Jumat, 3 Oktober 2025

Virus Corona

Pakar WHO Akan Adakan Pertemuan Hari Ini Bahas Soal Keamanan Vaksin AstraZeneca

Mereka menegaskan bahwa manfaat penggunaan vaksin ini masih jauh lebih besar dibandingkan risiko yang ditimbulkan.

JOEL SAGET / AFP
Ilustrasi vaksin Covid-19 dari Universitas Oxford dan AstraZeneca, diambil pada 23 November 2020. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa para ahli keamanan vaksin dari lembaga tersebut akan mengadakan pertemuan pada Selasa waktu setempat.

Pertemuan ini rencananya akan  membahas mengenai 'keamanan' vaksin AstraZeneca, setelah sejumlah negara menghentikan penggunaan vaksin tersebut karena adanya kekhawatiran terjadi pembekuan darah pada orang yang menerimanya.

"Komite penasehat WHO untuk keamanan vaksin telah meninjau data yang tersedia, melakukan komunikasi intens dengan European Medicines Agency, dan akan bertemu Selasa," kata Tedros Adhanom.

Baca juga: WHO: untuk Saat Ini, Negara Harus Lanjutkan Vaksinasi AstraZeneca

Selain itu, dipicu kekhawatiran yang muncul terkait penggunaan dan efikasi vaksin ini, European Medicines Agency (EMA) pun telah mengadakan 'pertemuan luar biasa' pada hari Kamis lalu yang membahas mengenai vaksin AstraZeneca.

Mereka menegaskan bahwa manfaat penggunaan vaksin ini masih jauh lebih besar dibandingkan risiko yang ditimbulkan.

Dikutip dari laman MINT, Selasa (16/3/2021), EMA mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka akan 'meninjau lebih lanjut terkait informasi' mengenai vaksin ini pada Selasa waktu setempat untuk mengambil langkah selanjutnya yang mungkin perlu dilakukan.

Sebelumnya, negara Eropa seperti Jerman, Prancis dan Italia mengatakan pada hari Senin kemarin bahwa mereka akan menghentikan sementara penggunaan vaksin AstraZeneca pada program vaksinasi Covid-19, setelah beberapa negara melaporkan kemungkinan adanya efek samping yang serius.

Langkah ini tentu saja membuat kampanye vaksinasi Eropa yang sudah berjuang melawan pandemi selama setahun terakhir, menjadi berantakan.

Denmark dan Norwegia telah berhenti memberikan vaksin ini kepada warganya pada pekan, lalu setelah melaporkan terjadinya kasus perdarahan yang terisolasi, pembekuan darah dan jumlah trombosit yang rendah.

Baca juga: WHO Klaim Vaksin Oxford-AstraZeneca Aman Digunakan, Ada Efek Samping Itu Wajar

Begitu pula langkah yang diambil Islandia dan Bulgaria, sedangkan Irlandia dan Belanda baru saja mengumumkan keputusan penghentian sementara penggunaan pada hari Minggu lalu.

Langkah yang diambil sejumlah negara terbesar dan terpadat di Eropa ini tentunya akan meningkatkan kekhawatiran tentang lambatnya pelaksanaan vaksinasi di wilayah tersebut.

Padahal sebelumnya, pelaksanaan program ini telah terhambat karena terbatasnya pasokan yang disebabkan kurangnya produksi vaksin, termasuk milik AstraZeneca.

Negara lainnya yakni Austria dan Spanyol telah berhenti menggunakan vaksin tertentu.

Di sisi lain, Jaksa penuntut di wilayah utara Italia, Piedmont telah menyita 393.600 dosis setelah kematian seorang laki-laki beberapa jam pasca mendapatkan vaksinasi.

Piedmont adalah wilayah kedua yang melakukannya setelah Sisilia, tempat dua orang tewas tak lama setelah disuntik.

WHO mengimbau kepada semua negara untuk tidak menghentikan program vaksinasi terhadap warganya untuk menekan penyebaran virus yang telah menyebabkan lebih dari 2,7 juta kematian di seluruh dunia.

Vaksin AstraZeneca ini termasuk yang pertama dan termurah untuk dikembangkan dan diluncurkan dalam jumlah besar sejak Covid-19 pertama kali diidentifikasi di China pada akhir 2019 lalu.

Selain itu, vaksin ini disebut akan menjadi andalan program vaksinasi pada banyak negara berkembang.

Thailand pun pada hari Senin kemarin telah mengumumkan rencana untuk melanjutkan vaksinasi menggunakan vaksin yang diproduksi perusahaan Inggris-Swedia ini setelah menghentikan sementara programnya pada Jumat lalu.

WHO mengatakan panel penasehatnya sedang meninjau laporan yang terkait dengan vaksin itu dan akan merilis temuannya secepat mungkin.

Namun organisasi ini menyampaikan bahwa tidak mungkin mengubah rekomendasi yang telah dikeluarkan pada bulan lalu untuk penggunaan vaksin ini secara luas.

Termasuk penggunaan di negara-negara yang memiliki varian virus Afrika Selatan dan diduga dapat mengurangi efektivitas vaksin ini.

EMA juga mengatakan bahwa tidak ada indikasi peristiwa pembekuan darah ini disebabkan oleh vaksinasi.

Bahkan jumlah pembekuan darah yang dilaporkan pun tidak lebih tinggi dibandingkan yang terlihat pada populasi pada umumnya.

Beberapa efek samping yang dilaporkan terjadi di Eropa memang telah menghambat program vaksinasi yang telah berada di bawah tekanan karena distribusi yang lambat dan skeptisisme atau sikap tidak percaya terhadap vaksin di beberapa negara.

Pemerintah Belanda mengatakan pada hari Senin kemarin bahwa mereka telah melihat 10 kasus kemungkinan efek samping yang merugikan dari penggunaan vaksin AstraZeneca.

Ini terjadi beberapa jam setelah pemerintah menunda program vaksinasi menyusul adanya laporan terkait potensi efek samping yang terjadi di negara lain.

Sementara Denmark melaporkan gejala yang 'sangat tidak biasa' pada warga mereka yang berusia 60 tahun yang meninggal karena pembekuan darah setelah menerima vaksin.

Frasa yang sama juga digunakan pada hari Sabtu lalu oleh Norwegia yang menyatakan bahwa sekitar tiga orang warganya yang berusia di bawah 50 tahun kini sedang dirawat di rumah sakit.

Otoritas Kesehatan setempat pun menyatakan bahwa salah satu dari tiga tenaga kesehatan yang dirawat di rumah sakit di Norwegia setelah menerima suntikan AstraZeneca ini pun telah meninggal.

Namun mereka tidak menunjukkan adanya indikasi vaksin itu yang menjadi penyebabnya.

AstraZeneca sebelumnya mengatakan telah melakukan tinjauan terhadap lebih dari 17 juta orang yang divaksinasi di negara anggota Uni Eropa dan Inggris.

Namun mereka tidak menunjukkan bukti adanya peningkatan risiko pembekuan darah.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved