Konflik Rusia Vs Ukraina
Zelensky Tawarkan Putin Jalan Keluar dari Perang Ukraina: 'Ini Kompromi'
Presiden Volodymyr Zelensky mengajukan jalan kepada Rusia untuk keluar dari konflik yang telah menghancurkan Ukraina selama 33 hari.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Volodymyr Zelensky mengajukan jalan kepada Rusia untuk keluar dari konflik yang telah menghancurkan Ukraina selama 33 hari.
Dilansir Newsweek, dalam sebuah wawancara dengan media independen Rusia, Zelensky menyarankan pasukan Rusia mundur ke posisi yang mereka pegang sebelum 24 Februari.
Posisi yang dimaksud yaitu wilayah timur Donbas yang diperebutkan, dan dari sana, Rusia dan Ukraina dapat mencoba memecahkan "masalah kompleks dari Donbas."
Berbicara dalam bahasa Rusia melalui Zoom pada 27 Maret, Zelensky mengatakan dia siap untuk memenuhi beberapa tuntutan Kremlin dalam pembicaraan mendatang antara diplomat kedua negara.
Dengan syarat setiap perubahan dimasukkan ke dalam referendum dan bahwa pihak ketiga berkomitmen untuk memastikan keamanan Ukraina.
Baca juga: 2 Jet Pribadi Senilai Rp861 Miliar Milik Oligarki Rusia Disita Otoritas Inggris
Baca juga: Gantikan Gas Rusia, AS dan Uni Eropa Sepakati Pemasokan Gas Cair (LNG)

Ditanya tentang niatnya untuk masa depan dan tentang bagaimana dia membayangkan kemenangan militer untuk Ukraina, Zelensky mengatakan:
"Saya mengerti bahwa tidak mungkin memaksa Rusia untuk sepenuhnya membebaskan wilayah itu, itu akan mengarah pada Perang Dunia III."
"Saya memahami semuanya dengan sempurna dan saya menyadari ini."
"Itu sebabnya saya katakan: Ini kompromi."
"Kembali ke tempat semuanya dimulai, dan di sana kita akan mencoba menyelesaikan masalah Donbas, masalah kompleks Donbas."
Daerah separatis Donetsk dan Luhansk menyatakan diri mereka "Republik Rakyat" pada musim semi 2014 lalu.

Kemerdekaan mereka lalu diakui oleh Kremlin tepat sebelum pasukan Moskow melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina pada 24 Februari.
Pemberontak yang didukung Rusia juga telah memerangi pasukan Ukraina di Donbas sejak 2014, ketika Rusia juga merebut Krimea dari Ukraina.
Wilayah ini berpenduduk padat, dengan enam hingga tujuh juta orang tinggal di sana sebelum perang pecah.
Diperkirakan jutaan orang telah meninggalkan wilayah itu sejak pasukan Rusia menyerbu Ukraina.
Beberapa melarikan diri ke Ukraina dan lainnya ke Rusia.
Jumat lalu, meskipun ada bukti bahwa invasi Rusia ke Ukraina tidak berjalan sesuai dengan rencana Kremlin, Moskow mengumumkan bahwa fase pertama operasi militer khusus di Ukraina sebagian besar telah selesai dan akan kembali fokus pada "pembebasan" wilayah Donbas.
Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, separatis yang didukung Rusia menguasai 93 persen Luhansk dan 54 persen Donetsk.
Pada hari Minggu, pejabat tinggi intelijen Ukraina Kyrylo Budanov menyebut bahwa Rusia mengarahkan pasukannya ke timur dan selatan Ukraina dengan tujuan membagi negara itu menjadi wilayah pendudukan dan non-pendudukan.
Sementara itu, babak baru negosiasi antara diplomat Ukraina dan Rusia akan berlangsung minggu ini di Turki.
Dalam pidato terbaru kepada warga Ukraina, Zelensky mengatakan dia akan mencari kesepakatan damai tanpa penundaan.
"Prioritas kami dalam negosiasi sudah diketahui," katanya.
"Kedaulatan Ukraina dan integritas teritorial tidak diragukan lagi."
"Jaminan keamanan yang efektif untuk negara kita adalah wajib."
"Tujuan kita jelas, perdamaian dan pemulihan kehidupan normal di negara asal kita sesegera mungkin."
Dalam wawancara 90 menit yang sama dengan media independen Rusia, Zelenksy mengatakan dia siap untuk membahas status netral untuk Ukraina sebagai bagian dari kesepakatan damai.
Tetapi ide itu juga harus dimasukkan ke dalam referendum dan dijamin oleh pihak ketiga.
Namun sensor media Rusia telah melarang publikasi wawancara itu dan berjanji untuk menyelidiki empat jurnalis yang terlibat, Financial Times melaporkan.
Para jurnalis tersebut adalah Ivan Kolpakov, editor situs berita berbahasa Rusia Meduza yang berbasis di Latvia; Vladimir Solovyov, seorang reporter untuk surat kabar Kommersant yang berbasis di Moskow, jurnalis lepas Rusia Mikhail Zygar; dan Tikhon Dzyadko, editor saluran televisi independen TV Rain, yang menghentikan sementara operasinya pada 3 Maret setelah situs webnya diblokir oleh sensor media Rusia.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)