Virus Corona
Gus Muhaimin Bicara Politik Kesehatan di Situasi Pandemi Covid-19 Berkepanjangan
Gus Muhaimin mengatakan, beberapa waktu lalu saat terjadi puncak kasus Covid-19 di Jakarta, rumah sakit (RS) tidak berdaya.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pandemi Covid-19 berkepanjangan yang sudah berlangsung lebih dari 1,5 tahun menimbulkan berbagai kesulitan dan krisis multidimensi.
Wakil Ketua DPR Bidang Korkesra Abdul Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin) mengatakan, selama terjadinya pandemi Covid-19, bangsa ini menghadapi berbagai persoalan kesehatan, terutama infrastruktur kesehatan.
”Intinya pandemi telah membawa kita pada suasana sulit. Perlu rasanya kita terus melakukan pembangunan politik kesehatan.
Baca juga: Update Corona Global 24 Agustus 2021: Indonesia Tak Lagi di 10 Besar Penambahan Kasus Terbanyak
Ini menjadi sangat penting karena sebetulnya sejak disahkan Undang-Undang BPJS Kesehatan (Undang-Undang No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional), relatif ada harapan besar penanganan kesehatan rakyat.
Tapi kita lupa tidak diimbangi dengan perangkat infrastruktur kesehatan yang memadai,” kata Gus Muhaimin dalam kegiatan Roadshow Politik Kesejahteraan bertajuk ”Gus Muhaimin Mendengar” bersama masyarakat Maluku Utara yang dilakukan secara virtual, Senin (23/8/2021).
Baca juga: Sebaran Tambahan Corona 23 Agustus 2021, Jawa Barat Sumbang 1.483 Kasus, DIY Masuk 5 Besar
Gus Muhaimin mengatakan, beberapa waktu lalu saat terjadi puncak kasus Covid-19 di Jakarta, rumah sakit (RS) tidak berdaya.
”Pasien menumpuk. Saya tidak menghitung jumlah penularan, tapi ketika rumah sakit tak mamu menampung, itu berarti sangat berbahaya. Ada pasien yang SOS, emergency, tidak diterima rumah sakit, akhirnya meninggal,” tuturnya.
Kondisi pandemi ini, kata Gus Muhaimin, juga mengakibatkan semua anggaran tersedot untuk penanganan pandemi, dan pemerintah sudah pada level kesulitan untuk mengatur pembiayaan.
Baca juga: UPDATE Corona Global Minggu 22 Agustus 2021: Total Kasus Aktif 17,9 Juta, Indonesia Tertinggi Ke-11
”Tentu akibat yang lebih parah adalah krisis ekonomi, mandeknya seluruh aktivitas ekonomi. Apalagi ketika ada PSBB dan PPKM,” urainya.
Gus Muhaimin juga mendorong pentingnya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sehingga kita tidak terus menerus bergantung pada impor, termasuk dalam hal penyediaan fasilitas kesehatan.
”Ilmu pengetahuan dan teknologi harus didorong supaya kita tidak bergantung impor, termasuk dalam politik kesehatan ketika menangani keadaan sulit. Vaksin sangat sulit, menunggu kebaikan negara lain. Obat-obatan sudah lama kita menunggu negera besar, alat-alat kesehatan, antigen yang sepele saja belum mampu,” tuturnya.
Hal ketiga, belajar dari pandemi ini, kata Gus Muhaimin, pola pembangunan harus diubah tidak hanya mengandalkan pemerintah atau negara saja.
”Pasca-pandemi ini, Indonesia, kita semua harus benar-benar mampu melibatkan semua kekuatan untuk bersama-sama maju, mengubah dan memperbaiki keadaan dengan cepat itu perlu keterlibatan semua kelompok strategis dalam pembangunan. Itulah yang disebut pembangunan inklusif, politik kesejahteraan yang inklusif itu yang kita dorong, ada perubahan dan tata kerja yang baru,” tuturnya.