Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Korea Utara Kuliahi Pekerja di Rusia soal Perang Ukraina, Klaim Moskow akan Menang

Pihak berwenang Korea Utara dilaporkan mengadakan kuliah khusus untuk para pekerja di Rusia tentang situasi internasional dan perang Rusia-Ukraina.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Daryono
AFP
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, menghadiri Rapat Pleno Komite Pusat Partai Pekerja Korea, Jumat (18/6). Foto dirilis KCNA pada Sabtu (19/6) 

TRIBUNNEWS.COM - Pihak berwenang Korea Utara dilaporkan mengadakan kuliah khusus untuk para pekerja di Rusia tentang situasi internasional dan perang Rusia-Ukraina saat ini.

Dikutip Tribunnews dari Daily NK pada Kamis (17/3/2022), selama kuliah, dosen itu membandingkan hubungan Rusia-Ukraina dengan Korea Utara-Korea Selatan. 

"Sama seperti Rusia menyerang Ukraina, kita (Korea Utara) dapat, jika perlu, juga menyerang Selatan kapan saja," ujar dosen itu menurut laporan.

Sumber Daily NK di Rusia pada Rabu pekan lalu mengatakan, pihak berwenang membagikan materi studi politik terkait invasi Rusia ke Ukraina kepada pekerja Korut di Rusia.

Baca juga: Rudal yang Ditembakkan Korea Utara Dilaporkan Gagal, Meledak Tak Lama setelah Diluncurkan

Baca juga: Dituduhkan kepada Putin, Ini Arti Penjahat Perang dan Pihak yang Berhak Memutuskan

Gambar tidak bertanggal yang dirilis dari kantor berita resmi Korea Utara (KCNA) pada Jumat (28/1/2022) menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah) memeriksa pabrik amunisi yang memproduksi sistem senjata utama di lokasi yang dirahasiakan.
Gambar tidak bertanggal yang dirilis dari kantor berita resmi Korea Utara (KCNA) pada Jumat (28/1/2022) menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah) memeriksa pabrik amunisi yang memproduksi sistem senjata utama di lokasi yang dirahasiakan. (AFP PHOTO/KCNA Via KNS)

"Sama seperti Rusia mengirim pasukan ke Ukraina, yang dulunya merupakan bagian dari negara yang sama (Uni Soviet), jika perlu, kami juga dapat mengambil alih Selatan," tulis materi tersebut.

"Kami dapat menyerang Korea Selatan dengan satu gerakan," tambahnya.

Lebih lanjut, materi itu mengatakan bahwa banyak orang di Korea Selatan yang menunggu reunifikasi dengan Korut.

Dosen itu, kata sumber, juga mengatakan kepada para pekerja bahwa Pyongyang menahan diri atas Seoul, sama halnya dengan Rusia yang tidak segera menduduki Ukraina meski punya kekuatan militer superior.

Materi itu mengklaim bahwa perang akan dimenangkan Rusia.

Singkatnya, menurut Daily NK, Pyongyang mengklaim akan memenangkan perang dengan Korea Selatan dengan membandingkan Seoul dengan Kyiv.

Sementara Korea Utara disamakan dengan Rusia, yang disebut memiliki kekuatan militer yang besar.

Kuliah itu kemungkinan ditujukan untuk menenangkan para pekerja Korea Utara di Rusia saat ini sebagai akibat dari krisis Ukraina.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (Kiri) dan Presiden AS Donald Trump berjabat tangan selama pertemuan di sisi selatan Garis Demarkasi Militer yang membagi Korea Utara dan Selatan, di Area Keamanan Bersama (JSA) Panmunjom di zona Demiliterisasi (DMZ) pada tanggal 30 Juni 2019.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (Kiri) dan Presiden AS Donald Trump berjabat tangan selama pertemuan di sisi selatan Garis Demarkasi Militer yang membagi Korea Utara dan Selatan, di Area Keamanan Bersama (JSA) Panmunjom di zona Demiliterisasi (DMZ) pada tanggal 30 Juni 2019. (Brendan Smialowski / AFP)

Selain itu, untuk meningkatkan kepercayaan para pekerja terhadap kebijakan luar negeri Kim Jong Un.

Tidak hanya menunjukkan dukungan untuk invasi Rusia ke Ukraina, materi tersebut juga mengklaim bahwa AS mendorong 'perang saudara' antara kedua belah pihak.

Secara khusus, materi tersebut mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah berusaha meyakinkan Ukraina untuk tidak bergabung dengan NATO selama bertahun-tahun dan memberi Ukraina banyak peluang untuk mengubah arah.

Namun, krisis meletus setelah Ukraina terus aktif mencari keanggotaan NATO.

Korea Utara sempat menunjukkan dukungannya atas invasi Rusia ke Ukraina.

Pada 2 Maret, Korea Utara memberikan suara menentang resolusi Majelis Umum PBB yang mengecam invasi Rusia ke Ukraina dan menuntut penarikan pasukan Rusia.

Dalam pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Korea Utara pada 28 Februari, Korea Utara mengklaim bahwa sumber krisis Ukraina terletak pada "kebijakan hegemonik AS dan Barat".

Kuliah untuk pekerja Korea Utara di Rusia juga menekankan pembenaran Korea Utara untuk memiliki senjata nuklir.

Rudal balistik Korea Utara, Pukguksong-3, yang diluncurkan dalam mode vertikal, Rabu (2/10/2019).
Rudal balistik Korea Utara, Pukguksong-3, yang diluncurkan dalam mode vertikal, Rabu (2/10/2019). (SPUTNIK NEWS)

Baca juga: Rusia Ledakkan Gedung Teater di Ukraina Tempat 1.200 Warga Sipil Berlindung

Baca juga: Ukraina dan Rusia Akan Susun Rencana Netralitas 15 Poin untuk Akhiri Perang, Kyiv Dilarang Ikut NATO

"AS-lah yang menuntut senjata nuklir yang ditempatkan di Ukraina dikembalikan, dan sekarang AS yang memprovokasi Rusia untuk memulai perang," bunyi materi itu.

"Hanya militer independen yang dapat menjaga perdamaian."

Daily NK melaporkan, otoritas negara sedang menjelaskan krisis Ukraina kepada para kader di dalam Korea Utara dan mendidik mereka tentang perlunya pertahanan diri nasional dan senjata nuklir.

"Selama kuliah (di Rusia), para pekerja diberitahu bahwa, meskipun situasi di Rusia sekarang mungkin membingungkan, mereka harus menjaga segala sesuatunya dalam perspektif dan (memperingatkan bahwa mereka harus fokus untuk) menghasilkan mata uang asing untuk tanah air," sumber menambahkan.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved