Virus Corona
BOR di RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Turun Signifikan, PPKM Belum Tentu Dilonggarkan
Tingkat keterisian Rumah Sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR) di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Jakarta turun signifikan
Laporan Wartawan Tribunnews Taufik Ismail
TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA - Tingkat keterisian Rumah Sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR) di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Jakarta turun signifikan setelah menembus 90 persen pada Juni lalu, kini menjadi sekitar 25 persen.
Kepala Staf Presiden Moeldoko mengatakan meski BOR RSDC Wisma Atlet turun, belum tentu Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 dan 4 di Jawa-Bali akan dilonggarkan atau bahkan dihentikan.
"Jadi tidak serta merta satu indikator begitu mudah mengubah suatu kebijakan," kata Moeldoko di RSDC Wisma Atlet Jakarta, Jumat, (6/8/2021).
Meskipun demikian, kata mantan Panglima TNI tersebut, turunnya BOR akan menjadi pertimbangan pemerintah dalam menentukan level PPKM di suatu daerah selama pandemi masih berlangsung.
Baca juga: Garda Depan Covid-19, Nakes Harus Dapat Asupan Gizi Cukup
"Sekali lagi indikator-indikator itu menjadi pertimbangan untuk menentukan leveling, level empat menuju level tiga dan seterusnya. Sampai dengan level 1," katanya.
Sebelumnya Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan penentuan level PPKM dilakukan berdasarkan assessment mingguan dengan memperhatikan dua indikator.
"Yakni laju penularan dan respon kesehatan per daerah," katanya dalam konferensi pers virtual yang disiarkan Youtube BNPB, Kamis, (5/8/2021).
Untuk menentukan laju penularan Covid-19 ada tiga aspek yang dipertimbangkan yaitu jumlah kasus konfirmasi, jumlah perawatan rumah sakit, dan kematian.
Baca juga: Panglima TNI dan Kapolri Cek Kemampuan Tracer Covid-19 Gunakan Aplikasi Silacak di Balikpapan
Begitu juga untuk menentukan indikator respon kesehatan terdapat tiga aspek yang dipertimbangkan yaitu besarnya positivity rate yaitu jumlah hasil positif dari total testing yang dilakukan, lalu kemampuan tracing atau penelusuran kontak erat, dan terakhir bed occupancy rate atau tingkat keterisian tempat tidur.
"Selanjutnya kombinasi kedua nilai akhir tersebutlah yang menentukan level setiap kabupaten/kota," katanya.