Di Jepang, pemain rugbi diminta 'menutupi tato' karena identik yakuza
Pemain rugbi yang bertato diminta menutupi tatonya selama kejuaraan dunia digelar di Jepang tahun depan agar orang-orang di negara itu tidak
Para pemain rugbi yang bertato diminta menutupi tatonya selama Piala Dunia digelar di Jepang tahun depan agar orang-orang negara itu tidak tersinggung, kata asosiasi olahraga itu.
Di Jepang, tato telah lama dikaitkan dengan sindikat kriminal terkenal, yaitu yakuza.
Di negara itu, para turis yang mengenakan tato tiruan juga dilarang berada di pemandian tradisional air panas atau disebut onsen.
- Menghapus tato dengan 'imbalan' hafalan Qur'an
- Remaja ditato dengan tulisan 'saya maling dan pecundang' di dahinya
- 'Saya kehilangan pekerjaan karena tato'
Selama kejuaraan itu, pemain rugbi diminta mengenakan kain penutup atau rompi saat berlaga ataupun di kolam renang.
Tato sudah umum digunakan para pemain rugbi, terutama yang berasal dari kawasan kepulauan Pasifik.
Tetapi ketua penyelenggara kejuaraan dunia rugbi di Jepang, Alan Gilpin mengatakan sejauh ini tidak ada keberatan dari semua tim peserta tentang aturan tentang tato tersebut .
"Ketika kami mengangkat masalah ini setahun silam, kami membayangkan bakal ditolak oleh peserta, tapi ternyata semuanya lancar," kata Gilpin.
"Kami telah melakukan berbagai upaya dalam setahun ini agar mereka dapat memahami persoalan ini," jelasnya.
"Ide kami adalah agar para pemain bertato mengenakan semacam a rash-vest (pakaian ketat yang digunakan olah raga air) saat di kolam renang atau saat berlaga. Mereka tidak keberatan dan mereka ingin menghormati budaya Jepang."
Dan timnas rugbi Selandia Baru telah mengkonfirmasi bahwa pemain merka - yang kebanyakan bertato - untuk mematuhi peraturan tersebut.
"Ketika kami melakukan tur ke negara lain, kami berusaha menghormati adat istiadat dan budaya setempat, dan ini tidak akan berbeda ketika kami mengunjungi Jepang pada tahun depan baik tahun ini atau tahun-tahun setelahnya," kata pimpinan asosiasi Rugbi Selandia Baru, Nigel Cass kepada situs berita Stuff.
Pada 2016 lalu, agen pariwisata Jepang telah meminta kepada industri spa di negara itu agar melonggarkan terkait tato - sebuah kenyataan yang menunjukkan masih adanya perbedaan cara pandang masyarakat Jepang perihal tato.
Asosiasi itu kemudian menyarankan agar penyelenggara onsen dan pemandian air panas umum bisa menawarkan stiker kepada pengunjung untuk menutupi tato mereka.
Atau mereka dapat menyediakan waktu khusus kepada orang-orang yang bertato untuk dapat menggunakan fasilitas tersebut.
Survei yang dibuat pada 2015 mengungkapkan bahwa 56% hotel dan penginapandi Jepang tidak mengizinkan tamu yang bertato untuk menggunakan fasilitas pemandian bersama.
Walaupun Tato tidak selalu memiliki citra negatif di Jepang, tetapi kehadiran mereka dikaitkan dengan yakuza, atau mafia Jepang, yang merebak pada 1960-an, setelah membanjirnya film-film Yakuza yang menampilkan sosok-sosok bertato