Jumat, 3 Oktober 2025

Virus Corona

'Teori Lab Bocor' Masih Disorot, WHO Minta China Rilis Data untuk Penyelidikan Asal-usul Covid-19

Organisasi itu mengatakan bahwa tidak ada yang bermain politik dalam proses penyelidikan ini, namun mencari data yang diperlukan

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
AFP
Pekerja sebuah laboratorium mengenakan APD menangani pengujian Covid-19 di fasilitas pengujian di Wuhan, Provinsi Hubei, China, pada 4 Agustus 2021. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru saja menanggapi kekhawatiran China terkait penyelidikan yang menyoroti 'hipotesis Laboratorium Wuhan' tentang asal mula pandemi virus corona (Covid-19).

Organisasi itu mengatakan bahwa tidak ada yang bermain politik dalam proses penyelidikan ini, namun mencari data yang diperlukan dan mengikuti sains.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Kamis kemarin, WHO meminta pemerintah di seluruh negara untuk mendepolitisasi situasi dan bekerja sama dalam mengembangkan kerangka kerja bersama terkait patogen potensial pandemi yang muncul di masa depan.

Baca juga: Kasus Covid-19 di China Terus Naik, Wabah Terparah Sejak Wuhan

"Mencari asal usul patogen baru adalah proses yang sulit, yang didasarkan pada sains, dan membutuhkan kolaborasi, dedikasi, dan waktu," kata WHO.

Lembaga itu menegaskan bahwa pencarian asal-usul virus SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab penyakit Covid-19 tidak boleh menjadi ajang percobaan untuk menyalahkan, menuding, atau menilai poin politik.

"Penting untuk mengetahui bagaimana pandemi dimulai, ini untuk memberikan contoh dalam menetapkan asal usul semua peristiwa limpahan dari hewan ke manusia di masa depan," jelas WHO.

Baca juga: 11 Juta Penduduk Wuhan Dites Covid, Temukan 3 Kasus Infeksi Bergejala dan 5 Tanpa Gejala

Organisasi kesehatan yang berbasis di Jenewa, Swiss itu tampaknya mendukung hipotesis asal zoonosis.

WHO bahkan menekankan kepada China untuk merilis informasi yang berkaitan dengan Institut Virologi Wuhan (WIV), meskipun negara itu menolak untuk turut berpartisipasi dalam penyelidikan tahap dua.

"Akses ke data sangat penting untuk mengembangkan pemahaman kita tentang sains dan tidak boleh dipolitisasi dengan cara apapun," tegas WHO.

Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (13/8/2021), pada Juli lalu, China menolak penyelidikan fase kedua WHO dengan alasan 'melawan sains'.

Baca juga: Penyelidikan Tahap 2 Asal Covid-19, China Tolak WHO Audit Laboratorium dan Fasilitas di Wuhan

Direktur Lab Biosafety di Institut Virologi Wuhan, Yuan Zhiming mengatakan pada saat itu bahwa WIV 'tidak pernah merancang, membuat, atau membocorkan virus corona baru'.

Menanggapi kekhawatiran China, WHO mengatakan bahwa studi awal yang dilakukan pada Maret lalu menemukan 'tidak ada bukti ilmiah yang cukup untuk mengesampingkan hipotesis manapun'.

Untuk mengetahui apakah asal usul virus itu berasal dari 'teori laboratorium', penting untuk memiliki akses ke semua data serta mempertimbangkan praktik terbaik ilmiah dan mekanisme yang telah dimiliki WHO.

WHO mencatat bahwa Italia bahkan telah membagikan data mentah dan memberikan izin untuk menguji ulang sampelnya di luar negeri.

"Ini mencerminkan 'solidaritas ilmiah terbaik' dan ini tidak berbeda dengan apa yang kami dorong ke semua negara, termasuk China, untuk mendukung penyelidikan ini, sehingga kami dapat memajukan studi asal-usul dengan cepat dan efektif," papar WHO.

Begitu pula Rusia dan Amerika Serikat (AS) yang menyimpan sampel cacar, satu-satunya virus manusia yang pernah diberantas di laboratorium yang aman, dua negara ini tunduk pada inspeksi yang dilakukan setiap dua tahun.

"Menganalisis dan meningkatkan keamanan laboratorium serta protokol di semua laboratorium di seluruh dunia, termasuk di China, penting untuk keselamatan dan keamanan kita bersama," tutur WHO.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhenom Ghebreyesus pun meminta semua negara terbuka terhadap data yang mereka miliki.

"Organisasi ini berkomitmen untuk mengikuti sains, dan meminta semua pemerintah untuk mengesampingkan perbedaan dan bekerja sama untuk menyediakan semua data dan akses yang diperlukan, sehingga rangkaian studi berikutnya dapat dimulai sesegera mungkin," kata Tedros.

Virus SARS-CoV-2 kali pertama didokumentasikan secara resmi di kota Wuhan, China pada Desember 2019, namun sumber pasti infeksi ini tetap menjadi misteri hingga saat ini.

China tidak hanya menolak teori yang menyebut bahwa virus itu mungkin telah ditularkan dari hewan ke manusia di 'pasar basah' Wuhan.

Namun juga membantah tudingan yang mengatakan bahwa virus tersebut 'bocor' dari Institut Virologi Wuhan, baik sengaja maupun tidak sengaja.

Sedangkan beberapa Analis intelijen AS bersama dengan House Republicans di Kongres, meyakini ada 'banyak bukti' yang menunjukkan bahwa virus itu lolos dari WIV pada September 2019.

Hingga saat ini, sebanyak lebih dari 205 juta orang telah terkonfirmasi positif Covid-19 sejak WHO menyatakan pandemi pada Maret 2020, 4,33 juta diantaranya meninggal.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved