Virus Corona
Obat Mulas Famotidine Diuji untuk Pengobatan Covid-19 di New York
Para peneliti di New York sedang menguji Famotidine, obat mulas sebagai pengobatan potensial untuk Covid-19.
TRIBUNNEWS.COM - Para peneliti di New York sedang menguji obat mulas sebagai pengobatan potensial untuk Covid-19.
Zat atau obat yang dimaksud, dikenal sebagai famotidine.
Majalah Science menerangkan, famotidine mengandung Pepcid, senyawa aktif dalam obat mulas.
Mengutip dari News Week, famotidine tersebut dijual bebas.
Sebuah tim Northwell Healt telah memberikan famotidine secara intravena kepada pasien Covid-19 yang kritis sejak 7 April 2020 sebagai bagian dari uji klinis.
Baca: 22 Rumah Sakit di Indonesia Uji Klinis Empat Obat Covid-19, Remdesivir Masuk Kategori Potensial
Baca: China Lakukan Uji Klinis Kandidat Vaksin Corona Ketiga

Lebih lanjut, dosis yang diterima oleh pasien yang sebagian besar menggunakan ventilator, sekitar sembilan kali lebih tinggi daripada dosis biasa untuk perawatan mulas.
Peneliti tersebut mengatakan sejauh ini, 187 pasien Covid-19 telah terdaftar dalam uji coba.
Tim tersebut berharap untuk memasukkan hampir 1.200 orang secara total.
Uji Coba Dilakukan Secara Acak
Lebih jauh, uji coba yang akan dilakukan secara acak dan double-blinded.
Penelitian ini juga telah disetujui oleh Food and Drug Administration.
Para ilmuwan menggunakan pengacakan dan pembutakan, di mana satu atau lebih pihak tidak mengetahui perawatan yang diterima pasien.
Dalam uji coba ini, famotidine diberikan dalam kombinasi dengan hidroksiklorokuin, obat antimalaria yang banyak dipuji.
Menurut Kevin Tracey, yang memimpin penelitian Northwell, hidroksiklorokuin dimasukkan karena jika tidak, mereka tidak akan mampu merekrut pasien yang cukup.
Satu kelompok dalam penelitian ini diberikan famotidine dan hidroksiklorokuin, sementara yang lain hanya akan menerima hidroksiklorokuin.
Dosis Tinggi Dapat Menyebabkan Komplikasi
Kelompok-kelompok ini akan dibandingkan dengan kelompok kontrol pasien Covid-19 yang dirawat sebelumnya dalam pandemi.
Dosis famotidin dosis tinggi dapat menyebabkan komplikasi pada orang dengan penurunan fungsi ginjal.
Sehingga pasien Covid-19 dengan masalah ginjal dikeluarkan dari penelitian.
Famotidine biasanya tersedia sebagai tablet oral walaupun ada juga bentuk injeksi, yang hanya diberikan oleh penyedia layanan kesehatan.
Obat ini biasanya digunakan untuk meringankan gejala refluks asam dan mulas, yang dilakukannya dengan mengurangi jumlah asam dalam lambung.
Famotidin juga dapat digunakan untuk mengobati bisul di perut dan bagian usus.
Menurut Healthline, di antara efek samping yang umum dari obat untuk orang dewasa adalah sakit kepala, pusing, sembelit dan diare, meskipun ini hanya jarang terjadi.
Efek samping serius juga jarang terjadi, tetapi termasuk detak jantung dan irama, otot, neurologis, masalah hati dan kulit.
Saat ini, tidak jelas seberapa efektif obat ini untuk pengobatan Covid-19.
Meski pun ada beberapa bukti anekdotal yang menggembirakan, tetapi Kevin Tracey, yang memimpin penelitian Northwell, mengatakan kepada Science bahwa beberapa data awal dari uji coba dapat tersedia dalam beberapa minggu.
Penelitian pemodelan komputer telah mengindikasikan bahwa famotidine dapat berikatan dengan enzim kunci pada coronavirus novel.
Ini meningkatkan kemungkinan bahwa ia dapat menghentikan penyebarannya ke seluruh tubuh.
*Catatan: WHO belum merekomendasikan vaksin atau obat apa pun untuk mengobati Covid-19. Penelitian lebih lanjut tengah dikembangkan.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)