Selasa, 7 Oktober 2025

Penembak Jitu dan Tank Israel Disebar di Sepanjang Jalan Perbatasan Israel-Gaza

Penembak jitu dan tank Israel telah mengambil posisi di depan massa pengunju rasa dari Palestina, di sepanjang pagar perbatasan Gaza-Israel.

Kompas.com
Sebuah tank Merkava milik Israel berpatroli di perbatasan Israel dan jalur Gaza 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, GAZA - Penembak jitu dan tank Israel telah mengambil posisi di depan massa pengunjuk rasa dari Palestina, di sepanjang pagar perbatasan Gaza-Israel.

Di satu lokasi, para pengunjuk rasa membakar beberapa ban di dekat perbatasan pada Jumat (6/4/2018), membuat awan hitam membubung ke udara.

Baca: Kereta Api Sancaka Rute Yogya - Surabaya Tabrak Truk Trailer di Ngawi, Loko Terlempar ke Luar

Aktivis Palestina berencana untuk membakar banyak ban untuk menghalau jarak pandang para penembak jitu Israel.

Aksi kali ini adalah kali kedua di bawah pemimpin Hamas di Gaza, yang memprotes blokade Israel di perbatasan wilayah.

Israel menuduh Hamas berusaha melaksanakan serangan di perbatasan melalui aksi unjuk rasa.

Sejauh ini sudah 22 orang tewas sejak minggu lalu, setelah seorang pria berusia 30 tahun meninggal pada hari Jumat (6/4/2018), akibat luka-luka dalam aksi demonstrasi.

Sebelumnya bentrokan terjadi antara warga Palestina dan aparat Israel di Jalur Gaza Jumat (30/3/2018). Bentrokan ini memantik seruan diadakannya penyelidikan.

Seruan tersebut dilontarkan oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, dan Ketua Diplomat Uni Eropa (UE) Federica Mogherini.

Bentrokan yang terjadi di Gaza untuk memperingati "Hari Tanah" dilaporkan telah menewaskan 17 orang, dan melukai 1.400 orang lainnya.

Seruan tersebut langsung dijawab oleh Israel, melalui Menteri Pertahanan Avigdor Lieberman, yang menyatakan mereka tidak butuh investigasi.

Dilansir The Guardian via Sputnik Senin (2/4/2018), Lieberman berkata kalau dari pandangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF), mereka sudah melakukan sesuai prosedur.

Adapun juru bicara IDF, Letnan Kolonel Peter Lerner berkata, angka 1.400 korban luka yang diungkapkan Kementerian Kesehatan Gaza berlebihan.

Lerner menuduh faksi penguasa Palestina, Hamas, mengeksploitasi wanita dan anak-anak agar mereka bergerak maju ke kawasan perbatasan.

Setiap orang yang berusaha menerobos pertahanan, lanjut Lerner, bakal dianggap sebagai ancaman keamanan.

"Orang-orang datang ke pagar perbatasan, dan berusaha merusaknya. Jika sampai menimbulkan kerusakan infrakstruktur, maka bakal ditembak," tegas Lerner.

Komentar Lerner langsung disanggah Hamas. "Tuduhan mereka bohong. Israel hanya berusaha membenarkan pembantaian yang mereka lakukan," kata Hamas dalam keterangan resminya.

Defile Besar untuk Kembali merupakan rangkaian demonstrasi selama enam pekan yang bakal mencapai puncak saat 14 Mei, atau Peringatan Nakba, yang berarti Malapetaka.

Tanggal tersebut merupakan deklarasi berdirinya Negara Israel, tepatnya pada 14 Mei 1948.

Lebih dari 750.000 orang Palestina diusir keluar dari rumah mereka saat deklarasi tersebut.

Demonstran menuntut agar para pengungsi bisa diizinkan kembali ke tanah mereka.

Mendapat sokongan dari Hamas dan sejumlah faksi politik lain, unjuk rasa itu bakal berlangsung setiap Jumat.(Fox News/Aljazeera/AP)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved