Senin, 6 Oktober 2025

Virus Corona

China Bangun Rumah Sakit Darurat Baru di Tengah Kekhawatiran Munculnya Gelombang Kedua Virus Corona

China Bangun Rumah Sakit Darurat Baru di Tengah Kekhawatiran Munculnya Gelombang Kedua Virus Corona

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Daryono
Zhang Tao / XINHUA / Xinhua via AFP
Foto yang diambil pada 14 April 2020 menunjukkan bagian luar rumah sakit darurat yang dikonversi dari gedung perkantoran, di Suifenhe, Provinsi Heilongjiang China timur laut. 

TRIBUNNEWS.COM - Para pekerja di salah satu kota di China yang berbatasan dengan Rusia, menghabiskan waktu 6 hari mengubah gedung 13 lantai menjadi rumah sakit darurat untuk pasien virus corona.

Rumah sakit baru yang terletak di Suifenhe itu memiliki 580 ranjang rumah sakit.

Dilansir Daily Mail, Rusia menjadi sumber kasus imported Covid-19 di China.

Sebagian besar pasien adalah warga China yang menjalankan bisnis di negeri tetangga.

Kasus impor dan pasien asymptomatic, yaitu pasien yang tak memiliki gejala namun masih bisa menularkan virus, menjadi perhatian besar China saat ini setelah China berhasil menekan penyebaran virus corona dari kasus total 80 ribuan hingga kasus aktif saat ini 1000-an saja.

Baca: China akan Lakukan Uji Klinis 2 Vaksin Covid-19 ke Manusia

Foto yang diambil pada 14 April 2020 menunjukkan bagian luar rumah sakit darurat yang dikonversi dari gedung perkantoran, di Suifenhe, Provinsi Heilongjiang China timur laut.
Foto yang diambil pada 14 April 2020 menunjukkan bagian luar rumah sakit darurat yang dikonversi dari gedung perkantoran, di Suifenhe, Provinsi Heilongjiang China timur laut. (Zhang Tao / XINHUA / Xinhua via AFP)

Dengan populasi penduduk sekitar 70 ribu, Suifenhe memiliki setidaknya 243 kasus positif Covid-19 dari imported case dari total 1000 kasus terkonfirmasi dan suspected case.

Lebih dari 100 orang di daerah tersebut dinyatakan positif mengidap Covid-19 tetapi tidak menunjukkan gejala.

Dari semua kasus impor China, setengahnya berasal dari Rusia.

Kota terpencil di Provinsi Heilongjiang itu dikunci penuh Rabu (8/4/2020) lalu.

Baca: Terjadi Lonjakan Kasus Covid-19 Baru di China, Muncul Kekhawatiran Virus Corona Gelombang Kedua

Pada hari yang sama, bekas pusat virus corona, yaitu Wuhan, yang berjarak lebih dari 2.600 kilometer dari Suifenhe, justru mencabut lockdown.

Kemarin (14/4/2020), pejabat kesehatan Heilongjiang melaporkan 79 'kasus impor' baru di wilayah itu, termasuk 65 pasien tanpa gejala.

Rumah Sakit Darurat Disiapkan sejak 6 April

Foto yang diambil pada 14 April 2020 menunjukkan bangsal di rumah sakit darurat yang dikonversi dari gedung perkantoran, di Suifenhe, timur laut Provinsi Heilongjiang, Tiongkok
Foto yang diambil pada 14 April 2020 menunjukkan bangsal di rumah sakit darurat yang dikonversi dari gedung perkantoran, di Suifenhe, timur laut Provinsi Heilongjiang, Tiongkok (Zhang Tao / XINHUA / Xinhua via AFP)

Para pekerja dan sukarelawan di Suifenhe mulai mengubah gedung bekas kantor menjadi rumah sakit sementara pada 6 April.

Proyek ini sebagian besar telah selesai pada 11 April.

Sembilan dari 13 lantai rumah sakit akan didedikasikan untuk merawat pasien COVID-19 tanpa gejala, ujar China Central Television Station pada hari Minggu.

Ratusan pekerja medis akan dikirim ke rumah sakit dari berbagai bagian Heilongjiang dan provinsi lain.

Pekerja masih meningkatkan fasilitas, tetapi rumah sakit dapat menerima pasien kapan saja sejak kemarin.

Dikelola oleh 22 ahli dari Institut Nasional untuk Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular di bawah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China, rumah sakit itu akan melakukan tes asam nukleat dan bentuk penelitian lain untuk membantu dalam pengendalian dan pencegahan virus.

Rumah sakit itu memungkinkan melakukan pengujian virus corona hingga 1.000 kasus per hari, menurut CDC.

Para ahli CDC telah membangun tenda tekanan negatif sebagai laboratorium sementara untuk memfasilitasi pengujian, menurut pejabat senior Suifenhe.

China Kini Memandang Virus Corona sebagai 'Ancaman Asing'

Orang-orang yang mengenakan pakaian pelindung dan masker tiba di Stasiun Kereta Api Hankou di Wuhan, untuk naik salah satu kereta api pertama yang meninggalkan kota di provinsi Hubei tengah China awal 8 April 2020. Pihak berwenang Cina mencabut larangan lebih dari dua bulan pada perjalanan keluar dari kota di mana pandemi global pertama kali muncul.
Orang-orang yang mengenakan pakaian pelindung dan masker tiba di Stasiun Kereta Api Hankou di Wuhan, untuk naik salah satu kereta api pertama yang meninggalkan kota di provinsi Hubei tengah China awal 8 April 2020. Pihak berwenang Cina mencabut larangan lebih dari dua bulan pada perjalanan keluar dari kota di mana pandemi global pertama kali muncul. (Hector RETAMAL / AFP)

Dengan jumlah kasus baru turun ke nol tetapi malah terjadi lonjakan imported case, China sekarang memandang virus corona sebagai masalah 'luar'.

China telah meningkatkan upayanya untuk menyaring pendatang baru dari luar negeri.

Pekan lalu, China menutup semua titik masuk dan keluar di perbatasan daratnya dengan Rusia untuk menghentikan penyebaran virus corona.

Perbatasan itu termasuk rute alternatif yang populer ke negara itu.

Banyak orang China tinggal dan bekerja di Rusia, di mana China memiliki investasi besar yang didorong oleh hubungan hangat antara Beijing dan Moskow.

Sekitar 1.300 kilometer timur laut Beijing, pasar Suifenhe yang menjual pakaian hangat, ponsel, dan barang-barang harian, biasanya laris manis dikunjungi pembeli dari Rusia.

Perdagangan itu telah sepi dalam beberapa pekan terakhir, meredupkan prospek untuk daerah berpenduduk jarang yang penduduknya telah bermigrasi ke kota-kota besar mencari pekerjaan dan standar hidup yang lebih baik.

Rusia membutuhkan karantina 14 hari untuk semua pelancong yang tiba di Primorsky Krai dan ibukota regionalnya Pogranichny, di seberang perbatasan.

Rusia juga telah menutup hotel untuk pengunjung dan mengharuskan wisatawan memiliki keterangan yang menunjukkan mereka tidak terjangkit virus.

Rusia menutup perbatasan daratnya untuk para pelancong dari China sejak Januari.

Di pihak China, karantina telah diperpanjang menjadi satu bulan penuh untuk orang-orang yang datang melalui udara di ibukota Suifenhe dan Heilongjiang, Harbin.

Saat Wuhan dan daerah lain kembali menjalankan roda perekonomian, otoritas China mengatakan mereka akan tetap waspada terhadap gelombang infeksi kedua, terutama dari mereka yang datang dari luar negeri.

Kasus-kasus baru infeksi lokal di China telah turun mendekati nol setelah lebih dari dua bulan lockdown yang ketat dan physical distancing.

Sebanyak 86 dari 89 kasus yang dilaporkan pada hari Selasa, terdeteksi pada orang yang datang dari luar negeri.

Namun belum diketaui apakah ada yang datang dari Rusia.

Tidak ada kematian baru dilaporkan di negara itu pada hari Selasa, menunjukkan wabah sedang mereda.

Pekan lalu, pihak berwenang mencabut karantina selama 76 hari di Wuhan, tempat virus itu pertama kali terdeteksi akhir tahun lalu, sebuah indikasi bahwa yang terburuk mungkin telah berlalu.

China telah mencatat 82.249 kasus dan 3.341 kematian per Selasa, sementara 1.077 orang diduga memiliki virus atau tes positif tanpa menunjukkan gejala berada yang kini berada di bawah isolasi dan pemantauan.

Bagi kebanyakan orang, virus corona menyebabkan gejala ringan atau sedang, seperti demam dan batuk yang hilang dalam dua hingga tiga minggu.

Untuk beberapa orang, terutama orang dewasa yang lebih tua dan orang-orang dengan masalah kesehatan lain, dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah, termasuk pneumonia dan kematian.

Namun sebagian besar orang bisa pulih.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved