Jumat, 3 Oktober 2025

Virus Corona

Covid-19 di Singapura Mengganas, dalam Sehari Bertambah 5 Ribu Kasus!

Singapura melaporkan sebanyak 5.324 kasus baru yang terdiri dari 4.651 infeksi lokal, 661 dari asrama pekerja asing, dan 12 kasus impor.

istimewa
Bendera Singapura. 

TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Covid-19 mengamuk di Singapura.

Gelombang ke-6 pandemi di negara itu yang berkecamuk sejak 23 Agustus semakin mengganas.

Kemarin, Rabu (27/10/2021), Singapura memecahkan rekor kasus harian.

Lebih dari 5000 kasus tercatat dalam sehari.

Dikutip dari Kompas.com, Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) melaporkan sebanyak 5.324 kasus baru yang terdiri dari 4.651 infeksi lokal, 661 dari asrama pekerja asing, dan 12 kasus impor.

Sejumlah 728 kasus atau 13,67 persen adalah warga lanjut usia (lansia) berumur di atas 60 tahun.

Angka ini melonjak tajam dari hari sebelumnya yang mencatatkan 3.277 kasus.

Baca juga: Inggris dan Rusia Alami Lonjakan Ketiga Covid-19, Menkominfo Ajak Masyarakat Disiplin Prokes

Menanggapi melesatnya kasus, MOH menyatakan angka ini tidak lazim. Banyak kasus baru terdeteksi pada Rabu siang.

Kementerian akan memonitor secara intensif laju kasus Covid-19 dalam beberapa hari ke depan.

Angka kematian juga tidak kunjung mereda.

Tercatat 10 pasien meninggal dunia kemarin, menambah total jumlah yang meninggal menjadi 349 orang.

Baca juga: Satgas Covid-19: Dibandingkan Negara Lain, Pola Lonjakan Kasus Covid-19 di Indonesia Berbeda

Ini adalah hari ke-38 secara berturut-turut Singapura melaporkan kematian karena Covid-19.

Padahal sebelumnya, Singapura adalah salah satu negara di dunia dengan angka kematian terendah.

Hanya dalam waktu 8 pekan, jumlah pasien yang meninggal meroket lebih dari enam kali lipat dari awalnya 55 korban jiwa pada awal September.

Klaster-klaster besar yang sedang dipantau khusus adalah di Rumah Sakit Jiwa Singapura (IMH) sebanyak 153 pasien, dan sejumlah panti jompo yang tersebar di penjuru negara kota itu.

Indonesia harus ikut waspada

Juru Bicara Pemerintah Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, situasi global pandemi Covid-19 yang diharapkan dapat menjadi pembelajaran.

Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) per 26 Oktober 2021, terjadi peningkatan jumlah kasus dan kematian di tingkat global.

“Salah satu yang dianggap mempengaruhi peningkatan kasus tersebut adalah sudah dilakukannya berbagai pelonggaran dan penurunan kepatuhan terhadap protokol kesehatan, seperti penggunaan masker, cuci tangan, dan jaga jarak,” tutur Nadia dalam konferensi pers virtual, Rabu (27/10/2021).

Baca juga: Sandiaga Uno: Hadirnya Esports Di Tengah Covid-19 Berdampak Positif Bidang Game

Dari situasi tersebut, Indonesia mengambil pelajaran bahwa vaksin saja belum cukup, melainkan harus diimbangi dengan kepatuhan terhadap protokol kesehatan yang sudah ditetapkan.

Di tanah air, meski situasi pandemi terkendali, namun hari libur panjang dalam rangka Natal dan Tahun Baru berpotensi peningkatan mobilitas yang membuka risiko terjadinya lonjakan kasus dan bahkan gelombang ketiga.

“Kita dapat mencegah potensi lonjakan kasus atau potensi gelombang ketiga dengan menjadikan mobilitas tidak meningkat sampai pada angka 10 persen seperti pada kondisi Nataru 2020 dan pasca Idul Fitri 2021,” tutur Nadia.

Saat ini, menurutnya, terdapat 105 kabupaten/kota di 30 propinsi yang terlihat ada tren peningkatan kasus konfirmasi dalam 7 minggu terakhir.

Baca juga: Panglima TNI: Perang Semesta Lawan Covid-19 Butuh Keseriusan, Dedikasi, dan Koordinasi

“Kita bisa akhiri pandemi COVID-19 jika kita bersatu melawannya. Sejarah membuktikan, vaksin beberapa kali telah menyelamatkan dunia dari pandemi. Vaksin adalah salah satu temuan berharga dunia sains,” ujarnya.

Kepatuhan Prokes Menurun

Kesempatan yang sama, Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dr. Reisa Broto Asmoro menyoroti penurunan tingkat kepatuhan Prokes di tengah masyarakat.

“Dari seluruh lokasi kerumunan yang dipantau dalam 7 hari terakhir, restoran dan kedai (20,6%) dan tempat wisata (9,9%) termasuk ke dalam kategori kepatuhan memakai masker kurang dari 60%. Ini adalah titik lengah,” ujar Reisa.

Ia mengingatkan, meski berkumpul dengan orang-orang yang sudah divaksin dan diketahui status kesehatannya melalui aplikasi PeduliLindungi, namun sebaiknya  tidak terlalu percaya diri untuk berkerumun dan melakukan kontak tanpa memakai masker.

Apalagi, kata Reisa, cakupan vaksinasi nasional belum mencapai 100%.

Menurutnya, baru sekitar 25% dari kelompok masyarakat rentan yang divaksin lengkap dan baru 50% warga rentan dan umum yang sudah vaksin kesatu.

Baca juga: Epidemiolog Sebut Aturan Tes PCR Berlaku 3x24 Jam Lebih Berisiko Penularan Covid-19

Untuk kelompok usia 12-17 tahun, baru 3,1 juta lebih anak yang telah divaksin lengkap dan 3,8 juta baru mendapatkan dosis pertama.

“Dan yang paling serius adalah kaum lansia masih banyak yang harus dipersuasi untuk ikut vaksinasi,” tuturnya.

Cakupan vaksinasi lansia saat ini, kata Reisa, masih jauh dari harapan, karena lansia adalah kelompok pertama yang divaksinasi sejak awal tahun 2021.

“Pandemi masih ada, tidak berakhir di kota dan kabupaten kita kalau tidak berakhir di seluruh Indonesia,” tegas Reisa. 

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved