Sabtu, 4 Oktober 2025

Virus corona

Pandemi Covid-19 Tingkatkan Limbah Medis Beracun dan Berbahaya

Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak terhadap masalah kesehatan dan ekonomi, tetapi juga terhadp lingkungan.

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Adi Suhendi
Tribunnews/Jeprima
Petugas merapikan tumpukan kantong sampah plastik kuning yang menumpuk di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (6/7/2021). Sejumlah petugas berpakaian alat pelindung diri (APD) lengkap tiap hari mengumpulkan kantong plastik berwarna kuning yang menumpuk berisikan APD bekas pakai, kardus makanan, dan sejumlah barang pasien yang sudah tidak terpakai. Kemudian tumpukan limbah itu disimpan di ruang khusus Tower 7 RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet. Sekali angkut, RSD Wisma Atlet bisa mengangkut 2 ton limbah medis corona. Dalam sehari petugas dapat mengangkut 3 kali yaitu pagi, siang, dan malam hari. Tribunnews/Jeprima 

Laporan Wartawan Tribunnews Taufik Ismail

TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA - Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak terhadap masalah kesehatan dan ekonomi.

Pandemi Covid-19 juga berdampak terhadap lingkungan karena meningkatnya limbah medis yang tergolong bahan beracun dan berbahaya (B3).

Anggota Direktorat Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Non B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Edward Nixon Pakpahan menilai setiap hal yang bersentuhan dengan Covid-19 harus dianggap sebagai benda infeksius.

"Harus dimusnahkan, dibakar," kata dia dalam Pelatihan Penguatan Gerakan Pramuka, yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika, Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), dan Pusat Informasi Nasional Gerakan Pramuka, Sabtu, (28/8/2021).

Edward mengatakan, ada kenaikan limbah medis hingga 30 persen per hari selama pandemi berlangsung.

Baca juga: Pemerintah Soroti Kenaikan Kasus Covid-19 di Aceh

Sebelum pandemi, rata-rata dihasilkan 400 ton limbah medis per hari.

Sehingga selama pandemi ini, limbah medis meningkat menjadi 520 ton per harinya.

Untuk penanganannya, Kementerian LHK membangun insinerator di berbagai daerah sejak tahun lalu.

Pembangunan berbagai insinerator tambahan itu bisa memusnahkan total 150 ton limbah medis per hari.

"Covid-19 ini berbahaya, semua yang terkait harus ditangani serius. Masker, sekalipun tidak dipakai orang terpapar, harus ditangani dengan baik," kata Edward.

Menurutnya, masker menjadi salah satu sumber limbah medis paling banyak.

Baca juga: Kasus Baru Covid-19 di India Kembali Melonjak ke Level Tertinggi

Sebab, masker tidak hanya dipakai di lingkungan yang ada pengidap Covid-19.

Karenanya masker yang sudah dipakai wajib dipotong dan disemprot dengan cairan disinfeksi.

Setelah itu, baru dikemas secara aman sebelum dibawa ke tempat pemusnahan.

"Kami berharap kawan-kawan Pramuka bisa ikut membantu menyosialisasikan cara penanganan masker yang aman," ujar Edward.

Sementara itu, Tenaga Ahli Menteri Kominfo Donny Budi Utoyo mengatakan selain penanganan limbah medis, masalah yang harus ditangani adalah disinformasi. Selama pandemi, hampir 2.000 kabar hoaks beredar ke berbagai lapisan masyarakat.

"Pramuka bisa membantu memberantasnya. Jika ada berita yang tidak jelas sumber dan kebenarannya, jangan disebar ke orang lain dengan alasan bertanya atau mengonfirmasi," ujar Donny.

Ia mengajak anggota Pramuka dan masyarakat luas agar rutin memeriksa covid19.go.id untuk mengetahui informasi terpercaya soal Covid-19.

"Hoax sangat berbahaya. Banyak yang menjadi korban gara-gara percaya hoaks," kata dia.

Setiap kabar palsu atau hoaks bisa menyebar hingga ke ribuan orang. Setiap orang bisa terlibat memutus penyebarannya dengan memeriksa setiap informasi yang diterima. Kini, semakin banyak tempat untuk memeriksa informasi terpercaya terkait Covid-19," pungkas Donny.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved