Kamis, 2 Oktober 2025

Virus Corona

Pakar Epidemiologi: Infeksi Covid-19 Dapat Sebabkan Kematian Sel Otak dan Kerusakan Pembuluh Darah

Menurut Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman trend peningkatan kasus Omicron saat ini sedang terjadi dan anak-anak memiliki risiko.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Adi Suhendi
Tangkapan Layar YouTube Kompas TV
Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Virus corona (Covid-19) varian Omicron tidak boleh dianggap remeh.

Varian Omicron bisa berdampak membahayakan, terutama pada anak-anak.

Hal ini diungkapkan Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman.

Menurutnya, trend peningkatan kasus Omicron saat ini sedang terjadi dan anak-anak memiliki risiko.

"Trendnya sama semua. Jadi tidak ada yang membedakan dan hari ini, terakhir di Australia lima orang yang meninggal anak di sini kurang lebih," ungkapnya pada talkshow virtual, Selasa (18/1/2022).

Dicky menegaskan, selama dua tahun Australia menghadapi pandemi, setidaknya ada 7 angka kematian.

Namun, begitu Omicron datang, setiap hari lebih dari 10 kasus kematian dan belakangan mayoritas anak-anak.

"Ini menjadi keprihatinan kita dan saya ingin sekali kita mengambil satu advodkasi pada pemerintah dengan memilih strategi dan mitigasi risiko kecil sekali," katanya.

Baca juga: Angka Positif Covid-19 Hari Ini Bertambah 1.362, Kasus Aktif 9.564

Dicky mengingatkan dampakn dari varian Omicron bukan hanya masalah kesakitan atau kematian, tapi juga long Covid-19.

Data terakhir menunjukkan infeksi Covid-19 dapat menyebabkan kematian sel otak.

"Ini penelitian terakhir, baru beberapa hari. Sel otak mati sehingga anak terganggu. Bukan hanya anak tapi juga dewasa," katanya.

Di sisi lain, memang gejala terpapar varian Omicron 80 persen ringan, tapi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dari anak.

Baca juga: Tren Kenaikan Covid-19 Varian Omicron, Presiden Jokowi: Tetap Waspada dan Tidak Panik

"Termasuk data terakhir di Amerika menyebutkan ada kerusakan otot dan jantung. Walau belum tahu berapa persen, tapi kecendrungan banyak ditemukan pada organ sistemik. Ini saya kira harus sekali lagi memberikan kewaspadaan. Semoga menjadi pengingat," katanya.

Harus Waspada

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan saat ini Indonesia sedang mengalami tren kenaikan kasus Covid-19 akibat varian Omicron.

Ia meminta semuanya untuk waspada, tetapi jangan panik.

"Kita semua harus mewaspadai tren ini, namun tidak perlu bereaksi berlebihan. Berhati-hati perlu, waspada perlu, tapi jangan menimbulkan ketakutan, dan jangan menimbulkan kepanikan," kata Jokowi dalam pernyataan pers yang disiarkan Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (18/1/2021).

Berdasarkan penelitian atau studi yang dilakukan lembaga kesehatan dunia WHO, varian Omicron lebih cepat menular dibandingkan varian lainnya.

Namun, gejala yang ditimbulkan akibat infeksi varian tersebut lebih ringan dibandingkan varian lain.

"Pasien yang terinfeksi varian ini umumnya pulih, tanpa harus dirawat di rumah sakit," katanya.

Baca juga: Upaya Dorong Pengelolaan Zakat di Indonesia pada Masa Pandemi Covid-19

Meskipun efek yang ditimbulkan tidak lebih parah dibandingkan varian delta, presiden meminta masyarakat untuk tetap waspada dan hati-hati.

"Jangan jumawa dan jangan gegabah," katanya.

Sebelumnya Kasus varian Omicron di Indonesia terus bertambah.

Pemerintah memprediksi puncak kasus Omicron akan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret 2022.

Prediksi tersebut berdasarkan hasil pengamatan pemerintah terhadap kasus Omicron di Afrika Selatan.

"Dari hasil trajectory (Covid-19) di Afrika Selatan, puncak gelombang Omicron diperkirakan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret ini," kata Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dalam dalam konferensi pers virtual, pada Minggu (16/1/2022).

Oleh karena itu kata Luhut, pemerintah melakukan sejumlah langkah mitigasi agar peningkatan varian Omicron dapat diminimalisir. Tujuannya agar lonjakan yang terjadi tidak membebani sistem kesehatan di Indonesia.

Baca juga: Gelar Vaksinasi Covid-19 untuk Anak Usia 6-11 Tahun, Binda Sumut Hadirkan Spongebob dan Spiderman

Adapun langkah mitigasi yang dilakukan pemerintah yakni percepatan vaksinasi dan penegakkan disiplin protokol kesehatan.

"Pengetatan mobilitas akan menjadi opsi terakhir untuk dilakukan," kata Luhut.

Selain itu kata Luhut, pemerintah terus memperhatikan kasus Omicron yang terjadi di negara lain.

Misalnya kasus Omicron di Inggris dan Afrika Selatan yang saat ini telah melewati puncak harian kasus. Selain itu kasus Omicron di Amerika Serikat dan Perancis yang juga mulai melandai.

Baca juga: Update Covid-19 Global 18 Januari 2022: 5.563.793 Orang Meninggal karena Virus Corona

Pemerintah juga terus memonitor peningkatan kasus Omicron di India, Thailand, dan Filipina.

Luhut menyadari cepat atau lambat peningkatan kasus Covid-19 akan terjadi di Indonesia.

"Seperti yang terjadi kemarin dimana (kasus Covid-19 baru ) telah menyentuh angka 1.054 kasus per hari. Terakhir kita mencapai angka tersebut adalah pada tanggal 11 Oktober 2021 yang lalu. Tapi sore ini, hari ini juga menurun kembali di bawah 1.000 yaitu 800 sekian," kata Luhut.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved