Konflik Rusia Vs Ukraina
Angkatan Darat Ukraina Klaim Kuasai Sistem Arhanud Pantsir-S1 Ketiga Rusia
"Lebih dari 10 hari sejak perang dimulai, sistem Pantsir ketiga (milik Rusia) telah dinetralisir. Sekarang kami akan menghancurkannya," kata Kim.
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MYKOLAIV - Angkatan Bersenjata Ukraina mengklaim telah menguasai rudal self-propelled ketiga Rusia dan sistem artileri anti-pesawat, Pantsir-S1.
Pernyataan itu disampaikan Kepala Administrasi Militer Daerah Mykolaiv, Vitalii Kim melalui pesan Telegram.
"Lebih dari 10 hari sejak perang dimulai, sistem Pantsir ketiga (milik Rusia) telah dinetralisir. Sekarang kami akan menghancurkannya," kata Kim.
Dikutip dari laman Ukrinform, Selasa (8/3/2022), menurut Pusat Komunikasi Strategis dan Keamanan Informasi Ukraina, harga ekspor sistem tersebut mencapai 20 juta dolar Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Presiden Ukraina Berpidato di Kantornya untuk Pertama Kali sejak Serangan Rusia: Saya Tidak Sembunyi
Sebelumnya pada 24 Februari lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan perang terhadap Ukraina dan melancarkan invasi besar-besaran.
Ukraina mengklaim pasukan Rusia telah menembaki dan menghancurkan infrastruktur utama.
Begitu pula dengan rudal yang menghantam bangunan pemukiman warga.
Darurat militer pun diberlakukan di Ukraina dan mobilisasi umum turut diumumkan.
Bahkan negara yang dipimpin Presiden Volodymyr Zelenskyy itu secara resmi mengajukan gugatan terhadap Federasi Rusia ke Pengadilan Internasional Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Den Haag, Belanda.
Sementara itu, alasan Rusia melancarkan operasi militer khusus di Ukraina adalah karena Ukraina dinilai gagal mengimplementasikan perjanjian Minsk dan menyelesaikan konflik di Donbass secara damai.
Baca juga: Poseidon, Senjata Pamungkas Putin Jika Akhirnya Harus Perang Habis-habisan Melawan Amerika dan NATO
Putin pun mengatakan bahwa negaranya tidak punya pilihan lain selain bertindak, setelah berminggu-minggu terjadi aksi penembakan terhadap Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Lugansk (LPR) yang diklaim dilakukan oleh pasukan Ukraina.
Dengan demikian, ia kemudian memerintahkan pasukannya untuk melakukan 'demiliterisasi dan denazifikasi' negara tetangganya itu.
Rusia bahkan mengklaim telah berulang kali memperingatkan negara-negara Barat agar tidak mengirimkan persenjataan canggih mereka ke Ukraina.
Putin menilai bahwa hal itu akan membuat Ukraina berani dan mendorongnya untuk mencoba menyelesaikan konflik di Donbass dengan menggunakan militernya.
Sebelumnya, The Washington Post melaporkan bahwa AS telah mengirim perangkat keras militer senilai ratusan juta dolar AS ke Ukraina sejak Desember 2021, beberapa bulan sebelum keputusan Rusia untuk meluncurkan operasi militer khusus.