Kamis, 2 Oktober 2025

Virus Corona

Dr Yoshitake Yokokura Keluhkan Kurangnya Peralatan Medis untuk Antisipasi Covid-19 di Jepang

Dr Yoshitake Yokokura juga prihatin dengan jatuhnya sistem perawatan kesehatan di bawah tekanan jumlah pasien yang sangat banyak di ibu kota Jepang.

Editor: Dewi Agustina
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Ketua Asosiasi Medis Jepang, Dr Yoshitake Yokokura. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Ketua Asosiasi Medis Tokyo, Dr Yoshitake Yokokura mengaku sangat khawatir dengan kurangnya peralatan atau kelengkapan bagi para tenaga medis dan pasien di berbagai lembaga medis di Jepang saat ini.

"Kekurangan peralatan medis terasa sekali dengan meningkat drastis jumlah pasien positif terinfeksi Corona di Jepang," kata Dr Yoshitake Yokokura, Rabu (15/4/2020).

Direktur Rumah Sakit Yokokura sejak 1990 itu juga prihatin dengan jatuhnya sistem perawatan kesehatan di bawah tekanan jumlah pasien yang sangat banyak di ibu kota Jepang, Tokyo khususnya.

Baca: AHY Tunjuk Putri Maruf Amin Jabat Wasekjen Partai Demokrat

"Lihat saja ventilator atau alat pernapasan buatan bagi yang terinfeksi berat Corona sudah terasa sangat berkurang karena jumlah pasien meningkat sangat banyak," kata Ketua Asosiasi Medis Jepang itu yang menjabat sejak April 2012.

Yokokura mencontohkan alat pernapasan buatan di Jepang saat ini hanya sekitar 13.000 unit yang berarti dengan jumlah pasien berat diperkirakan mencapai 300.000 orang berarti satu alat harus melayani 23 pasien

Kekurangan peralatan medis juga termasuk pakaian medis yang dibutuhkan.

Sebagai contoh Wali Kota Osaka bahkan sampai mengimbau masyarakatnya apabila punya baju (jas) hujan berlebih bisa disumbangkan ke kantor wali kota untuk dipakai kalangan medis dalam kerja sehari-harinya.

Data per Rabu (15/4/2020) pergerakan orang di 7 Kota terkena Deklarasi Darurat Nasional, dibandingkan sebelum Covid-19 meluas. Data tertinggi hanya Umeda Osaka yang mencapai 70,5 persen warganya berdiam diri di rumah. Padahal target 80 persen dari PM Jepang Shinzo Abe.
Data per Rabu (15/4/2020) pergerakan orang di 7 Kota terkena Deklarasi Darurat Nasional, dibandingkan sebelum Covid-19 meluas. Data tertinggi hanya Umeda Osaka yang mencapai 70,5 persen warganya berdiam diri di rumah. Padahal target 80 persen dari PM Jepang Shinzo Abe. (Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo)

Kekurangan perlengkapan medis di Jepang juga karena meningkat drastisnya pasien Covid-19 di Jepang yang disebabkan kurang disiplinnya warga.

Data hingga Rabu (15/4/2020) menunjukkan di tujuh kota yang jadi target Deklarasi Darurat Nasionaol Jepang, ternyata hanya Umeda Osaka saja yang paling tinggi mencapai 70,5 persen warganya berdiam diri di rumah.

Padahal PM Jepang Shinzo Abe menargetkan 80 persen.

Baca: Raffi Ahmad Kaget Gaji Bulanan Tukang Kebun Denny Cagur Lebih Besar dari Karyawan Televisi

Demikian pula Profesor Hiroshi Nishiura dari Universitas Hokkaido mensimulaiskan kalau tidak sampai 80 persen orang diam di rumah, misalnya hanya 60 persen saja, maka pandemi Corona tidak akan berakhir.

Yokokura menambahkan, kekurangan perlengkapan medis di Jepang juga menjadi salah satu penyebab terinfeksinya satu kelompok (cluster) perawat dan dokter oleh virus corona di beberapa rumah sakit di Jepang.

Diskusi mengenai Jepang dalam WAG Pecinta Jepang terbuka bagi siapa pun. Kirimkan email dengan nama jelas dan alamat serta nomor whatsapp ke: [email protected]

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved