Senin, 6 Oktober 2025

Profesor di Yaman Ditembak Mati saat Berjalan, Sempat Kritik Kelompok Houthi di Medsos

Seorang profesor di Universitas Sana'a, Yaman, ditembak mati oleh sekelompok orang bersenjata pada Rabu (4/8/2021) malam waktu setempat.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Hani Al-Ansi / dpa
16 Maret 2019, Yaman, Sanaa: Pejuang militan Houthi memegang senjata mereka dan meneriakkan slogan-slogan selama pertemuan yang bertujuan untuk memobilisasi lebih banyak pejuang sebelum menuju ke medan perang. 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang profesor di Universitas Sana'a, Yaman, ditembak mati oleh sekelompok orang bersenjata pada Rabu (4/8/2021) malam waktu setempat.

Menurut keterangan warga, profesor bernama Mohammed Ali Naeem itu ditembak saat berjalan keluar dari rumah seorang temannya.

Dilansir Arab News, Mohammed Ali Naeem bekerja di Departemen Teknik dan Arsitektur di Universitas Sana'a. 

Dia dinyatakan meninggal di rumah sakit setelah serangan di Jalan Tunisia di Kota Sana'a.

Baca juga: Penggunaan Uang Digital di Arab Saudi Meningkat 75 Persen dalam Setahun Terakhir

Baca juga: Pertempuran Jalanan Berkecamuk di Laskhar Gah, AS dan Inggris Tuduh Taliban Bantai Warga Sipil

Seorang pejuang yang setia kepada militan Houthi Yaman berjaga-jaga selama unjuk rasa memperingati kematian Imam Syiah Zaid bin Ali di ibu kota Sanaa, pada 14 September 2020.
Seorang pejuang yang setia kepada militan Houthi Yaman berjaga-jaga selama unjuk rasa memperingati kematian Imam Syiah Zaid bin Ali di ibu kota Sanaa, pada 14 September 2020. (Mohammed HUWAIS / AFP)

Pembunuhan itu terjadi beberapa jam setelah dia menulis postingan di media sosial.

Dalam unggahannya itu, Ali Naeem menuntut Houthi dan pemerintah Yaman menaikkan gaji karyawan.

Mohammed Ali Naeem juga mengeluhkan depresi mata uang riyal Yaman dan kenaikan harga bahan pokok.

"Kami menuntut pemerintah Sana'a dan Aden menaikkan gaji," tulisnya di Facebook.

Kritikan juga dia sampaikan melalui postingan terpisah dan mengatakan "Revolusi masih berlangsung."

Pegawai negeri di Kota Sana'a dan wilayah yang dikuasai Houthi belum menerima pembayaran gaji sejak akhir 2016.

Itu terjadi ketika pemberontak yang didukung Iran ini berhenti membayar gaji sebagai tanggapan atas relokasi presiden Yaman dari kantor pusat bank sentral dari Sana'a ke Aden.

Pembunuhan ini adalah yang terbaru dalam serangkaian kasus penembakan lain.

Diduga aksi ini dilakukan pejabat senior Houthi dan diarahkan kepada pembangkang serta musuh.

Tahun lalu, sekelompok orang bersenjata membunuh Hassan Zaid, menteri olahraga dan pemuda di kabinet Houthi.

"Tidak ada yang bisa bebas berkeliaran di sekitar Sana'a membawa senjata selain pendukung gerakan Houthi," kata Sami Noaman, jurnalis Yaman dan mantan tahanan Houthi.

Sami Noaman mengatakan bahwa kelompok pemberontak ini diduga menghabisi lawan dan kritikus.

Di sisi lain, pendukung Houthi akan diberi perlakuan khusus.

Puluhan mahasiswa Universitas Sana'a turun ke media sosial pada Rabu malam.

Mereka ikut berduka dan mengenang mendiang profesor.

Para mahasiswa menggambarkan Naeem sebagai orang yang baik dan dosen yang luar biasa.

"Tidak ada kata-kata yang dapat menggambarkan sejauh mana tragedi dan kesedihan kematian Anda," tulis Ghadir Yahya, seorang mantan mahasiswa, di Facebook.

Pendukung militan Houthi Yaman mengangkat plakat selama protes terhadap blokade yang diberlakukan di negara mereka oleh koalisi Saudi, di ibu kota Sanaa, pada 26 Februari 2021. Militan Huthi yang didukung Iran di Yaman mengklaim pada 28 Februari, percobaan serangan yang menargetkan ibu kota Arab Saudi Riyadh dan wilayah lain dalam semalam, mengancam lebih banyak serangan.
Mereka telah mengintensifkan operasi melawan kerajaan di tengah meningkatnya bentrokan berdarah untuk merebut benteng terakhir Marib di utara yang didukung pemerintah Yaman.
Pendukung militan Houthi Yaman mengangkat plakat selama protes terhadap blokade yang diberlakukan di negara mereka oleh koalisi Saudi, di ibu kota Sanaa, pada 26 Februari 2021. Militan Huthi yang didukung Iran di Yaman mengklaim pada 28 Februari, percobaan serangan yang menargetkan ibu kota Arab Saudi Riyadh dan wilayah lain dalam semalam, mengancam lebih banyak serangan. Mereka telah mengintensifkan operasi melawan kerajaan di tengah meningkatnya bentrokan berdarah untuk merebut benteng terakhir Marib di utara yang didukung pemerintah Yaman. (Mohammed HUWAIS / AFP)

Baca juga: Dipenjara dan Dilecehkan Houthi, Model asal Yaman Mencoba Gantung Diri di Penjara

Baca juga: Arab Saudi Denda Rp 1,9 Miliar bagi Pendatang dari Negara Terinfeksi Tinggi Covid-19

Kelompok Hutsi atau biasanya dikenal Houthi, sebenarnya memiliki nama resmi Anshar Allah.

Houthi merupakan gerakan bersenjata yang muncul Yaman Utara pada 1990an.

Kelompok ini muncul sebagai oposisi terhadap mantan Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, yang dituduh melakukan korupsi.

Houthi juga mengkritik mantan presiden ini karena dianggap mengorbankan rakyat dan kedaulatan Yaman demi dukungan dari Arab Saudi dan Amerika Serikat.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved