Di Israel, Wapres Amerika Serikat Tegaskan Kedutaannya Akan Beroperasi di Yerusalem Pada 2019
"AS memilih kebenaran daripada klaim fiksi. Kebenaran itulah yang menjadi dasar sejati perdamaian yang tetap dan abadi,"
Laporan wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania
TRIBUNNEWS.COM, YERUSALEM - Dalam kunjungannya ke Israel, Wakil Presiden AS Mike Pence menegaskan bahwa Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Israel akan beroperasi di Yerusalem mulai 2019.
Pence disambut hangat para anggota parlemen Israel di Knesset, Yerusalem, Senin (22/1/2018), dalam rangka kunjungan empat hari ke Timur Tengah.
Pada kesempatan itu, Pence menegaskan kembali pernyataan Presiden AS Donald Trump soal Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Baca: Pejahat Gigit Kepala Anjing Polisi yang Menyergapnya
Baca: Kisah Agen Wanita Korea Utara, Dilatih Selama 7 Tahun Hingga Jalankan Misi Ledakkan Pesawat Korsel
"AS memilih kebenaran daripada klaim fiksi. Kebenaran itulah yang menjadi dasar sejati perdamaian yang tetap dan abadi," kata Pence.
"Yerusalem adalah ibu kota Israel dan seperti yang telah diperintahkan Presiden Trump pada Kementerian Luar Negeri, pemindahan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem akan segera dilakukan," lanjutnya.
Menurut Pence, persiapan dalam rangka pemindahan tersebut akan dilakukan sesegera mungkin dalam beberapa pekan ke depan.
Baca: Presiden Duterte Di Hadapan Tentara Filipina: Tembak Saya Jika Jadi Diktator
Baca: Mul Iming-imingi Anak Tetatangganya Rp 20 Ribu Untuk Lampiaskan Nafsu Bejatnya
Pence juga mengatakan, penentuan lokasi spesifik dari kantor Kedubes AS tengah direncanakan.
"Namun, instruksi Presiden Trump sudah sangat jelas. Beliau ingin kantor Kedubes AS di Yerusalem beroperasi sebelum akhir tahun depan," ucap Pence lagi.
Pernyataan Pence tersebut kontras dengan pernyataan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson pada Desember lalu.
Baca: Pelaku Kekerasan Seksual Terhadap Anak di Penjaringan Pura-pura Kejang Saat Ditangkap Polisi
Sebelumnya, Tillerson mengatakan bahwa butuh beberapa tahun untuk mencari lokasi kantor Kedubes AS di Yerusalem, mengingat banyaknya keperluan yang dibutuhkan untuk mengurus itu.
"Kemungkinan tidak lebih cepat dari tiga tahun. Itu saja sudah terbilang sangat 'ngebut'," ujar Tillerson saat itu.
Namun, pengumuman soal pemindahan kantor Kedubes AS yang lebih cepat dari Pence itu menimbulkan kritik dari Palestina.
Sejumlah anggota parlemen yang berlatarbelakang Arab juga sempat menimbulkan kericuhan lantaran ingin menyampaikan protes saat Pence berpidato.
Kunjungan Pence ke Israel merupakan bagian dari rangkaian kunjungan kerjanya ke Timur Tengah, setelah sebelumnya bertandang ke Mesir dan Yordania.
Awalnya, Pence juga dijadwalkan untuk ke Palestina dan bertemu Presiden Mahmoud Abbas, namun pernyataan AS soal Yerusalem membuat kedatangan sang wapres ditolak di Palestina. (ABC News/News 24)