Kisah Kamerawan Jepang Berburu Foto Terakhir Guru Aum Shinrikyo Sebelum Dihukum Mati
Kamerawan profesional Jepang, Shigeki Miyajima, nyaris meninggal dunia dipukuli pengikut guru Aum Shinrikyo Shoko Asahara.
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo di Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kamerawan profesional Jepang, Shigeki Miyajima, nyaris meninggal dunia dipukuli pengikut guru Aum Shinrikyo Shoko Asahara (Chizuo Matsumot) sebelum peristiwa gas sarin, 20 Maret 1995.
Namun sejak awal hingga hukuman mati Asahara, kameraman Miyajima terus mengikuti tokoh aliran sesat tersebut dan berhasil mengambil fotonya sebelum dihukum mati, 6 Juli 2018 lalu.
"Kelompok Aum ini sejak awal sudah saya beritahu Pemred saya dan petugas polisi tetapi tak bisa apa-apa mereka," ungkap Miyajima kepada TV TBS, Senin (23/10/2018) malam.
Kelompok aliran sesat tersebut memang sangat berbahaya, dengan penganut yang telah dicuci otaknya oleh Asahara.
"Kelompok Aum lebih gawat dari mafia Jepang (yakuza), sangat berbahaya. Mereka melakukan berbagai hal aneh-aneh, unjuk rasa tetapi tetap didiamkan polisi meskipun dijaga ketat sebelum kejadian gas sarin bawah tanah," tambahnya.
Kegilaan pengikutnya misalnya dihadapi Kiyohide Hayakawa yang juga telah dihukum mati bersama Asahara 6 Juli lalu.
Baca: Mengenal Tiga Orang Penyelamat Nyawa Ratusan Korban Keracunan Teror Gas Sarin di Jepang
Hayakawa dianggap sebagai komandan "tentara" Asahara yang mengontrol keamanan kelompok tersebut.
Fanatismenya membuat semua jarinya sengaja dibakar agar sidik jarinya tak bisa terbaca lagi.
Kalau tak bisa terbaca lagi, maka apabila membuat kejahatan, barang yang dipegangnya tak menyisakan sidik jari lagi.
"Itulah sebabnya saya melihat dia selalu memakai sarung tangan hitam kanan dan kiri karena sidik jarinya semua sudah rusak," tambah Miyajima.
Setelah diumumkan hukuman mati oleh Menteri Kehakiman Jepang, Miyajima segera melihat gedung paling tinggi dekat penjara Asahara di Tokyo.
Dari puncak gedung tersebut agar tak terlihat dari luar, sengaja Miyajima membuat papan abu-abu menutupi dirinya, lalu dipasangkan ke pagar lantai paling atas gedung paling tinggi dekat penjara di mana Asahara berada.
Di tengah papan abu-abu tersebut ada lubang untuk lensa kamera 1000mm lensa tele.
Baca: Tangan Diikat Mulut Dilakban, Istri dan Anak Muhajir Masih Hidup saat Dibuang ke Sungai
Miyajima mengajak temannya yang sangat dipercaya agar rahasia pemotretan Asahara tidak bocor.
Dari atas gedung paling tinggi itu lensa mengarah ke pintu penjara tempat Asahara dipenjara.
Satu dua hari selama 24 jam bergantian dengan temannya mengintip lokasi penjara tersebut.
Sampai hari ke-7 tampak kebosanan dan kebimbangan, "Kayaknya tidak mungkin ini pemotretan dan buang-buang waktu saja," paparnya.
Namun upaya mengintip dan siap-siap memotret Asahara terus dilakukannya.
Di hari ke-10 Miyajima melihat petugas penjara bertingkah agak aneh.
Tak lama kemudian keluarlah Asahara tetapi ternyata semua tubuh termasuk wajahnya ditutupi kain warna hitam.
Baca: Turis Asal China Membanjiri Bali Tapi Paling Sedikit Belanja Dibanding Wisatawan Eropa
Miyajima kemudian langsung mengambil foto itu dan menjadi foto satu-satunya sebagai foto yang sangat berharga di saat terakhir sebelum Asahara dihukum mati 6 Juli 2018.
"Kejadian ini mengingatkan saya kepada berbagai kekerasan yang saya alami bahkan hampir mati saat mengintip markas Aum Shinrikyo di Desa Kamikuishiki Perfektur Yamanashi. Untung saja ada polisi datang dan tertolonglah saya," jelasnya.
Meskipun telah dihukum mati, terkadang Miyajima mengakui datang ke Desa Kamikuishiki untuk memotret sebuah tempat monumen seperti kuburan.
Dari sana pula dia mulai mencurigai kelompok Aum Shinrikyo saat beraktivitas di Desa Kamikuishiki tersebut.