Virus Corona
Pakar di China Sebut Covid-19 Sudah Mereda, Kota-kota Besar Cabut Lockdown
Beberapa kota di China mulai longgarkan pembatasan Covid-19 menyusul aksi protes seminggu terakhir. Seorang pakar menyebut Covid-19 sudah melemah
TRIBUNNEWS.COM - Seorang pakar dari media pemerintah China menyebut Covid-19 sudah mereda dan pembatasan dapat dilonggarkan.
Dilansir The Guardian, selama seminggu terakhir, terjadi aksi protes menolak kebijakan nol Covid di China.
Sejak Januari 2020, China mengklasifikasikan Covid-19 sebagai penyakit menular Kategori B tetapi menanganinya dengan protokol Kategori A.
Protokol kategori A berarti memberi wewenang kepada otoritas lokal untuk mengkarantina pasien dan kontak dekat mereka dan me-lockdown daerah yang terkena dampak.
Penyakit kategori A di China yaitu pes dan kolera.
Sementara Sars, AIDS dan antraks termasuk dalam Kategori B.
Baca juga: Antony Blinken: Pemerintahan Biden Dukung Aksi Unjuk Rasa Terkait Penguncian Ketat Covid-19 di China
Penyakit kategori C adalah influenza, lepra dan gondok.
Penyakit menular yang mudah menyebar dan memiliki tingkat kematian yang tinggi diklasifikasikan sebagai Kelas A atau Kelas B tetapi dikelola sebagai Kelas A.
Tetapi seorang pakar penyakit menular yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada outlet media China Yicai bahwa lebih dari 95 persen kasus Covid-19 di China sekarang tanpa gejala atau gejala ringan, serta tingkat kematiannya sangat rendah.
Dalam keadaan seperti itu, mengikuti manajemen Kelas A tidak sejalan dengan ilmu pengetahuan, tulis Yicai pada hari Minggu (4/11/2022).
Covid-19 dapat diturunkan ke manajemen Kategori B atau bahkan Kategori C, ujar ahli itu.
Setiap penyesuaian terhadap pengelolaan penyakit menular oleh Komisi Kesehatan Nasional, otoritas kesehatan tertinggi China, memerlukan persetujuan Dewan Negara, atau kabinet.
Wakil Perdana Menteri Sun Chunlan pekan lalu mengatakan bahwa China menghadapi "situasi baru" ketika virus Omicron melemah.
Chunlan menjadi pejabat tinggi pemerintah pertama yang secara terbuka mengakui bahwa kemampuan virus corona baru untuk menyebabkan kerusakan telah berkurang.
Pemerintah dan medianya sekarang sangat menekankan pengurangan keparahan, dan mempromosikan langkah-langkah mitigasi pribadi dan vaksinasi.

Baca juga: Saham dan Yuan China Senin Pagi Menguat di Tengah Pelonggaran Pembatasan Covid-19
Sebelumnya, kebijakan nol Covid, didekte sebagai satu-satunya cara keluar dari pandemi.
Kebijakan nol Covid secara umum membuat masyarakat China terlindungi dari virus selama sebagian besar pandemi.
Tetapi kebijakan itu dipertanyakan saat muncul varian yang lebih mudah menular.
Luapan kemarahan publik tampaknya telah mendorong pihak berwenang untuk mencabut beberapa pembatasan yang lebih berat.
Langkah itu dilakukan bahkan ketika strategi nol-Covid, yang bertujuan untuk mengisolasi setiap orang yang terinfeksi, masih ada.
Sepanjang pandemi, pembatasan Covid dikelola oleh berbagai tingkat pemerintahan.
Akibatnya, aturan seringkali tidak konsisten dan membingungkan.
Pelonggaran pembatasan tampaknya juga sama.
Beijing, Shanghai, Zhengzhou, dan Shenzhen adalah beberapa kota yang mengakhiri persyaratan hasil tes negatif untuk naik transportasi umum.
Pihak berwenang Beijing juga telah memerintahkan rumah sakit untuk berhenti menolak orang dengan hasil negatif untuk masuk, tetapi persyaratan ini masih berlaku di kota lain, seperti Chengdu dan Guangzhou.
Chongqing masih membutuhkan tes negatif dalam tiga hari terakhir untuk memasuki tempat umum.
Sementara itu, provinsi Zhejiang telah sepenuhnya mengakhiri tes rutin Covid, menurut media pemerintah.
Jumlah kasus yang dilaporkan setiap hari juga menurun di beberapa daerah, karena testing yang berkurang.
“Informasi pada tahap ini akan sedikit kacau,” kata mantan editor tabloid yang didukung negara, Global Times.

Baca juga: Presiden China Xi Jinping Tidak Mau Terima Vaksin Covid-19 Buatan Barat
Analis mengatakan bahwa keluar dari nol-Covid akan menimbulkan tantangan politik besar bagi Presiden China Xi Jinping.
Sudah ada laporan kebingungan dan keluhan karena kemunduran beberapa infrastruktur nol-covid bentrok dengan aturan yang masih berlaku.
Misalnya, pengurangan tempat pengujian yang menyebabkan antrian panjang bagi mereka yang masih membutuhkan tes untuk bepergian atau mengikuti kegiatan tertentu.
“Apa gunanya menutup stan pengujian tapi kami masih diminta menunjukkan hasil tes?” kata seorang pengguna Weibo.
China adalah negara besar terakhir yang mencoba menghentikan penularan Covid-19 sepenuhnya melalui karantina, penguncian, dan pengujian massal.
Meski sembilan dari 10 orang China telah divaksinasi, hanya 66 persen orang di atas 80 tahun yang sudah diberikan satu suntikan.
Sementara itu, hanya 40 persen yang menerima booster, menurut komisi tersebut.
Dilaporkan 86 persen orang di atas 60 tahun divaksinasi.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)