Selasa, 7 Oktober 2025

Sudah 32 Hari Pekerja Kontrak di Barcelona Spanyol Mogok

Puluhan pekerja kontrakan korban sistem outsourcing melakukan protes dan strike (mogok kerja) di Barcelona Spanyol.

Editor: Dewi Agustina
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Pekerja di Barcelona Spanyol mogok membentangkan spanduk "Give us back our jobs" sudah mencapai 32 hari sampai dengan Kamis 21 September 2017. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo 

TRIBUNNEWS.COM,BARCELONA - Puluhan pekerja kontrak korban sistem outsourcing melakukan protes dan strike (mogok kerja) di Barcelona Spanyol.

Hingga Kamis (21/9/2017), aksi mogok tersebut sudah memasuki 32 hari.

"Kita korban kebohongan para pengusaha dan perusahaan outsourcing Barcelona," ungkap Erick, salah seorang pekerja kontrakan yang ikut protes di samping gedung gereja Katedral di Barcelona Spanyol.

Para pekerja gereja terkenal di Spanyol banyak menggunakan tenaga kontrakan perusahaan outsourcing terutama Ciut'Art yang kelompok protes pekerja dari Solidaridad Y Unidad de los Trabajadores (SUT).

Ternyata perusahaan itu bekerjasama dengan Barcelona Culture Institute (ICUB), dewan kota Barcelona serta berbagai perusahaan yang menggunakan jasa perusahaan Ciut'Art tersebut untuk pegawai mereka.

Protes para anggota Serikat pekerja SUT bisa dimengerti karena pemotongan jam kerja mereka yang semula 25 jam per minggu menjadi 9 jam seminggu.

"Bukan hanya itu, honor per jam pun dipotong menjadi hanya 5 Euro (650 yen) per jam," tambahnya.

Dengan penghasilan menjadi 45 Euro per minggu praktis sulit hidup di Spanyol.

Sebagai contoh satu hamburger dan minuman sekali makan sudah melebihi 5 Euro saat Tribunnews.com mencoba makan di McDonald yang paling murah di Spanyol.

"Oleh karena itu kita dari SUT pada intinya meminta agar sistem outsourcing supaya dihapuskan di Spanyol," kata dia.

Problem tersebut bukan saja menyangkut Ciut'Art saja tetapi menurutnya juga terkait semua perusahaan di Spanyol yang menggunakan sistem outsourcing untuk menekan karyawannya di tengah upaya menggali keuntungan sebesarnya bagi perusahaan tersebut.

"Kita mengimbau keras semua pekerja untuk mengorganisir diri mereka sendiri di pusat-pusat kerja untuk membongkar hambatan tersebut serta melawan ketidakadilan penyalahgunaan pekerja dengan menekan pekerja setiap harinya," kata dia.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved