusung kadernya sendiri dalam perayaan ulang tahun ke-50 pada Januari lalu.

Pengamat politik menyebut efek ekor jas (coal-tail effect) masih akan berlaku di pemilu 2024. Artinya, efek pemilihan figur bakal capres-cawarpres sangat menentukan elektabilitas partai politik.

Sejumlah kalangan menyebut koalisi parpol di Indonesia bisa berubah pada detik-detik terakhir.

"Ini masih seperti politik Indonesia, seperti biasanya yang bisa berubah pada detik-detik terakhir," jelas Wijayanto, Direktur Center for Media and Democracy di Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).

Siapa wajah-wajah yang muncul di lembaga survei?

Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto. Tiga nama ini berkejaran di urutan teratas dalam pelbagai lembaga survei seperti LSI, Charta Politika, dan Indikator Politik.

Selain tiga nama tersebut, ada juga nama Agus Harimurti Yudhoyono, Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, Khofifah Indar Parawansa, Mahfud MD hingga Erick Thohir—lebih sering disebut potensial menjadi bakal cawapres.

"Survei-survei ini seakan-akan membatasi pilihan publik. Kita itu seakan-akan disodori antara teh atau kopi. Padahal kita masih punya tokoh-tokoh lain sebenarnya. Tapi itu nggak pernah muncul. Nggak pernah jadi pemberitaan," kata Wijayanto.

Bagaimana seharusnya masyarakat merespons dinamika politik akhir-akhir ini?

Mada Sukmajati, pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, menilai masyarakat bisa melupakan nama-nama capres dan cawapres serta peta koalisi partai politik, dan tetap fokus pada persoalan-persoalan saat ini.

"Yang jadi urusan publik itu adalah visi, misi, dan program para kandidat pilpres kita. Jadi kita tidak terjebak dalam soal nama saja," kata Mada Sukmajati.

Tujuan pemilu bukan tentang kekuasaan itu sendiri, tapi menghadirkan warga negara dalam kebijakan-kebijakan politik oleh mereka yang terpilih dalam sirkulasi kekuasaan itu, Wijayanto menambahkan.

"Pemilu itu tentang festival gagasan, tentang kita bicarakan masalah Indonesia itu apa. Bahwa demokrasi di Indonesia itu mengalami kemunduran, bahkan berputar balik ke otoriter. Itu PR-nya," kata Wijayanto.

Kata dia, persoalan di depan mata antara lain parpol yang tergantung individu, teror kebebasan sipil, kekerasan yang membudaya, kasus Ferdy Sambo, ketimpangan ekonomi, serta tidak adanya oposisi dalam proses kenegaraan.

"DPR hari ini adalah DPR paling sunyi. Paling hening sepanjang sejarah reformasi. DPR mengiyakan semua kebijakan pemerintah," kata Wijayanto.

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved