Drama TV Inggris tentang Korea Utara mendapat serangan siber
Para peretas Korea Utara dikabarkan melalkukan serangan siber trhadap sebuah perusahaan televisi Inggris yang membuat sebuah drama tentang negara

Para peretas Korea Utara dikabarkan melakukan serangan siber trhadap sebuah perusahaan televisi Inggris yang membuat sebuah drama tentang negara tersebut.
Serial yang akan ditulis oleh seorang penulis skenario nominasi Oscar ini untuk sementara ditangguhkan pembuatannya.
Pada bulan Agustus 2014, saluran televisi Channel 4 mengumumkan apa yang dikatakannya sebagai sebuah serial drama baru yang 'berani dan provokatif.'
- The Interview akan tersedia di Netflix
- Sony kecam serangan peretas
- Serangan virus Wannacry ‘diduga terkait Korea Utara’
Drama berjudul Opposite Number , menceritakan tentang seorang ilmuwan nuklir Inggris yang dipenjara di Korea Utara.
Namun perangkat komputer milik perusahaan Mammoth Screen yang terlibat dalam produksi film itu kemudian mendapat serangan siber.
Proyek pembuatan film ini masih mandek karena pihak perusahaan gagal menggalang dana, kata perusahaan itu.
Kewalahan
Para pejabat Korea Utara menanggapi dengan marah saat pertama kali rincian serial televisi itu diungkap. Pyongyang menggambarkan alur film tersebut sebagai sebuah 'lelucon fitnah' dan meminta pemerintah Inggris untuk mencegah pembuatan serial tersebut untuk menghindari tercederainya hubungan kedua negara.
Ternyata Korea Utara melakukan tindakan lebih dari sekedar protes, dengan meretas jaringan komputer perusahaan yang berada di belakang pembuatan film tersebut.
Insiden ini pertama kali dilaporkan oleh harian New York Times , yang menyebut bahwa Channel 4 adalah korban serangan itu, namun BBC mendapati bahwa target yang disasar para peretas itu sebenarnya adalah Mammoth Screen .

Serangan tersebut tidak menimbulkan kerusakan, namun kemunculan para peretas Korea Utara dalam sistem tersebut menimbulkan kekhawatiran luas mengenai apa yang mungkin mereka lakukan.
"Mereka kewalahan," kata seorang eksekutif televisi dari perusahaan lain kepada BBC, saat menjelaskan kekhawatirannya.
Intelijen Inggris juga telah mengetahui akan serangan tersebut.
Kekhawatiran semakin bertambah, karena Sony Pictures pernah mengalami serangan siber berat pada bulan November 2014.
- Para pembelot AS yang menjadi bintang film di Korea Utara
- 'Peretas' Korea Utara curi sejumlah besar data militer Korea Selatan
- Kim Jong-un: 'Seluruh AS dalam jangkauan serangan Korea Utara'
Sebuah kelompok yang menamakan diri Guardian of Peace mengklaim bahwa mereka berada di belakang aksi peretasan tersebut, namun para petinggi AS mengatakan mereka yakin Korea Utara lah yang bertanggung jawab.
Serangan itu juga merupakan aksi balas dendam terhadap rencana penayangan sebuah film berjudul The Interview , sebuah drama komedi yang mengisahkan pemimpin Korea Utara yang terbunuh.
Para peretas bukan hanya mencuri dan mempublikasikan e-mail studio film tersebut, namun mereka juga menghancurkan sebagian besar jaringan komputer tersebut. Film ini pun akhirnya dirilis secara online di tengah kekhawatiran berbagai bioskop untuk menayangkannya karena berbagai ancaman.

Insiden itu juga mendapat reaksi keras dari Gedung Putih, termasuk presiden Obama yang kemudian menjatuhkan sanksi terhadap Korea Utara. Sejauh ini pemerintah Inggris tidak menunjukkan kekhawatiran seperti AS, meski para pejabatnya telah mengetahui bahwa salah satu perusahaan Inggris juga menjadi sasaran - walaupun dampaknya tidak sama seperti yang dialami Sony Pictures.
Serangan meningkat
Di Inggris, drama Opposite Number ini ditangguhkan penayangannya. Drama ini dijadwalkan menjadi tayangan kedua produksi divisi drama internasional Channel 4 yang baru terbentuk.
Saat itu, Mammoth Screen dan mitra distribusinya, ITV Studios Global Entertainment , mengatakan bahwa mereka mencari mitra internasional. Namun juru bicara ITV Studios - yang membeli Mammoth Screen pada tahun 2015 - mengatakan kepada BBC pada bulan Februari bahwa "produksi film belum berkembang karena gagal menggalang dana".
Mereka yang terlibat dalam produksi film tersebut tidak memberikan penjelasan apakah gagalnya dana yang terhimpun dan produksi film yang mandek ini terkait dengan serangan siber tersebut.
Ancaman siber dari Korea Utara belum berhenti. Terbukti para peretasnya semakin agresif dan mahir, mereka membidik bank-bank untuk mencuri uang, juga media di Korea Selatan.
Para pejabat Inggris juga yakin Korea Utara berada di belakang virus Wannacry yang melanda seluruh dunia pada bulan Mei, yang menyebabkan bagian-bagian penting dari lembaga kesehatan juga ikut NHS terpengaruh,
Sejauh ini belum ada tanggapan resmi dari pemerintah Inggris mengenai insiden ini.