Jelang Pertemuan Dengan Trump, Korea Utara Suarakan Kim Jong Un Layak Raih Nobel Perdamaian
Kini untuk kedua kalinya, Trump dan Kim akan kembali melakukan pertemuan puncak keduanya di Hanoi, Vietnam.
TRIBUNNEWS.COM, HANOI -- Laporan media Korea Utara menghembuskan suara mengenai Kim Jong Un layak untuk mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian.
Suara-suara berbau propaganda itu dihembuskan para pejabat Korea Utara menjelang pertemuan puncak dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, Rabu-Kamis (27-28/2/2019).
Saran agar pemimpin Korea Utara masuk dalam nominator peraih penghargaan Nobel Perdamaian, awalnya muncul setelah Kim bertemu Trump untuk pertama kalinya, di Singapura pada Juni tahun lalu.
Kini untuk kedua kalinya, Trump dan Kim akan kembali melakukan pertemuan puncak keduanya di Hanoi, Vietnam.
"Setelah pertemuan puncak pertama AS-Korea Utara, pemerintah mulai menyuarakan dalam sesi-sesi kuliah propaganda, Kim Jong-un yang terdepan untuk meraih hadiah Nobel Perdamaian", seorang pejabat pemerintah Korea Utara mengatakan kepada RFA.
"Pihak berwenang mulai mendistribusikan 'material pendidikan untuk kehormatan pemimpin tertinggi kami', termasuk banyak propaganda tentang penghargaan hadiah Nobel," katanya.
Sumber lain RFA mengatakan hadiah Nobel Perdamaian yang tiba-tiba menjadi topik hangat di Korea Utara, ketika media mengklaim bahwa media internasional menyatakan Kim sebagai "sosok pemimpin luar biasa di dunia".
"Propaganda bahkan mengatakan bahwa sumber-sumber media barat dan Jepang melimpahi pujian terhadap pemimpin tertinggi, mengatakan ia adalah sosok yang berpotensi menjadi pemenang hadiah Nobel Perdamaian".
Baca: Gubernur Riau Dijatahi 5 Mobil Dinas, KPK: Penggunaannya Harus Efisien
Kim yang akan menghadapi meja perundingan di Hanoi juga telah disebutkan sebagai calon pemenang penghargaan tahun ini. Kalau pun terburuk satu kemungkinan akan terjadi, bahwa Trump dan Kim akan berbagi hadiah.
"Saya percaya bahwa Trump harus menerima penghargaan Nobel karena kontribusi yang ia telah buat untuk mencapai perdamaian di Semenanjung Korea. Tapi Kim akan tidak menolak kehormatan jika itu diberikan kepada mereka berdua bersama-sama," kata Direktur Eksekutif Perdamaian Korea-Amerika, Kim Myong-chol.
Kim Myong-chol juga merupakan seorang juru bicara resmi pemerintah Korea Utara di Jepang.
"Keputusan penghargaan ada di tangan Komite Nobel, tapi aku yakin bahwa Kim akan menerimanya jika dia dinominasikan dengan Trump", katanya.
"Itu akan menjadi suatu kehormatan yang besar dan salah satu yang menunjukkan bahwa hal-hal di Semenanjung Korea akan menuju arah yang sangat menguntungkan".
Sebagaiman diberitakan Trump dan Kim sudah tiba di Hanoi, Vietnam untuk melakukan pertemuan puncak kedua, pada Rabu-Kamis (27-28/2/2019).
Pertemuan Trump dan Kim akan mulai berlangsung pada Rabu (27/2/2019). Diharapkan akan mendorong tercapainya kesepakatan mengenai senjata nuklir.
Banyak agenda dijadwalkan akan dilakukan dua negara yang hingga kini masih misteri.
Pertemuan puncak kedua telah didahului oleh beberapa negosiasi awal biasa, dengan beberapa agenda yang masih sedang dikerjakan di Hanoi pada Selasa (26/2/2019).
Baca: Senjata Nuklir Akan Jadi Menu Makan Malam Trump-Kim Di Vietnam
Secara resminya dilaporkan AFP, agenda perdana Trump dan Kim akan dimulai dengan percakapan singkat yang diikuti dengan makan malam pada Rabu (27/2/2019) malam.
Pembicaraan mengenai senjata nuklir akan menjadi "menu makan malam" yang akan dibahas Trump dan Kim.
Dalam sesi makan malam, Trump akan ditemani Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan acting Kepala Staf Mick Mulvaney.
Sedangkan Kim diprediksi akan didampingi Kim Yong Chol, petinggi Korut yang disebut sebagai tangan kanannya, dan yang membawa surat kepada Trump.
Kemudian dilanjutkan pembicaraan satu lawan satu antara Trump dengan Kim pada Kamis (28/2/2019).
Pertemuan Trump dan Kim ditujukan untuk menindaklanjuti pertemuan awal mereka di Singapura, pada Juni tahun lalu.
Dalam pertemuan puncak pertama, hasil yang dicapai adalah sebuah kesepakatan yang menjanjikan denuklirisasi di Semenanjung Korea.
Diharapkan pertemuan kali ini, akan tercapai kesepakatan konkret untuk menciptakan denuklirisasi di semenanjung Korea.
Di sisi positifnya, telah ebih dari satu tahun ini tidak pernah terjadi uji coba roket dan nuklir oleh Korea Utara.
Dalam akun Twitternya, Trump menyampaikan rasa terima kasihnya terhadap semua orang yang menyambut kedatangannya di Hanoi, Vietnam, Selasa (26/2/2019) malam.
"Terima kasih untuk semua orang atas penerimaan besar Anda di Hanoi. Luar biasa banyak, dan begitu banyak cinta! " twit Trump setelah mencapai Hotel Hanoi dari Bandara.
Sebelumnya, Kim juga mendapat sambutan yang serupa dari penduduk setempat yang bersemangat menerima kunjungannya. (Telegraph/AP/Channel News Asia/AFP/The Guardian)