Selasa, 7 Oktober 2025

Virus Corona

Sekolah Harus Jadi Institusi yang Pertama Kali Dibuka Saat Kasus Covid-19 Melandai

Bahwa sekolah harus diupayakan serta diprioritaskan pelaksanaannya secara tatap muka.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Wahyu Aji
TRIBUN JABAR/TRIBUN JABAR/Gani Kurniawan
Sejumlah pelajar menunggu jemputan seusai mengikuti pembalajaran tatap muka (PTM) di SDN 016 DR Cipto, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (7/2/2022). Dinas Pendidikan Kota Bandung memberlakukan pembatasan kapasitas pelajar mengikuti PTM di sekolah yakni hanya 50 persen mulai Senin, 7 Februari 2022. Kebijakan tentang pengetatan PTM itu diambil untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 di Kota Bandung. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak awal pandemi, para ahli menyebutkan fungsi posisi sekolah adalah strategis dan juga vital untuk suatu bangsa. Bahkan secara global. 

Dan dalam komitmen pengendalian pandemi terkait sekolah, jelas dan belum berubah.

Bahwa sekolah harus diupayakan serta diprioritaskan pelaksanaannya secara tatap muka.

Begitu pun saat pandemi Covid-19 ini terjadi. Pembukaan sekolah mesti dilakukan ketika situasi masih terkendali. Bahkan ketika situasi semakin memburuk, sekolah adalah salah satu institusi paling terakhir ditutup.

Hal ini pula yang diungkapkan oleh Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman. Pembukaan sekolah harus disesuaikan dengan perkembangan Covid-19.

Baca juga: Pembelajaran Tatap Muka Hanya 25 Persen di Bekasi Setelah 738 Siswa Terpapar Covid-19

"Kemudian ketika situasi membaik, sekolah adalah institusi yang harus pertama kali dibuka. Itu menggambarkan penting dan strategis fungsi sekolah. Nah dalam perjalanan dua tahun pandemi kita, ini tidak dilaksanakan," ungkapnya pada Tribunnews, Senin (21/2/2022).

Banyak daerah yang menurutnya berlebihan dalam menempatkan sekolah ini.

Sekolah banyak ditutup, walau pun situasi pandemi tidak meningkat. Kebijakan yang diambil tidak secara epidemologis dan menempatkan pada posisi yang rawan. 

Tapi sebaliknya, ketika situasi kasus Covid-19 sedang meningkat, sekolah tidak ditutup.

Bahkan ada yang baru buka. Sehingga kebijakan yang diambil belum tepat dan berbasis sains.

Baca juga: Ratusan Siswa di Kota Bekasi Tertular Covid-19, Pembelajaran Tatap Muka Hanya 25 Persen 

"Lebih kepada emosional, lebih kepada anggapan-anggapan yang tidak komprehensif berdasarkan data. Sehingga merugikan anak anak, belajar di rumah, sementara ibu bisa ke kafe, bapak bisa ke mal. Ini yang terjadi," tegasnya.

Akibatnya, ketika menjelang gelombang tiga karena varian Omicron, kondisi menjadi kontra produktif karena sekolah banyak telah lama tutup. 

"Ini yang artiya kita salah. Ada strategi, ada satu mekanisme yang bagaimana meninjau strategis Pemda itu supaya benar. Apakah sudah berbasis sains atau sesuai dengan strategi nasional," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved