POPULER Internasional: Pangeran William Sempat Didiagnosis Positif Covid-19 | Jelang Pilpres AS 2020
Pangeran William rupanya sempat didiagnosis Covid-19 April lalu, tetapi merahasiakannya dari publik.
TRIBUNNEWS.COM - Berikut rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dalam 24 jam terakhir.
Pangeran William rupanya sempat didiagnosis Covid-19 April lalu, tetapi merahasiakannya dari publik.
Berdasarkan polling terbaru, Donald Trump kalah di pemilu AS, tetapi masih bisa menang dengan syarat.
Pemenang Pilpres AS bukan ditentukan publik tapi Electoral Collage, begini cara kerjanya.
Sementara itu jelang Pilpres AS, demo tuntut hak pilih di North Carolina rusuh.
1. Terungkap Pangeran William Positif Corona Awal Tahun Ini, Sengaja Dirahasiakan Agar Negara Tak Panik
Putra pertama pewaris takhta Kerajaan Inggris, Pangeran William dinyatakan positif Covid-19 awal tahun ini.
Hal tersebut diungkap seorang sumber dari istana kepada BBC.
Pangeran William diyakini terpapar virus corona pada April, bulan yang sama dengan ayahnya, Pangeran Charles.
Menurut laporan The Sun, Pangeran William memang merahasiakan diagnosisnya tersebut agar masyarakat Inggris tidak khawatir.
Hingga kabar ini diturunkan, pihak Istana Kensington, kantor, dan rumah Pangeran William menolak berkomentar secara resmi.
Dilansir CNN, meski tidak berkomentar pihaknya juga tidak menyangkal laporan tersebut.
"(Pangeran William tidak memberi tahu siapapun soal diagnosanya karena) ada hal-hal penting yang terjadi dan saya tidak ingin membuat siapa pun khawatir," menurut The Sun.
Baca juga: Pangeran William Disebut Menolak Makan Siang dengan Harry, Tak Bisa Munafik saat Bertemu Adik
Baca juga: Tanpa Sebut Gelar, Pangeran William dan Kate Middleton Beri Selamat Ulang Tahun pada Pangeran Harry

Kakak Pangeran Harry ini dirawat oleh dokter istana.
Dia juga mengisolasi diri di rumah keluarga, di Anmer Hall, Norfolk.
Koresponden kerajaan dari BBC, Jonny Dymond mengatakan kemungkinan alasan Pangeran William merahasiakan diagnosanya.
2. Poling Terbaru, Trump Kalah di Pilpres AS, Dia Bisa Menang Jika Syarat Ini Terpenuhi
Penantang Donald Trump, Joe Biden, memimpin sementara perolehan poling nasional Pemilihan Presiden Amerika Serikat atau Pilpres AS 2020.
Joe Biden selalu unggul di atas 10 persen.
Melansir BBC.com, Selasa (2/11/2020), Biden memimpin poling nasional dengan 52%.
Sementara Donald Trump tertinggal 43%.
Apakah Donald Trump si petahana akan tumbang kali ini?
Tunggu dulu! Jangan pernah remehkan petahana tiap pemilihan.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tertinggal jauh dari Joe Biden dalam polling pemilih di pilpres AS 2020, tapi bukan berarti tak ada peluang menang bagi sang petahana.

Debat capres AS sudah berakhir, puluhan juta orang Amerika sudah memberikan suaranya, dan Biden digadang-gadang akan melenggang ke Gedung Putih.
Namun, masih ada peluang dari Trump untuk menyalip capres dari Partai Demokrat tersebut, misalnya dengan memenangkan negara bagian Florida dan Pennsylvania.
Trump kalah suara di popular vote dari Hillary Clinton pada 2016 dengan hampir 3 juta suara, dan kemungkinan besar juga akan kalah dari Biden.
3. Pemenang Pilpres AS Bukan Ditentukan Publik tapi Electoral Collage? Bagaimana Cara Kerjanya?
Pemilihan presiden Amerika Serikat ( pilpres AS) akan berlangsung pada 3 November, dan sebagaimana pilpres-pilpres sebelumnya kemenangan bukan ditentukan oleh suara publik ( popular vote) tapi Electoral College (Dewan Elektoral).
Setiap empat tahun, orang-orang yang duduk di Dewan Elektoral adalah yang sebenarnya menentukan siapa presiden dan wakil presiden baru AS.
Berikut adalah penjelasan apa itu Electoral College dan mengapa jadi kunci kemenangan di pilpres AS.
Ketika orang-orang Amerika pergi ke TPS, mereka sebenarnya memilih sekelompok pejabat yang akan menduduki Electoral College.
Kata "college" di sini bermakna sekelompok orang dengan tugas bersama. Orang-orang ini disebut electors, dan tugasnya adalah memilih presiden serta wakil presiden.
Pertemuan Dewan Elektoral dilakukan 4 tahun sekali, beberapa minggu setelah hari pemilihan.
Bagaimana cara kerja Electoral College?
Dilansir dari BBC pada Rabu (28/10/2020), setiap negara bagian secara kasar punya jumlah electors sesuai jumlah penduduknya. Semakin banyak penduduknya, maka elector-nya semakin banyak.
Masing-masing dari 50 negara bagian AS ditambah Washington DC memiliki jumlah electoral votes yang sama dengan jumlah anggotanya di DPR ditambah dua Senator mereka.
California memiliki jumlah electors terbanyak yaitu 55, sedangkan negara-negara bagian yang berpenduduk sedikit seperti Wyoming, Alaska, dan North Dakota (serta Washington DC sebagai ibu kota) minimal punya 3, sehingga total ada 538 electors.
4. Jelang Pilpres AS: Demo Tuntut Hak Pilih di North Carolina Rusuh,Polisi Semprotkan Lada ke Kerumunan
Protes damai di North Caroline berubah menjadi kacau setelah polisi setempat menyeprotkan lada ke arah kerumunan.
Mengutip USA Today, diketahui para demonstran berkumpul di sana untuk menuntut hak suara/pilih pada Pilpres AS 2020 ini.
Gubernur North Carolina Roy Cooper mengatakan, insiden penyemprotan merica ke arah demonstran tidak dapat diterima.
"Para demonstran yang menggelar aksi damai harus dapat membuat suaranya didengar dan intimidasi pemilih dalam bentuk apa pun tidak dapat ditoleransi," katanya.
Sekira 200 orang yang tergabung dalam aksi itu berjalan kaki ke Gedung Pengadilan distrik.
Baca juga: Pemungutan Suara Awal Pemilu AS : Lebih 2 Juta Orang Sudah Memilih ke TPS di New York
Baca juga: Pilpres AS 2020: Sekira 92 Juta Orang Telah Memberikan Suara Lebih Awal

Secara terpisah, petugas dari Departemen Kepolisian Graham menembakkan, semprotan merica sambil memberitahu kelompok hak-hak sipil untuk keluar dari jalan.
Polisi mengatakan, peserta memblokir jalan tanpa izin.
Delapan orang ditangkap.
Jurnalis Ikut Disemprot Merica
Secara terpisah, seorang reporter Burlington Times-News, bagian dari USA TODAY Network, yang berada di tempat kejadian dan juga disemprot merica.
(Tribunnews.com)