Virus Corona
Ahli Epidemiologi : Varian Omicron Tidak Terdeteksi Melalui Alat PCR
Meskipun sudah ditemukan nantinya varian Omicron di Indonesia, Dicky menyebut yang paling penting adalah responnya
Laporan Wartawan Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Untuk mendeteksi varian Omicron tidak harus menggunakan Whole Genome Sequencing (WGS).
Hal ini diungkapkan oleh ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman.
"Negara-negara Afrika sekalipun tidak melakukan itu. tidak melakukan Whole Genome Sequencing (WGS).
Mereka hanya melakukan proxy method. Dimana sesuai juga rekomendasi WHO," ungkapnya pada Tribunnews, Kamis (9/12/2021).
Baca juga: Aturan Perjalanan Domestik selama Libur Natal dan Tahun Baru: Wajib Tes Antigen atau RT PCR
Dicky mengatakan saat ini dunia sudah mengetahui bahwa secara saintis, Omicron tidak dapat terdeteksi oleh alat Polymerase Chain Reaction (PCR).
Sehingga gagal dalam mendeteksi ada disebut dengan fenomena S gene target failure (SGTF).
"Sementara varian yang mendominasi di dunia adalah varian delta dengan S-gene positif," katanya lagi.
Di sisi lain memang tidak perlu menggunakan pemeriksa genomic mahal dan juga memerlukan banyak waktu.
Paling tidak dari hasil tes sikuens genomic membutuhkan satu minggu.
"Dan di Bekasi ini kalau tidak terdeteksi S-GEN, besar kemungkinan itu Omicorn Itu yang dilakukan banyak negara terbatas saat ini.
Kita bisa menerapkan itu proxy method. WHO sudah merekomendasikan," pungkasnya.
Dicky pun menyebutkan meskipun sudah ditemukan nantinya varian Omicron di Indonesia, hal yang paling penting adalah responnya.
Dalam pelacakan apa pun varian nya, Dicky menegaskan yang utama dilakukan adalah memutuskan transmisi yakni isolasi dan karantina.
Setelah itu melakukan proteksi pada kelompok berisiko, seperti lansia, penyandang disabilitas dan sebagainya dan melakukan vaksinasi Covid-19.