Virus Corona
Kabar Baik Dunia, Italia Catat Kematian Harian Akibat Corona Terendah dalam Dua Minggu Terakhir
Kabar baik untuk dunia. Italia mencatat kematian hatian terendah akibat corona dalam dunia minggu terakhir.
TRIBUNNEWS.COM - Italia telah mencatat angka kematian harian akibat virus corona terendah, dalam lebih dari dua minggu terakhir.
Untuk itu, adanya laporan tersebut membuat lebih banyak harapan bagi negara Italia dalam memerangi wabah.
Pada Minggu (5/4/2020), 525 kematian telah dilaporkan, dengan total menjadi 15.887 kasus, Sky News mengabarkan.
Hal itu adalah penghitungan 24 jam terendah sejak pertengahan bulan Februari lalu.
Sementara jumlah pasien dalam perawatan intensif juga turun dalam dua hari terakhir.
Lompatan terbaru dalam kasus-kasus yang dikonfirmasi (dari 124.632 menjadi 128.984) juga turun dari hari sebelumnya.

Baca: Rekomendasi WHO: Semua Wajib Pakai Masker Saat Berada di Luar Rumah
Angka-angka itu semakin meningkatkan harapan bahwa epidemi akhirnya mungkin bisa dikendalikan.
Meski begitu, Italia tetap menjadi salah satu negara yang paling 'terpukul' di dunia.
Sebab, mereka memiliki lebih banyak kematian akibat virus korona dari pada negara lain.
Bahkan menjadi nomer satu di dunia dengan angka kematian terbanyak.
Namun, ada tanda-tanda bahwa 'lockdown' yang diberlakukan sejak 9 Maret mulai berdampak.
Dari mereka yang awalnya terinfeksi dengan total 21.815 kasus, lalu pada hari Minggu (5/4/2020), lebih dari 1.000 jiwa dinyatakan sembuh.
Adapun 3.977 orang dalam perawatan intensif, turun 17 kasus dari 3.994 pada hari Jumat (3/4/2020).
Meskipun ada harapan untuk optimisme, para pejabat mendesak masyarakat untuk tidak berpuas diri.

Baca: Sembuh dari Corona Setelah 3 Minggu Dirawat, Ini Curhat Andrea Dian, Ungkap Perlakuan Pihak RS
Wilayah Lombardy yang 'porak-poranda' kini mengharuskan warga untuk mengenakan masker pelindung ketika mereka pergi ke luar.
Anjuran itupun serupa untuk dua wilayah utara lainnya, Veneto dan Alto Adige.
Tetapi mereka membutuhkan masker pelindung bagi penduduk jika mereka berbelanja di toko-toko dan pasar.
Dan sementara 'lockdown' nasional tetap berlaku, Lombardy juga telah melewati pembatasan ketat pada pergerakan dan operasi bisnis.
Itu terjadi di tengah apresiasi yang meningkat bahwa angka kematian resmi mungkin menutupi jumlah sebenarnya yang meninggal.

Baca: Ini Panduan Bikin Masker Kain Sendiri Berdasarkan Kata Ahli, 3 Lapis Ampuh Cegah Virus Masuk
Di provinsi Bergamo, Sky News baru-baru ini menyaksikan adegan mengerikan di rumah sakit utama.
Walikota mengatakan, ia yakin jumlah korban tewas lebih tinggi daripada yang dilaporkan.
Menurut sebuah studi baru-baru ini tentang catatan kematian di Bergamo, jumlah kematian sebenarnya mungkin ada lebih dari dua kali lipat jumlah resmi 2.060.
Meski begitu di negara-negara Eropa lainnya yang paling parah terkena dampak, ada tanda-tanda bahwa pandemi melambat.
Spanyol mulai melihat 'harapan'
Tingkat infeksi dan kematian turun lagi di Spanyol, saat mereka memasuki minggu keempat pengunciannya.
Kematian meningkat menjadi 12.418, hingga menjadi total kedua tertinggi di dunia setelah Italia.
Tetapi peningkatan terbaru dari 674 orang yang meninggal selama 24 jam terakhir turun.
Dari hari Sabtu (4/4/2020) 809 dan jauh di bawah catatan harian 950 hari Kamis (2/4/2020).
Meski begitu, jumlah total infeksi naik menjadi 130.759 dari 124.736.
Menteri kesehatan Salvador Illa mengatakan adanya perlambatan infeksi virus.

"Data dari minggu ini dan hari ini mengkonfirmasi perlambatan infeksi."
"Data mengkonfirmasi bahwa lockdown itu berfungsi," jelasnya.
Koresponden Sky News, mengatakan ada "optimisme yang diredam" dari angka-angka itu.
Tetapi pemerintah belum berencana untuk meredakan penguncian negaranya.
Perdana Menteri Pedro Sanchez mengatakan dia melihat secercah cahaya di tengah pandemi corona, pada hari Sabtu (4/4/2020).
"Kami mulai melihat cahaya di ujung terowongan," ungkapnya.
Namun, dia mengatakan akan meminta parlemen memperpanjang lockdown 15 hari hingga 26 April.
(Tribunnews.com/Maliana)