Kamis, 2 Oktober 2025

Ledakan di Beirut

Kolonel yang Tewas Misterius Pernah Minta Pindahkan Amonium Nitrat dari Pelabuhan Beirut

ledakan akibat 2.750 ton amonium nitrat itu telah menewaskan 135 orang dan 5.000 lainnya luka-luka.

Editor: Johnson Simanjuntak
AFP/STR
Api berkobar dan asap mengepul usai terjadinya ledakan dahsyat di kawasan pelabuhan, di Kota Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020) waktu setempat. Dua ledakan besar terjadi di Kota Beirut menyebabkan puluhan orang meninggal, ribuan lainnya luka-luka, dan menimbulkan berbagai kerusakan pada bangunan di kawasan ledakan hingga radius puluhan kilometer. Penyebab ledakan masih dalam penyelidikan pihak yang berwenang. AFP/STR 

TRIBUNNEWS.COM, BEIRUT -- Ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut, Lebanon pada Selasa (4/8/2020) mengejutkan dunia.

Setidaknya ledakan akibat 2.750 ton Amonium Nitrat itu telah menewaskan 135 orang dan 5.000 lainnya luka-luka.

Ternyata jauh sebelum kejadian ini, seorang pejabat Lebanon yang tewas secara misterius pada 2017 lalu, pernah meminta agar 2.750 ton amonium nitrat dipindahkan dari pelabuhan.

Pada 2013, pejabat itu telah menyerukan pemindahan 2.750 ton amonium nitrat dari pelabuhan Beirut di 2013, menurut dokumen yang dibagikan media Lebanon pada Kamis (6/8/2020).

Kolonel Joseph Skaf, kepala Divisi pengendalian narkoba di Bea Cukai Lebanon, menulis pada saat itu:

"Kami memberitahu Anda, divisi ini menerima informasi tentang kehadiran kapal Rhosus di pelabuhan Beirut. Kapal itu sarat dengan amonium nitrat, yang digunakan sebagai bahan peledak, sangat berbahaya dan merupakan ancaman bagi keselamatan masyarakat."

"Dia meminta pihak berwenang untuk memindahkan kapal menjauh dari dermaga pelabuhan dan menempatkannya di bawah pengawasan," menurut dokumen, seperti dilansir Al Arabiya, Jumat (7/8/2020).

Skaf meninggal dunia pada 2017, namun penyebab kematiannya tidak diketahui secara definitif, karena terdapat dua laporan otopsi yang bertentangan.

Baca: Awal Mula Amonium Nitrat Penyebab Ledakan Bisa Berada di Gudang Pelabuhan Beirut

Surat Kabar utama Lebanon An-Nahar melaporkan ada dua kemungkinan yang bisa menjadi penyebab kematian Skaf pada waktu itu:

"Apakah mantan Kolonel Joseph Skaf kaki tergelincir atau ia terlempar dari ketinggian tiga meter? Sebuah pertanyaan yang tetap belum terungkap, terutama setelah dua laporan forensik yang kontradiksi yang ditugaskan oleh jaksa penuntut umum dari dua pemeriksa medis, "mengutip sebuah sumber dalam pasukan keamanan internal Lebanon (ISF).

Sumber ISF berkata pada waktu itu sudah direncanakan karena ditemukan dua luka memar pada bagian kepala sang kolonel.

"Salah satu dari dua laporan tersebut menyatakan itu sebagai insiden atau kecelakaan, dan yang lainnya menegaskan itu disengaja karena diremukan memar di kepala almarhum."

Timbunan amonium nitrat di pelabuhan Beirut meledak pada Selasa (4/8/2020), menewaskan sedikitnya 137 orang dan melukai lebih dari 5.000 orang.

Foto kombinasi yang menunjukkan terjadinya ledakan dahsyat di kawasan pelabuhan, di Kota Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020) waktu setempat. Dua ledakan besar terjadi di Kota Beirut menyebabkan puluhan orang meninggal, ratusan lainnya luka-luka, dan menimbulkan berbagai kerusakan pada bangunan di kawasan ledakan hingga radius puluhan kilometer. Penyebab ledakan masih dalam penyelidikan pihak yang berwenang. AFP/Mouafac Harb
Foto kombinasi yang menunjukkan terjadinya ledakan dahsyat di kawasan pelabuhan, di Kota Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020) waktu setempat. Dua ledakan besar terjadi di Kota Beirut menyebabkan puluhan orang meninggal, ratusan lainnya luka-luka, dan menimbulkan berbagai kerusakan pada bangunan di kawasan ledakan hingga radius puluhan kilometer. Penyebab ledakan masih dalam penyelidikan pihak yang berwenang. AFP/Mouafac Harb (AFP/Mouafac Harb)

Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan ledakan itu disebabkan oleh timbunan amonium nitrat yang disimpan di pelabuhan selama bertahun-tahun tanpa tindakan pengamanan.

16 Orang Ditahan

Ototitas Lebanon telah menangkap 16 orang terkait ledakan besar di gudang pelabuhan Beirut pada Selasa (4/8/2020).

Demikian kantor berita negara National News Agency (NNA) mengutip keterangan hakim Fadi Akiki, perwakilan pemerintah di pengadilan militer, seperti dilansir Reuters, Jumat (7/8/2020).

Sumber peradilan dan media lokal mengatakan Manajer Umum Pelabuhan di antara mereka yang ditahan.

Fadi Akiki mengatakan sejauh ini lebih dari 18 orang mulai dari pejabat pelabuhan, Bea Cukai dan pihak terkait yang terlibat dalam pekerjaan pemeliharaan di gudang.

"Enam belas orang telah ditahan sebagai bagian dari penyelidikan," ujar Akiki.

Dia mengatakan penyelidikan masih terus berlanjut.

Sebuah sumber yudisial dan dua penyiar lokal mengatakan Manager Umum Hassan Koraytem di antara mereka yang ditahan.

Sebelumnya, bank sentral mengatakan telah membekukan rekening tujuh orang termasuk Koraytem.

Total Kerugian Mencapai Rp216 Triliun

Gubernur Beirut Marwan Abboud memperkirakan kerugian akibat ledakan Selasa (4/8/2020) mencapai 10 hingga 15 miliar dolar AS atau sekitar Rp144 triliun-Rp216 triliun.

Jumlah ini termasuk kerugian langsung dan tidak langsung yang berkaitan dengan bisnis.

Demikian disampaikam Gubernur Beirut kepada Al Hadath TV pada Rabu (5/8/2020) waktu setempat, seperti dilansir Reuters, Kamis (6/8/2020).

Gubernur juga mengatakan kepada Al Hadath TV bahwa jumlah gandum yang tersedia saat ini terbatas.

Bahkan ia berpikir, krisis akan terjadi, jika tanpa campur tangan internasional.

Hingga Rabu (5/8/2020) malam, jumlah korban tewas mencapai 135 orang, sekitar 5.000 lainnya terluka dan puluhan lainnya masih hilang.

Pemerintah Lebanon telah meminta dukungan bantuan dari komunitas internasional.

Ledakan di pelabuhan Beirut itu juga mengakibatkan 250 ribu orang kehilangan tempat tinggal.

Dalam pidato Nasionalnya, Presiden Lebanon menegaskan, pemerintah "bertekad untuk menyelidiki dan mengekspos apa yang terjadi sesungguhnya sesegera mungkin.

Aoun berjanji, penyelidikan dan hasilnya akan terungkap secara transparan.

Demikian ia menegaskan dalam pertemuan darurat menteri kabinet pada Rabu (5/8/2020),

Dia juga memohon kepada negara lain untuk mempercepat bantuan ke Lebanon, yang sudah bergulat dengan krisis ekonomi.

Aoun tegaskan, mereka yang bertanggung jawab akan berhadapan dengan hukum.

"Mereka yang bertanggung jawab akan diberi hukuman paling berat," tulis Aoun dalam akun Twitter kepresidenan.

Aoun mengatakan keadaan darurat selama dua pekan harus diumumkan atas insiden ledakan besar yang hingga saat ini masih diselidiki asal-muasalnya.

Status darurat ini dirasa tepat menyusul besarnya dampak yang dirasakan di sepenjuru Beirut, bahkan hingga area pinggiran ibu kota ini. (Al-Arabiya/Reuters/Al Jazeera/BBC/CNN/AFP/AP/Channel News Asia/NYTimes)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved