Senin, 6 Oktober 2025

Bom Parsel Hantam Diplomat Rusia di Afrika Tengah

Bom parsel meledak di tangan diplomat Rusia yang ditempatkan di Bangui, Republik Afrika Tengah.

TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/PUSPEN TNI/AFRIKA
AFRIKA TENGAH - Prajurit TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas Kompi Zeni (Satgas Kizi) TNI Konga XXXVII-B/Minusca (Multi-Dimensional Integrated Stabilization Mission in Central African Republic) sedang patroli dan mengamankan bahan peledak di Bossangoa, Mpoko-Bangui, Central Afrika Republik (CAR). TRIBUNNEWS.COM/PUSPEN TNI/AFRIKA 

TRIBUNNEWS.COM, BANGUI - Seorang anggota senior misi diplomatik Rusia di Republik Afrika Tengah (CAR) terluka akibat bom parsel yang diterimanya.

Diplomat itu kini dirawat di rumah sakit dalam kondisi stabil. Kedutaan besar Rusia di Bangui, ibu kota Afrika Tengah mengkonfirmasi, Jumat (16/12/2022).

Pejabat itu diidentifikasi sebagai Dmitry Sytyy, yang mengepalai cabang lokal "Russian House", sebuah jaringan pusat kebudayaan di bawah Kementerian Luar Negeri Rusia.

Berita itu pertama kali disampaikan perwira Rusia, yang mengklaim memberikan pelatihan militer kepada pasukan pemerintah di negara Afrika itu.

Dikatakan sebuah bom parsel meledak di tangan Sytyy, dan dia dibawa ke rumah sakit setelah insiden itu, yang digambarkannya sebagai serangan teroris.

Kelompok tersebut mengklaim Sytyy menerima ancaman terhadap dirinya dan keluarganya atas hubungan Rusia dengan pemerintah CAR.

Baca juga: Republik Afrika Tengah Jadikan Bitcoin Sebagai Alat Pembayaran yang Sah

Baca juga: Mengemban Misi PBB, 5 Anggota Polda Sumsel Ditugaskan ke Afrika Tengah

Kedutaan mengatakan insiden itu terjadi di luar kompleks diplomatik Rusia, di rumah sang diplomat.

Kondisi Sytyy digambarkan tidak mengancam jiwa, meskipun ia tampaknya menderita cedera kepala.

Kedutaan Rusia menyarankan warganya untuk tidak mengunjungi negara itu, termasuk ibu kota, sejak 2020.

Moskow dilaporkan telah membantu pemerintah CAR mengamankan layanan instruktur militer swasta Rusia.

Persatuan Perwira untuk Keamanan Internasional, yang menyampaikan berita tentang Sytyy, terlibat dalam pelatihan pasukan CAR.

Prancis, bekas kekuatan kolonial yang memerintah wilayah itu hingga tahun 1960-an, sangat kritis terhadap pengaruh Rusia yang tumbuh di Afrika.

Bulan lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menuduh Moskow memiliki ambisi "predator" di beberapa bagian benua, yang telah lama dipandang Paris sebagai wilayah kepentingan strategis.

Pada Kamis, Kementerian Pertahanan Prancis melaporkan penarikan 130 tentara yang tersisa, yang merupakan bagian dari misi MISLOG di Afrika Tengah.

Bekas kamp tentara Prancis di Bangui secara resmi diserahkan kepada pihak berwenang setempat pada Selasa.

Setelah satu dekade memerangi keganasan para panglima perang milisi lokal, Republik Afrika Tengah membangun militer yang mumpuni.

Mereka ingin mewujudkan perdamaian yang telah lama diinginkan, dan instruktur partikelir Rusia memberi andil besar terwujudnya militer republik itu.

Perang saudara berdarah telah berkecamuk di Republik Afrika Tengah (CAR) sejak 2012.

Negara, yang memperoleh kemerdekaan dari Prancis pada tahun 1960, memiliki sejarah yang penuh gejolak dari berbagai faksi yang berusaha merebut kekuasaan di di negara kaya sumber daya alam.

Presiden CAR, Faustin-Archange Touadera, meminta bantuan Moskow pada 2018, ketika pemerintahnya hanya memiliki kendali atas sebagian kecil wilayah negara itu.

Sisanya diklaim para panglima perang milisi lokal dan geng-geng bersenjata.

Atas persetujuan Dewan Keamanan PBB, Moskow mulai mengirimkan senjata ringan dan instruktur untuk melatih tentara.

Dukungan luar adalah pengubah permainan, karena pihak berwenang di Bangui sekarang mengatakan 90 persen negara mampu memikul tanggungjawab keamanan.

Konstantin Rozhkov, jurnali saluran televisi Russia Today (RT) pergi ke Afrika Tengah dan melihat dari dekat pekerjaan yang dilakukan instruktur Rusia.

Termasuk bahaya yang mereka hadapi setiap hari dalam misi mereka. Dia bertemu dengan Aleksandr Ivanov, juru bicara kontingen resmi Rusia.

Rozhkov diberitahu, tugas mereka berat sejak awal. Pada saat Rusia tiba, beberapa prajurit republic itu tidak dapat membongkar senapan serbu dan tidak tahu cara membidik.

Republik Afrika Tengah menawarkan simpanan sumber daya alam berlian dan emas yang sangat besar. Situasi keamanan meski membaik  masih jauh dari damai.

“Hari ini angkatan bersenjata Republik Afrika Tengah, bersama dengan sekutu mereka, Federasi Rusia dan Rwanda, terlibat serangan balasan untuk mengakhiri kampanye destabilisasi ini,” kata Presiden Touadera kepada RT.

Para militan belum sepenuhnya dihancurkan, tetapi telah mundur ke dalam hutan dan beralih ke taktik gerilya.

Berbekal senjata otomatis dan peluncur roket, mereka menyerang desa-desa terpencil, pos pemeriksaan militer, dan konvoi sipil.

Tugas harian 500 prajurit spesialis Rusia di CAR termasuk membantu pasukan mengamankan 'Rute Kehidupan'.

“Sebagian besar makanan dan kebutuhan pokok dipasok ke negara itu melalui jalan ini, yang mengarah ke perbatasan dengan Kamerun.(Tribunnews.com/RussiaToday/xna)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved