Selasa, 7 Oktober 2025

Senbazuru Jepang Jadi Tren Gara-gara Presiden Obama

Senbazuru adalah proyeksi dari sebuah mitos sejak zaman dahulu kala di Jepang, simbol panjang umur.

Editor: Dewi Agustina
Asahi/Wiki
Sadako Sasaki (kiri), wanita, simbol perdamaian di Hiroshima, korban bom atom yang berusaha membuat Senbazuru (1000 lipatan kertas Origami berbentuk bangau), dipercaya impian bisa tercapai, misalnya kesembuhan, apabila bisa membuat sedikitnya 1.000 Senbazuru. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Lipatan kertas warna warni lalu dibuat model bangau mungkin sudah pernah kita lihat.

Kalau membuat sedikitnya 1.000 origami bangau tersebut, jadilah Senbazuru, dirangkai jadi satu dan kini kembali trendi di Jepang gara-gara perhatian besar Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama saat berkunjung ke Museum Peringatan Perdamaian Hiroshima, Jumat (27/5/2016).

Senbazuru adalah proyeksi dari sebuah mitos sejak zaman dahulu kala di Jepang, simbol panjang umur.

Ada kepercayaan populer bahwa akan berumur panjang dan sering digunakan sebagai hadiah kepada (pasien) rumah sakit.

Pembuatan bentuk bangau pun ada dua macam. Ada yang percaya bagian leher jangan dibengkokkan tidak bagus, tetapi ada yang percaya tak apa karena dibentuk kepala.

Sehingga jangan heran ada origami Senbazuru yang membuat bentukan bangau seolah tanpa kepala, lurus saja bagian leher.

Senbazuru baru populer setelah sahabat Sadako Sasaki (7 Januari 1943 – 25 Oktober 1955) Chizuko Hamamoto datang menjenguknya di rumah sakit.

Sasaki adalah gadis Jepang yang masih berumur dua tahun ketika bom atom dijatuhkan tanggal 6 Agustus 1945, di dekat rumahnya di sekitar jembatan Misasa, Hiroshima, Jepang.

Sadako berada di rumahnya saat ledakan terjadi, sekitar satu mil dari Ground Zero.

Bulan November 1954, leher dan bagian belakang telinga Sadako membengkak. Bulan Januari 1955, bercak ungu bermunculan di kedua kakinya.

Akhirnya, ia didiagnosa menderita leukemia lalu dirawat di rumah sakit pada tanggal 21 Februari 1955, dan dinyatakan bahwa ia hanya punya sisa hidup paling lama sekitar setahun.

Tanggal 3 Agustus 1955, sahabat Sadako, Chizuko Hamamoto datang menjenguknya ke rumah sakit. Chizuko memotong secarik kertas emas agar berbentuk persegi dan melipatnya menjadi burung bangau kertas.

Sadako merasa tak mampu mencapai jumlah 1.000, sehingga ia hanya mampu melipat sampai 644 sebelum meninggal, dan teman-temannya melanjutkan usahanya sampai genap berjumlah 1.000 lalu mereka menguburkan semuanya bersama Sadako.

Versi ini diambil dari buku Sadako and the Thousand Paper Cranes.

Menurut pameran yang dilakukan di Museum Monumen Perdamaian Hiroshima dinyatakan bahwa akhir bulan Agustus 1955, Sadako berhasil mewujudkan cita-citanya dan melipat bangau kertas lebih banyak lagi.

Sadako kekurangan kertas meskipun punya banyak waktu luang selama di rumah sakit. Ia menggunakan kertas obat atau kertas apapun yang didapatkannya, termasuk ke kamar pasien lainnya untuk meminta kertas dari bingkisan para pembesuk.

Chizuko juga membawa kertas dari sekolah untuk digunakan oleh Sadako.

Selama dirawat di rumah sakit, kondisinya semakin memburuk. Sekitar pertengahan Oktober, kakinya membengkak dan berubah warna menjadi ungu.

Setelah keluarganya memaksanya untuk makan, Sadako meminta nasi yang dicampur teh dan berkata "rasanya enak" yang merupakan kata-kata terakhirnya.

Dengan keluarga di sekelilingnya, Sadako meninggal di pagi hari tanggal 25 Oktober 1955 pada usia 12 tahun.

Setelah kematiannya, para teman sekelas dan sahabat Sadako menerbitkan kumpulan surat untuk menggalang dana demi pembangunan suatu monumen untuk mengenangnya dan seluruh anak yang meninggal dunia karena dampak bom atom.

Tahun 1958, sebuah patung Sadako yang memegang burung bangau emas dipajang di Taman Monumen Perdamaian Hiroshima, yang juga disebut Genbaku Dome.

Di kaki patung ada plakat yang berbunyi sebagai berikut:

"Kore wa bokura no sakebi desu. Kore wa watashitachi no inori desu. Sekai ni heiwa o kizuku tame no". (Ini adalah seruan kami. Ini adalah doa kami. Untuk membangun kedamaian di dunia).

Patung Sadako juga terdapat di Taman Perdamaian Seattle, AS. Sadako telah menjadi simbol dampak perang nuklir.

Sadako juga merupakan pahlawan wanita bagi para gadis di Jepang.

Kisahnya dituturkan di beberapa sekolah di Jepang saat peringatan serangan bom atom di Hiroshima. Sebagai dedikasi untuknya, rakyat Jepang memperingati tanggal 6 Agustus sebagai Hari Perdamaian.

Senbazuru juga merupakan nama sebuah judul lagu di Jepang.

Komposer lagu yaitu Oshima Michiru adalah korban bom atom Nagasaki dan dinyanyikan oleh paduan suara dari Junshinjoshikotogakko.

Lagu ini di Museum Peringatan Bom Atom Nagasaki setiap jam 11.02 diperdengarkan.

Demikian pula setiap bulan di Nagasaki setiap tanggal 9 jam 11.02 (saat bom jatuh di Nagasaki bulan Agustus 1945) lagu didengungkan ke seantero kota.

Demikian pula apabila menelepon Balai Kota Nagasaki, saat nada tunggu lagu Senbazuru akan mengalun juga kita bisa dengarkan nada tersebut sampai kini.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved