Arab Saudi Izinkan Pesawat Israel Melintasi Wilayah Udaranya, Buah Normalisasi Israel-UEA
Arab Saudi mengizinkan pesawat Israel melintasi wilayah udaranya saat perjalanan menuju Uni Emirates Arab (UEA).
TRIBUNNEWS.COM - Arab Saudi mengizinkan pesawat Israel melintasi wilayah udaranya saat perjalanan menuju Uni Emirat Arab (UEA).
Dilansir Al Jazeera, keputusan ini datang setelah penasihat senior Gedung Putih Jared Kushner dan otoritas Arab Saudi melakukan pertemuan.
Kushner dan utusan Timur Tengah Avi Berkowitz dan Brian Hook membahas masalah ini setelah tiba di Arab Saudi.
"Kami dapat mendamaikan masalah tersebut," kata seorang pejabat pemerintahan Presiden AS Donald Trump kepada Reuters, Senin (30/11/2020).
Menurut laporan Jerussalem Post, keputusan Arab Saudi akan mempersingkat jarak tempuh pesawat dari Israel.
Baca juga: Penguasa Arab Saudi Izinkan Pesawat Israel Lintasi Wilayah Udaranya menuju Emirat Arab
Baca juga: AS Dorong Penjualan 18 Drone Canggih Senilai Rp 41,3 Triliun ke UEA

Sehingga memungkinkan maskapai penerbangan Israel untuk menawarkan penerbangan langsung ke Dubai.
Kesepakatan ini diputuskan hanya beberapa jam sebelum penerbangan komersial pertama Israel ke UEA pada Selasa (1/12/2020) pagi, waktu setempat.
Penerbangan Israir berisiko dibatalkan jika tidak mengantongi perjanjian penerbangan.
Pada September lalu, Arab Saudi menyatakan akan mengizinkan semua penerbangan sipil asing terbang di atas wilayah udaranya atas permintaan UEA.
Namun pesan itu tidak secara gamblang menyebut Israel, sehingga membuat pemerintahan PM Netanyahu khawatir.
Tetapi dengan keputusan saat ini, maskapai penerbangan Israel seperti Israir, Arkia, dan El Al bersiap menerbangkan ribuan orang Israel ke Dubai selama Desember.
Jared Kushner, pada September lalu mengatakan kepada wartawan bahwa "Arab Saudi dan Bahrain akan mengizinkan semua penerbangan Israel melewati wilayah mereka, dan tidak hanya penerbangan ke dan dari Emirates."
Penerbangan langsung ini merupakan bagian dari kesepakatan normalisasi yang dilakukan Israel dengan UEA, Bahrain, dan Sudan.
Di sisi lain, UEA memperoleh keuntungan berupa penjualan senjata dari AS, termasuk jet tempur canggih untuk negara Teluk.
"(Kesepakatan) ini harus menyelesaikan setiap kendala yang terjadi dengan operator Israel yang membawa orang-orang dari Israel ke UEA dan kembali dan ke Bahrain," kata pejabat Gedung Putih kepada Reuters.
Kushner dan timnya akan bertemu dengan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dan Emir Kuwait akhir pekan ini.
Salah satu maksud kunjungan itu adalah mencoba membujuk negara Dewan Kerjasama Teluk (GCC) untuk mengakhiri blokade Qatar.
Diketahui embargo Qatar ini telah berjalan tiga tahun lamanya.
Qatar ada di bawah blokade udara, darat, dan laut yang diberlakukan anggota GCC yakni Arab Saudi, UEA dan Bahrain, dan non-anggota GCC Mesir sejak Juni 2017.
Mereka memutuskan hubungan dengan Doha setelah mengklaim Qatar mendukung terorisme.
Namun Qatar menyangkal tuduhan tersebut.
Pihaknya mengatakan 'tidak ada pembenaran yang sah' untuk memutuskan hubungan.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)