Rabu, 1 Oktober 2025

Virus Corona

WHO Pusing, Jumlah Kasus Covid-19 Melonjak Akibat Pandemi Tumbuh Secara Eksponensial

Van Kerkhove kemudian mengatakan ada lebih dari 4,4 juta kasus baru yang dilaporkan terjadi dalam sepekan terakhir

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
CDC
Ilustrasi virus corona 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan kasus virus corona (Covid-19) melonjak secara eksponensial dan mendesak masyarakat dunia untuk menerapkan aturan yang terbukti dapat mengendalikan virus tersebut.

Pada hari Senin kemarin, para pemimpin WHO mengatakan bahwa setelah angka kasus dan kematian mengalami penurunan pada awal tahun, situasi global kembali memburuk secara dramatis dalam beberapa pekan terakhir.

"Kami berada di titik kritis pandemi sekarang. pandemi ini sedang berkembang, ini tumbuh secara eksponensial," kata Pimpinan Teknis WHO untuk Covid-19, Maria Van Kerkhove.

Dikutip dari laman ABC News, Selasa (14/4/2021), Van Kerkhove kemudian mengatakan ada lebih dari 4,4 juta kasus baru yang dilaporkan terjadi dalam sepekan terakhir.

"Jika anda membandingkannya dengan tahun lalu, saat ini kami memiliki sekitar 500.000 kasus yang dilaporkan per minggu," tegas Van Kerkhove.

Perlu diketahui, Covid-19 telah menewaskan sekitar 2,94 juta dari sekitar 136 juta orang yang terinfeksi sejak pertama kali muncul di China pada akhir 2019. 

Baca juga: Ketua Umum KONI Pusat Beri Tips Kesehatan di Masa Pandemi Covid19

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan bahwa kasus virus ini terus meningkat pada tingkat global.

"Kami sekarang telah melihat tujuh minggu berturut-turut peningkatan kasus, dan empat minggu peningkatan angka kematian.

Sejauh ini, kami melihat jumlah kasus tertinggi keempat terjadi pada minggu lalu," kata Tedros.

Jumlah kasus global melonjak mencapai sembilan persen pada minggu lalu, sementara angka kematian akibat virus ini naik sebesar lima persen.

Restoran dan Klub malam masih penuh saat pandemi

Lonjakan terbaru tetap terjadi meskipun vaksin Covid-19 secara cepat diluncurkan pada banyak negara, dengan lebih dari 780 juta dosis telah didistribusikan sejauh ini.

Sementara vaksin dianggap sebagai senjata penting dalam pertempuran untuk menghentikan pandemi.

Kendati demikian, Tedros menekankan bahwa sejauh ini vaksin bukan merupakan satu-satunya alat yang dapat diandalkan.

Baca juga: Tepis Rumor Kesehatan, Presiden Filipina Rodrigo Duterte Muncul di Depan Umum, Sempat Absen 2 Pekan

"Aturan seperti menjaga jarak fisik, memakai masker, menjaga kebersihan tangan terbukti berfungsi. Begitu pula sistem pengawasan, pengujian, pelacakan kontak, isolasi, karantina yang mendukung dan perawatan penuh kasih. Semuanya berfungsi untuk menghentikan infeksi dan menyelamatkan nyawa," tegas Tedros.

Sementara itu sikap tidak percaya, rasa mudah puas serta tidak konsisten dalam menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat, mendorong terjadinya penularan dan akhirnya mengorbankan nyawa.

Tedros menyampaikan bahwa di beberapa negara, meskipun transmisi virus ini terus berlanjut, restoran dan klub malam tetap terlihat penuh.

Begitu pula yang terjadi di pasar terbuka yang penuh sesak, namun mirisnya, diantara mereka hanya sedikit orang yang menerapkan protokol kesehatan.

"Beberapa orang tampaknya berpikir bahwa mereka yang berusia muda, tidak akan mengalami kondisi kesehatan yang terlalu buruk jika tertular Covid-19.

Namun penyakit ini bukan flu biasa, banyak orang berusia muda dan sehat meninggal karena virus ini, dan kami masih belum sepenuhnya memahami konsekuensi long Covid bagi mereka yang sempat tertular dan pulih," tutur Tedros.

Banyak ruang ICU yang masih kewalahan

Van Kerkhove juga menyatakan sikap keputusasaan bahwa lonjakan kasus ini semakin mengkhawatirkan.

"Ini bukanlah situasi yang kami inginkan dalam 16 bulan pandemi, saat kami telah membuktikan efektivitas langkah-langkah pengendalian," papar Kerkhove.

Sementara Tedros menegaskan bahwa WHO tidak menginginkan diberlakukannya sistem penguncian (lockdown) tanpa akhir.

"Negara-negara telah melakukan yang terbaik dalam mengambil kombinasi tindakan yang disesuaikan, terukur, gesit dan berbasis bukti. Tapi kami juga ingin melihat masyarakat dan ekonomi dibuka kembali, dan perjalanan serta perdagangan dilanjutkan," kata Tedros.

Namun faktanya di lapangan, saat ini ruang ICU banyak rumah sakit di dunia dipenuhi pasien Covid-19.

"Tetapi saat ini, unit perawatan intensif (ICU) di banyak negara sedang kewalahan. Orang-orang sekarat dan itu benar-benar tidak bisa dihindari," jelas Tedros.

Ia pun mengakui bahwa pandemi 'masih jauh dari kata selesai', namun menekankan bahwa masih ada alasan untuk tetap optimis.

Menurutnya, penurunan angka kasus dan kematian selama dua bulan pertama di 2021, menunjukkan bahwa virus ini dan variannya dapat dihentikan.

"Tentunya dengan upaya bersama dalam menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat, bersamaan dengan program vaksinasi yang adil, kami dapat mengendalikan pandemi ini dalam hitungan bulan," kata Tedros.

Perlu diketahui, terkait lonjakan kasus Covid-19, India telah mengambil alih posisi Brazil sebagai negara dengan jumlah infeksi tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat (AS).

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved