Kamis, 2 Oktober 2025

Ahli Epidemiologi: Prediksi Moderat Omicron Jangan Jadi Berat Karena Tidak Sabar

Yang paling mengkhawatirkan lagi adalah ini terjadi adanya deteksi sub varian Omicron yaitu BA.2 yang disebut-sebut lebih cepat menginfeksi

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Eko Sutriyanto
The Weather Channel
Ilustrasi Omicron 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman mengingatkan jika secara global, situasi ini belum melandai.

Memang ada penurunan kasus dan mengindikasikan tidak sedang di puncak.

Tapi angka indikator telat menghadapi Covid-19 secara global dan berdampak pada kematian, trendnya masih meningkat.

"Termasuk juga jumlah kasus infeksi seminggu, atau dua minggu terakhir justru meningkat.

Artinya ada potensi yang kita khawatirkan di tengah pelonggaran banyak negara ini malah meningkatkan transmisi,"ungkapnya pada Tribunnews, Jumat (11/3/2022).

Dan yang paling mengkhawatirkan lagi adalah ini terjadi adanya deteksi sub varian Omicron yaitu BA.2

Baca juga: Sebaran 16.110 Kasus Corona 11 Maret 2022: Tertinggi Jawa Barat, Banten Masuk Lima Besar

Menurutnya, varian ini diperiksa lebih dia lebih cepat menginfeksi. 

"Nah di Indonesia sama. Kita masih dalam fase yang kritis. Meskipun katakanlah sudah melewati puncak tapi ingat melewati puncak bukan berarti masa kritis sudah berlalu," kata Dicky menambahkan.

Bahkan bisa jadi dengan indikator telat ini, kematian maupun angka orang masuk ICU menjadi fase awal peningkatan sehingga, adanya pelonggaran yang dilakukan harus diimbangi dengan penguatan di aspek lain. 

Misalnya jika pada perjalanan domestik tidak dilakukan tes tidak mengapa, karena memang secara modalitas imunitas memungkinkan walau pun sifatnya harus tetap waspada dan berhati-hati.

"Selain selektif juga, karena 30 provinsi kita masih di atas tes positivity rate-nya masih di atas 5 persen.

Kita harus ada evaluasi berkala. Tools nya dengan sampling. Itu yang harus diperkuat survelen," tegas Dicky.

Misalnya, satu persen dari pelaku perjalanan domestik lakukan sampling.

Dan ternyata berada di bawah 1 persen, berarti kebijakan ini baik dilakukan.  

Selain itu protokol kesehatan tidak boleh dilonggarkan.

Apalagi beberapa kebijakan yang dikeluarkan saat ini masih baru. Belum terbilang aman dan masih berbahaya.

Ada BA.2 berpotensi ledakan dan mengundang masalah baru. 

"Kita udah bagus, on track. Disebut dengan prediksi moderat gelombang Omicron jangan jadi berat karena tidak sabar ingin melakukan pelonggaran. Itu yang berbahaya," pungkasnya.
 

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved