Selasa, 7 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Selalu Menargetkan Jaringan Energi Ukraina, Zelensky: Terorisme Energi

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky menyebut Rusia sebagai terorisme energi, karena selalu menargetkan jaringan energi di negaranya.

Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Sri Juliati
AFP/GENYA SAVILOV
Kendaraan melaju di sepanjang jalan pusat Khreshchatyk Kyiv pada malam 27 Oktober 2022, di tengah invasi Rusia ke Ukraina. - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky menyebut Rusia sebagai "terorisme energi" karena selalu menargetkan jaringan energi di negaranya. (Photo by Genya SAVILOV / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky menyebut saat ini sebanyak 4,5 juta orang hidup tanpa listrik setelah Rusia menyerang jaringan energi mereka.

Dalam beberapa minggu terakhir, Rusia selalu melakukan serangan rudal yang menargetkan fasilitas energi di Ukraina.

Hanya dalam beberapa bulan terakhir, Ukraina telah kehilangan sepertiga dari pembangkit listrik di negara itu.

Pemerintah Ukraina dipaksa untuk mendesak penduduk agar mencoba dan menggunakan energi dengan hemat.

"Malam ini, sekitar 4,5 juta konsumen terputus sementara dari konsumsi energinya," kata Presiden Zelensky dalam pidato malamnya, Kamis (3/11/2022), dikutip dari BBC.

Penargetan infrastruktur energi, kata Zelensky, Rusia menjadi "lemah" karena mereka gagal membuat banyak landasan di garis depan.

Baca juga: Putin Tuntut Jaminan Keamanan Ekspor Gandum, Zelensky: Tunjukkan Kegagalan Agresi Rusia

"Fakta bahwa Rusia menggunakan terorisme energi menunjukkan kelemahan musuh kita," katanya.

"Mereka tidak bisa mengalahkan Ukraina di medan perang, jadi mereka mencoba menghancurkan rakyat kita dengan cara ini," lanjut Zelensky.

Kementerian pertahanan Rusia telah mengkonfirmasi bahwa pihaknya menargetkan infrastruktur energi Ukraina.

Tuduhan Zelensky mencuat ketika muncul laporan yang menyatakan bahwa pasukan Rusia meninggalkan Kota Kherson.

Hal itu menandakan mundurnya Rusia secara besar-besaran.

Seorang pejabat Rusia di wilayah Kherson, Kirill Stremousov, mengatakan kepada media Rusia bahwa Moskow "kemungkinan" akan menarik pasukannya dari daerah itu.

Baca juga: Harga Gandum Turun, Setelah Rusia Kembali ke Kesepakatan Ekspor dari Laut Hitam Ukraina

Sementara menurut pejabat Barat, sebagian besar komandan Rusia telah ditarik dari kota.

Alih-alih mencoba untuk tetap menguasai kota, mereka mengatakan pasukan Rusia sedang membangun posisi pertahanan mereka di sisi lain Sungai Dnipro.

Menurut mereka, ini adalah sebagai bagian dari langkah Rusia yang lebih luas, untuk membangun garis pertahanan yang lebih baik.

Pasukan cadangan yang dimobilisasi telah dikirim ke kota, menurut pejabat itu, untuk menutupi retret terakhir ketika itu terjadi.

Saat pasukan ditarik, bank dilaporkan telah dikosongkan dan museum dijarah, menurut koresponden urusan internasional BBC, Paul Adams.

Seorang pekerja memeriksa kerusakan saat dia memperbaiki peralatan saluran listrik yang hancur setelah serangan rudal di pembangkit listrik, di lokasi yang dirahasiakan di Ukraina, pada 27 Oktober 2022, di tengah invasi Rusia ke Ukraina.
 (Photo by Sergei SUPINSKY / AFP)
Seorang pekerja memeriksa kerusakan saat dia memperbaiki peralatan saluran listrik yang hancur setelah serangan rudal di pembangkit listrik, di lokasi yang dirahasiakan di Ukraina, pada 27 Oktober 2022, di tengah invasi Rusia ke Ukraina. (Photo by Sergei SUPINSKY / AFP) (AFP/SERGEI SUPINSKY)

Baca juga: Ekonomi Rusia Menyusut 5 Persen pada September 2022, Terbebani Perang di Ukraina

Pihak berwenang yang menduduki juga telah mengevakuasi ribuan warga sipil selama beberapa minggu.

Musim Dingin jadi Ujian Serius bagi UE

Wakil Ketua Pertama Komite Dewan Federasi untuk Pertahanan dan Keamanan Rusia, Vladimir Chizhov mengatakan, musim dingin bisa menjadi ujian serius bagu Uni Eropa (UE).

"Terlalu dini untuk mengatakan bahwa UE tidak ada harapan."

"Ini adalah organisme yang relatif layak, dan ini dikonfirmasi oleh fakta bahwa jumlah negara yang ingin bergabung lebih besar daripada mereka yang mau keluar," kata Vladimir Chizhov, dikutip dari TASS.

"Uni Eropa dapat mengatasinya. Kita lihat sampai berapa lama krisis saat ini akan berlanjut."

"Musim dingin akan segera dimulai, dan telah dimulai di kawasan Eropa tertentu, dan ini akan menjadi ujian serius bagi warga Uni Eropa," lanjutnya.

Baca juga: Gedung Putih Tuding Korea Utara Secara Diam-diam Pasok Peluru Artileri ke Rusia

Menurutnya, situasi saat ini di Uni Eropa dapat digambarkan sebagai "badai yang ideal."

"Ada krisis energi yang muncul sebagian besar sebagai akibat dari serangkaian kesalahan sistemik yang dilakukan oleh pimpinan UE."

"Kedua, ada juga krisis keuangan yang disebabkan oleh volatilitas mata uang bersama UE, euro. Ada juga krisis pangan."

"Krisis yang dipicu oleh berbagai faktor, termasuk faktor cuaca, dengan musim panas yang sangat panas dan kekeringan di sebagian besar negara Eropa Barat, dan diperparah oleh gangguan rantai (pasokan) logistik," ungkap Chizhov.

Menurut senator Rusia, banyak masalah UE disebabkan oleh fakta bahwa keputusan yang dibuat oleh kepemimpinan UE yang birokratis, jauh dari kepentingan nyata penduduk dan dalam beberapa kasus bahkan bertentangan dengan kepentingan nasional beberapa negara.

Baca juga: 2 Oligarki Rusia dan Mitra Bisnis Roman Abramovich Masuk Daftar Sanksi Rusia oleh Inggris

Dia mengatakan, strategi Uni Eropa untuk secara bertahap mengurangi pembelian bahan bakar Rusia dimotivasi oleh alasan politik murni.

Dalam kata-katanya, UE tidak pernah memikirkan seberapa besar kemakmuran dan perkembangan ekonominya bergantung pada kerjasama yang sukses dengan Uni Soviet di masa lalu, dan dengan Rusia saat ini.

"Bahan bakar kami (dipasok) dengan harga stabil yang secara tradisional lebih rendah dari harga pasar."

"Saya mengacu pada gas, minyak, batu bara, dan bahkan bahan bakar nuklir," katanya.

Pada saat yang sama, Uni Eropa tetap menjadi mitra dagang terbesar Rusia, dengan ekspor Rusia "berkembang pesat," lanjut Chizhov.

"Struktur ekspor kita sebagian besar tidak berubah, kecuali produk yang terkena sanksi. Sejauh ini, sumber daya energi masih menjadi yang teratas," tambahnya.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved