Minggu, 5 Oktober 2025

Rusuh di Amerika Serikat

Mantan Menhan AS: Trump Coba ''Pecah-Belah'' Amerika

Ia menuduh Presiden Trump mencoba untuk "memecah belah" Amerika Serikat dan gagal memberikan "kepemimpinan yang bijak"

Editor: Johnson Simanjuntak
AP/Hennepin County Sheriffs Office via Kompas.com
Dari kiri, Derek Chauvin, J Alexander Kueng, Thomas Lane, dan Tou Thao. Chauvin didakwa melakukan pembunuhan tingkat dua atas George Floyd, seorang pria kulit hitam yang meninggal setelah ditahan olehnya dan petugas kepolisian Minneapolis lainnya pada 25 Mei. Ada pun Kueng, Lane, dan Thao dituduh membantu dan bersekongkol dengan Chauvin. 

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON -- Mantan Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Jim Mattis mengeluarkan teguran keras kepada Presiden Donald Trump pada Rabu (3/6/2020), terkait menangani aksi unjuk rasa warga menuntut keadilan George Floyd.

Ia menuduh Presiden Trump mencoba untuk "memecah belah" Amerika Serikat dan gagal memberikan "kepemimpinan yang bijak" ketika gelombang berhari-hari berlangsung di Negeri Paman Sam.

Mattis mengundurkan diri pada Desember 2018 lalu, setelah Trump memerintahkan penarikan semua pasukan dari Suriah.

Mattis menyuarakan dukungannya terhadap aksi para demonstran yang anti-rasisme setelah kematian Floyd 25 Mei lalu.

"Donald Trump adalah Presiden pertama dalam seumur hidup saya yang tidak mencoba untuk menyatukan rakyat Amerika-bahkan tidak berpura-pura untuk mencoba," tegas Mattis seperti dilansir The Atlantic dab AFP, Kamis (4/6/2020).

Baca: PBB Soroti Rasisme yang Memicu Kerusuhan di Amerika

"Sebaliknya, ia mencoba untuk memecah belah kita," ujar pensiunan Jenderal Angkatan Laut ini.

"Kita menyaksikan konsekuensi dari tiga tahun tanpa kepemimpinan yang matang," jelasnya.

Mattis mengaku "marah dan terkejut" setelah menyaksikan peristiwa seminggu terakhir, ketika melihat Trump mengancam akan mengerahkan militer untuk meredam aksi unjuk rasa warga.

Kemarahan warga itu dipicu oleh pembunuhan FLoyd pada 25 Mei.

Ia meninggal dengan tragis ketika lutut seorang perwira polisi kulit putih mencekiknya. Kematian Floyd terekam dalam video yang viral.

Demonstrasi sebagian besar berjalan damai, tetapi beberapa telah merosot menjadi kekerasan dan penjarahan di sejumah kota.

Menurut Mattis, suara tuntutan keadilan dari para demonstran adalah desakan "yang sehat dan menyatukan."

"Ketika saya bergabung dengan militer, sekitar 50 tahun yang lalu, saya bersumpah untuk mendukung dan membela Konstitusi," tegas Mattis.

"Tidak pernah saya bermimpi, pasukan yang mengambil sumpah yang sama akan diperintahkan dalam keadaan apapun untuk melanggar hak-hak konstitusional sesama warga negara," tegasnya.

Seruan Mantan Presiden George W Bush

Mantan Presiden George W Bush menyerukan kepada warga Amerika Serikat untuk melihat "kegagalan tragis," ketidakadilan rasial di Amerika.

Presiden AS Donald Trump dikawal ketat Secret Service dan polisi ketika berjalan kaki di sekitar gedung putih.
Presiden AS Donald Trump dikawal ketat Secret Service dan polisi ketika berjalan kaki di sekitar gedung putih. (AFP)

Demikian Bush menanggapi gelombang unjuk rasa yang marak terjadi di Amerika Serikat (AS) selama seminggu terakhir.

"Ini tetap merupakan kegagalan mengejutkan banyak warga keturunan Afrika-Amerika, terutama pria keturunan Afrika-Amerika muda, diganggu dan terancam di negara mereka sendiri, " kata Bush dalam pernyataan yang mengekspresikan kesedihan atas kematian George Floyd, yang dicekik di bawah lutut seorang polisi kulit putih di Minneapolis pada 25 Mei lalu.

Pembunuhan warga kulit hitam itu telah memicu gelombang ebsar kerusuhan sipil yang tidak pernah terlihat di AS, sejak 1968, saat pembunuhan pejuang Hak Asasi Manusia, Martin Luther King Jr.

"Tragedi ini, dalam serangkaian panjang tragedi yang sama, menimbulkan pertanyaan yang sudah lama tertunda, 'bagaimana kita mengakhiri rasisme sistemik dalam masyarakat kita'? " ujar Bush, yang pernah menjabat Presiden AS dari 2001-2009.

"Ini adalah waktunya untuk memeriksa kegagalan tragis kita," ucap Bush.

Sebagian besar aksi protes yang telah menyebar di seluruh Kota di AS sejak kematian Floyd telah berangsur damai, tetapi beberapa aksi telah merosot menjadi kerusuhan.

Sementara Presiden AS Donald Trump, yang telah menolak peran tradisional presiden sebagai kekuatan untuk kesatuan selama saat-saat krisis nasional, pada hari Senin mengancam akan menurunkan militer untuk mengakhiri aksi demonstrasi.

Meskipun demikian, Bush tidak menyebut nama rekannya dari Republik itu dalam pernyataannya.

Tapi Bush menekankan kebutuhan "untuk mendengarkan suara dari begitu banyak orang yang terluka dan berduka."

"Mereka yang ingin membungkam suara-suara itu tidak mengerti arti dari Amerika-atau bagaimana Amerika menjadi tempat yang lebih baik," katanya.

"Para pahlawan Amerika, dari Frederick Douglass ke Harriet Tubman, ke Abraham Lincoln, Martin Luther King Jr, mereka adalah pahlawan persatuan," tegasnya. (AFP/Channel News Asia)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved