Virus Corona
Biden Terima Laporan Intelijen Mengenai Asal-usul Covid-19
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menerima laporan badan intelijen mengenai asal-usul virus corona (Covid-19) di Gedung Putih pada Rabu (25/8/2021).
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat Joe Biden menerima laporan rahasia dari badan intelijen di Gedung Putih pada Rabu (25/8/2021).
Laporan tersebut berkaitan dengan instruksi Biden pada 26 Mei 2021, yang meminta badan intelijen untuk menyelidiki asal-usul virus corona (Covid-19) dalam waktu 90 hari.
Adapun hasilnya, tidak ditemukan teori yang menyakinkan tentang dari mana SARS-CoV-2 berasal.
Hal itu sebagian karena kurangnya informasi dari China, negara pertama yang mendeteksi virus corona.
Sehingga badan intelijen tidak dapat menyimpulkan secara pasti apakah virus corona telah menular ke manusia melalui hewan atau melalui kebocoran Institut Virologi Wuhan.
Baca juga: Laporan Intelijen AS ke Presiden Joe Biden: Belum Dapat Simpulkan Asal-Usul Covid-19
Dikutip dari CNA, badan intelijen mengatakan bagian dari laporan itu dapat dideklasifikasi dalam beberapa hari mendatang.
Untuk diketahui, teori tentang asal usul virus yang telah menewaskan lebih dari 4 juta orang dan melumpuhkan ekonomi di seluruh dunia ini, semakin menjadi perdebatan.
Terlebih saat menugaskan penyelidikan, Biden mengatakan badan intelijen terbagi atas dua skenario yang mungkin, yaitu dari hewan atau kebocoran laboratorium.
Adapun mantan Presiden Donald Trump dan para pembantunya telah membantu memicu teori kebocoran laboratorium.
Trump menggunakan teori tersebut untuk menangkis kesalahan atas penanganan pemerintahannya terhadap wabah terbesar di dunia itu.
Baca juga: UPDATE Corona Global 26 Agustus 2021: Tambahan Kasus Baru dan Kematian Baru di AS Tertinggi Dunia
Sementara itu, China yang mendapatkan tuduhan, dengan keras menyangkal hipotesis tersebut.
China pun menolak seruan Organisasai Kesehatan Dunia (WHO) yang meminta negara itu bekerjasama untuk tahap kedua penyelidikan asal-usul Covid-19 yang berfokus pada laboratorium China bulan lalu.
Pada hari Rabu, China justru mendesak WHO untuk mengunjungi biolab militer AS Fort Detrick.
"Jika (Amerika Serikat) ingin menuduh China tanpa dasar, mereka lebih baik bersiap untuk menerima serangan balik dari China," kata Fu Cong, kepala departemen pengendalian senjata kementerian luar negeri.
"Jika AS menganggap China bersalah, mereka perlu memberikan bukti untuk membuktikan bahwa China bersalah."
"Anda tidak menyalahkan korban karena tidak memberikan informasi untuk memberatkan dirinya sendiri," tambahnya.
Baca juga: 4 Jenis Vaksin Covid-19 Proses Registrasi EUA di BPOM, Mulai Cansino hingga Johnson and Johnson
Menanggapi pernyataan China, Direktur Kedaruratan WHO Mike Ryan menyebut komentar China sebagai "kontradiksi".
Sebab Beijing dengan keras menentang teori kebocoran laboratorium.
"Saya merasa itu sulit untuk dipahami tetapi saya sangat bersedia untuk terlibat dengan rekan-rekan China kami untuk memahami apa sebenarnya yang mereka maksud dengan pernyataan itu," kata Ryan
Terlepas dari arahan Biden bahwa komunitas intelijen menggandakan upaya mereka untuk mengurai perdebatan asal, tinjauan 90 hari tidak membawa mereka lebih dekat ke konsensus.
China telah menolak seruan dari Amerika Serikat dan negara-negara lain untuk penyelidikan baru setelah kunjungan yang sangat dipolitisasi oleh tim WHO pada Januari.
Baca juga: Update Vaksinasi Covid-19: 92 Juta Dosis Telah Disuntikkan pada Masyarakat
Sikap China yang kurang transparan dan membatasi akses telah menuai kritik.
Di samping itu, tekanan telah meningkat untuk mengevaluasi teori kebocoran laboratorium secara lebih menyeluruh.
Pada awal pandemi, hipotesis mengatakan, virus muncul pada kelelawar dan kemudian ditularkan ke manusia, kemungkinan melalui spesies perantara lalu diterima secara luas.
Namun seiring berjalannya waktu, para ilmuwan belum menemukan virus pada kelelawar atau hewan lain yang cocok dengan tanda genetik SARS-CoV-2.
Menghadapi keengganan China untuk membuka diri kepada penyelidik luar, para ahli semakin terbuka untuk mempertimbangkan teori bahwa virus itu mungkin dari laboratorium yang melakukan penelitian virus corona kelelawar di Wuhan, sebuah gagasan yang pernah dibantah sebagai konspirasi yang disebarkan oleh Amerika Serikat sejauh ini.
Baca artikel lain seputar Virus Corona
(Tribunnews.com/Rica Agustina)