Kamis, 2 Oktober 2025

Virus Corona

Bisakah Memprediksi Kapan Akhir Pandemi Covid-19, Ini Penjelasan Pakar Fisika IPB

Pakar fisika IPB University Profesor Husin Alatas menyampaikan, pada intinya, fenomena alam yang teramati saat ini merupakan akumulasi dari interaksi.

Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Warga melintas di depan mural terkait pandemi virus corona atau Covid-19 di Benda, Tanegrang, Banten, Jumat (27/3/2020). Mural tersebut sebagai bentuk keprihatinan terkait penyebaran virus corona atau COVID-19 yang saat ini merebak di Indonesia. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Perjalanan virus Covid-19 akan memasuki tahun kedua pada 2022.

Namun akhir pandemi ini belum dapat diprediksi, apalagi di tengah kemunculan varian baru.

Meski demikian, dari kacamata ilmu fisika ujung pandemi ini dapat diprediksi.

Pakar fisika IPB University Profesor Husin Alatas menyampaikan, pada intinya, fenomena alam yang teramati saat ini merupakan akumulasi dari interaksi yang terjadi di antara berbagai komponen alam yang terkait.

Ia mencontohkan, pandemi Covid-19 merupakan salah satu fenomena dengan karakteristik yang juga mengikuti kaidah interaksi dalam fisika, sehingga dapat dimodelkan dan diprediksi. 

"Model yang bisa dikembangkan salah satunya adalah berdasarkan model Ising untuk melihat pola penyebaran Covid-19 secara lokal. Model ini biasa digunakan dalam kajian zat padat. Selain itu juga digunakan model diskrit sigmoid untuk melakukan prediksi jangka panjang yang bersifat global, disamping model SIR yang banyak digunakan orang," terangnya dalam keterangan tertulis yang dikutip Rabu (29/12/2021).

Baca juga: Kaleidoskop 2021: Adaptasi Teknologi Sektor Transportasi di Tengah Pandemi

Professor of Theoretical Physics ini menambahkan, hal ini erat kaitannya dengan ilmu fisika yang bersandarkan pada dua perangkat.

Perangkat tersebut berupa perangkat analisis berupa matematika dan perangkat pengukuran menggunakan berbagai instrumen. 

Prof Husin melanjutkan, berdasarkan kedua perangkat tersebut, fisika menjadi salah satu disiplin sains yang memiliki kemampuan untuk melakukan prediksi terhadap sebuah fenomena.

Di samping kemampuan untuk mendeskripsikannya berdasarkan hukum-hukum alam fundamental yang telah diketahui.

Lebih lanjut ia menyampaikan prediksi yang bisa dilakukan melalui model matematis atau komputasi bergantung pada data hasil pengukuran di lapangan terkait kondisi terkini laju reproduksi dasar penyebaran (R0) yang menunjukkan tingkat penyebaran virus dari satu individu ke sejumlah individu dalam rentang waktu tertentu.

Dari sudut pandang fisika, membatasi intensitas interaksi melalui “physical distancing” dan penggunaan masker memang merupakan dua cara yang paling ampuh untuk mencegah penyebaran Covid-19, di samping melalui upaya vaksinasi.

Baca juga: Kaleidoskop 2021: Hadirnya Maskapai Baru di Tengah Pandemi Covid-19

Kedua cara tersebut secara signifikan mampu menurunkan tingkat intensitas interaksi antar orang.

Berdasarkan pemodelan diskrit sigmoid yang dikembangkan oleh Departemen Fisika IPB University, apabila laju reproduksi dasar penyebaran yang relatif kecil yang terjadi belakangan ini terus berlanjut dan tidak mengalami peningkatan signifikan setelah libur nataru, dapat diprediksi pandemi Covid-19 dapat segera berakhir dan berubah menjadi fenomena endemik.

Fenomena ini akan terjadi dengan catatan “physical distancing” serta penggunaan masker tetap dilakukan hingga kondisi endemik tercapai.

Tidak hanya itu, kondisi tersebut juga dapat tercapai bila varian baru Omicron dapat ditangani pencegahan penularannya dengan baik.

Belajar dari sejarah sebuah pandemi, ia menyampaikan, hal ini sangat bergantung pada berbagai faktor. Faktor yang dimaksud seperti jumlah kepadatan penduduk serta pola mobilitas, tingkat kesadaran pentingnya mengikuti arahan dari otoritas kesehatan masyarakat dan lainnya. 

"Sejarah menunjukkan Spanish Flu Pandemic di awal abad 20 lalu, saat penduduk bumi masih relatif sedikit, berlangsung sekitar 2-5 tahun dengan ditandai beberapa kali gelombang puncak pandemi," katanya.

Baca juga: Saat Pandemi, Ekspor Tanaman Hias Mencapai 10,77 Juta Dolar AS

Namun demikian, perlu dicatat meski jumlah penduduk bumi saat ini telah bertambah secara signifikan dibanding awal abad 20 lalu, kemajuan sains dan ketersediaan teknologi informasi yang memudahkan orang berkomunikasi secara global, merupakan faktor-faktor yang dapat mempercepat berakhirnya pandemi.

Dosen IPB University itu melanjutkan, apabila melihat kecenderungan perkembangan belakangan ini, mengurangi interaksi yang bersifat kerumunan massa merupakan kunci utama bertansformasinya pandemik menjadi endemik.

Upaya ini dapat dibarengi dengan memperlonggar interaksi orang dalam grup kecil. Tidak hanya itu, ketentuan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) bertingkat yang dilakukan oleh pemerintah harus diakui memberikan dampak positif bagi terwujudnya perubahan tersebut.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved