Hideaki Kase Ingin Sebarkan Patung Jenderal Sudirman ke Berbagai Tempat di Jepang
Satu caranya dengan menyebarkan patung Jenderal Sudirman ke berbagai tempat di Jepang.
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, Tokyo - Hideaki Kase (79) kritikus diplomatik Jepang yang dikenal karena mempromosikan revisionisme historis, karateka ban hitam Dan-5, ingin sekali Jepang semakin dekat dengan Indonesia sebagai sahabat lama.
Satu caranya dengan menyebarkan patung Jenderal Sudirman ke berbagai tempat di Jepang.
"Sekarang baru ada satu Patung Jenderal Sudirman di dalam kementerian pertahanan Jepang. Ini teramat sangat penting sekali bagi orang Jepang, sebagai tanda persahabatan sangat mendalam bagi kedua negara," kata Kase khusus kepada Tribunnews.com, Kamis (17/8/2017).
Hal tersebut diungkapkannya setelah mengikuti acara penyematan karangan bunga di depan patung Jenderal Sudirman oleh Dubes Arifin Tasrif siang ini.
Patung tersebut dianggap sangat berguna dan penting sebagai bukti konkrit persahabatan kedua negara.
"Karena itu bagus kalau dibuat duplikatnya, lebih kecil lagi oleh rakyat Jepang kumpul dana sama-sama, lalu patung Jenderal Sudirman di taruh di depan gedung parlemen Jepang, ada dua pintu ke luar dan kalau bisa di kedua pintu ke luar tersebut," katanya.
Dengan demikian persahabatan kedua negara akan semakin erat di masa datang.
Serta pentingnya bersahabat dengan rakyat Indonesia akan jadi perhatian bagi rakyat Jepang mulai saat ini.
Jepang harus lebih konkrit dan lebih aktif lagi menjalin persahabatan dengan Indonesia agar mendapat dukungan di segala bidang di dunia internasional.
Karena peranan Indonesia sangat penting di dunia apalagi di kalangan kaum muslim dengan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia.
"Karena itu kita mulailah dari kelompok pecinta Jenderal Sudirman ini dan melebarkan meluaskan kelompok ini agar semakin banyak lagi yang ikut bergabung," katanya.
Kelompok pecinta Jenderal Sudirman di Jepang terdiri dari keluarga para pejuang tentara Jepang saat perang dunia kedua di Asia.
Ttermasuk di Indonesia maupun keluarga pejabat tinggi Jepang.
Misalnya Kase ini, di mana ayahnya, Toshikazu Kase, dulu orang penting.
Toshikazu Kase, mantan Dubes Jepang pertama bagi PBB, adalah seorang diplomat tinggi di Kemlu Jepang di bawah Shigenori Togo yang menegosiasikan sebuah akhir dari perang Pasifik.
Kemudian menandatangani perjanjian berakhirnya perang di depan Panglima perang AS, Jenderal McArthur.
Saat itu Toshikazu Kase pun hadir di sana.
Kase adalah Ketua Masyarakat untuk Diseminasi Fakta Sejarah.
Dalam sebuah wawancara dengan wartawan BBC Bethan Jinkinson, Kase mengatakan, "Mayoritas rakyat kita percaya bahwa Jepang dipaksa berperang oleh Amerika Serikat dan Amerika membuat tuntutan yang tidak masuk akal atas kita. Jadi kita berperang untuk membela diri secara nasional."
Juga anggota Nippon Kaigi, Kase mengatakan tentang lobi revisionis secara terbuka.
"Kami berdedikasi untuk kepentingan konservatif kami dan berusaha untuk merevisi undang-undang dasar demi kemuliaan bangsa."
Hideaki Kase memiliki sejarah untuk mempromosikan film kontroversial yang menentang kejahatan perang Jepang.
Salah satunya adalah film Jepang "Merdeka 17805" (2001).
Merdeka 17805 diproduksi dalam kemitraan dengan Katsuaki Asano, presiden Tokyo Film Production, juga rekannya dalam film "Pride, the Fateful Moment" (1998) yang menimbulkan perdebatan dengan cara menggambarkan pengadilan kejahatan perang Tokyo dan General Hideki Tojo.
Hideaki Kaze kelahiran Tokyo yang menikah belum punya anak, juga terkenal dekat (Penasehat Khusus) dengan mantan PM Jepang Yasuhiro Nakasone.
Lulusan Universitas Keio dan pernah belajar di Universitas Yale serta universitas Columbia, Kaze antara tahun 1967 hingga 1970 merupakan Redaktur Pertama untuk buku Britannica's Encyclopedia.
Hideaki juga telah mengarang dan membuat buku mungkin sekitar 100-an buku.