Virus Corona
PPKM Level 3 di Seluruh Indonesia, Pakar: Waspadai Mobilitas Tinggi Sebelum 23 Desember
Aturan akan berlaku selama masa libur Hari Raya Natal dan Tahun Baru (Nataru) yakni, 24 Desember 2021 hingga 2 Januari 2022.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Sebagai upaya mengantisipasi gelombang ketiga Covid-19, pemerintah akan menerapkan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3 di seluruh wilayah Indonesia.
Aturan akan berlaku selama masa libur Hari Raya Natal dan Tahun Baru (Nataru) yakni, 24 Desember 2021 hingga 2 Januari 2022.
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, berkaca pada pengalaman Indonesia dan dunia maka situasi Covid-19 dapat berubah dalam hitungan hari atau Minggu.
Sehingga keputusan akhir tentu baiknya dilakukan ke lebih dekat dari waktu pelaksanaannya.
Jika diumumkan sekarang, supaya masyarakat jangan terlanjur beli tiket, maka perlu diwaspadai juga kemungkinan tingginya mobilitas pada Kamis 23 Desember atau sebelumnya.
"Sekali lagi, sejauh ini tentu kita belum tahu pasti tentang bagaimana situasi epidemiologik nanti di hari-hari akhir Desember 2021. Covid-19 sendiri juga masih banyak aspek unpredictibilitynya, termasuk misalnya ada atau tidaknya varian baru, walau memang sampai sekarang belum ada laporan yg jelas tentanf varian baru yang amat mengkhawatirkan," ujar Prof Tjandra dalam pesan tertulis yang diterima Tribunnews.com, Sabtu (19/11/2021).
Baca juga: Dokter Reisa: 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Pandemi Covid-19, Ini Syaratnya
Adapun yang harus dilakukan masyarakat untuk mengantisipasi diri agar tidak tertular Covid-19 pasca libur Nataru.
Tetap melakukan protokol kesehatan 3M dan 5M, memeriksakan diri kalau ada kecurigaan sakit (ada gejala misalnya, atau ada kemungkinan kontak, atau sesudah bepergian dari negara yang sedang tinggi kasusnya, dll).
"Untuk yang belum divaksinasi agar segera divaksinasi," pesannya.
Sementara, untuk pemerintah maka ada lima hal yg perlu dilakukan.
Pertama, Mengatur PPKM sesuai level yang ada.
Kedua, Meningkatkan jumlah test.
"Sekarang memang terkesan jumlah total seperti sudah memadai, tapi ada provinsi-provinsi yang tinggi dan cukup banyak Kab/Kota yang belum mencapai target untuk test dan trace," imbuh Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI ini.
Ketiga, meningkatkan pemeriksaan whole genome sequencing untuk mendeteksi kemungkinan varian baru.
Sampai 18 November 2021, Indonesia sudah memasukkan 8.839 sampel WGS virus SARS CoV2 penyebab COVID-19 ke GISAID yang memang mengkompilasi data dari seluruh dunia.
Singapura sudah memasukkan 9.652 sampel, Filipina 12.742 sampel dan India dengan 78.442 sampel.
"Yang paling tinggi adalah Amerika Serikat yang pada 18 November 2021 sudah memasukkan 1.608.136 sampel WGS virus COVID-19 ke GISAID, disusul oleh Inggris dengan 1.238.935 sampel," jelasnya.
Keempat, vaksinasi harus terus digalakkan, apalagi karena sekitar 60 persen penduduk Indonesia (dari angka target, bukan dari total populasi) belum mendapat vaksinasi lengkap dan lansia bahkan sekitar 70 (dari angka target) belum dapat vaksinasi lengkap.
Terakhir, mobilitas orang dari luar negeri perlu dikendalikan dengan baik. Pengetatatan pemeriksaan di pintu masuk negara, di Kantor Kesehatan Pelabuhan, pemberlakuan masa karantina yang memadai, serta pemantauan bagi mereka yang sudah selesai karantina, setidaknya sampai 7 atau 14 hari kemudian," jelasnya.