Minggu, 5 Oktober 2025

Virus Corona

Versi Dokter, Tenaga Medis Hingga Pekerja Masuk Daftar Prioritas Vaksin Covid-19

aksinasi sebagai salah satu cara menanggulangi pandemi covid-19 saat ini ramai dibahas. Andai sudah tersedia, siapa yang jadi prioritas?

Hyderus.com
Pemerintah Rusia mengklaim menjadi negara pertama di dunia yang mendaftarkan vaksin Corona (Covid-19). 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Vaksinasi sebagai salah satu cara menanggulangi pandemi covid-19 saat ini ramai dibahas. Andai sudah tersedia, siapa yang jadi prioritas?

Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD, menilai tiga kelompok ini menjadi kelompok yang harus diprioritaskan jika vaksin Covid-19 telah tersedia.

Pertama, tenaga kesehatan dan tenaga medis yang disebutnya, sebagai garda terdepan.

"Dalam hal ini dalam konteks Covid-19, satu, tenaga kesehatan frontliner sebagai garda terdepan penanganan Covid-19," kata dia dalam acara Forum Dialog Kabar Kamis bertema “Mengapa Vaksin Penting? Perlukah untuk Orang Dewasa?”, yang diselenggarakan di Media Center KPCPEN, Kamis 15/10/2020.

Kemudian adalah orang dengan penyakit penyerta atau komorbid.

Sementara kelompok ketiga adalah pekerja yang masih beraktivitas di tengahpandemi Covid-19.

"Orang-orang yang berisiko tinggi yang masih aktif seperti guru, pekerja yang sehari-hari masih beraktivitas," jelasnya.

Diketahui saat ini, Kemenkes menyusun dua Rancangan Permenkes (RPMK) tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Imunisasi dalam rangka Penanggulangan Pandemi COVID-19.

RPMK dibahas baik internal lintas program dan lintas sektor dengan melibatkan institusi penting dalam proses pengadaan antara lain LKPP, BPKP, KPK

"Sambil menunggu vaksin Merah Putih yang diperkirakan baru akan siap pada awal 2022, kita manfaatkan kerja sama dengan RRT dan Inggris. Karena vaksin ini perlu 2x suntik, maka kita perlu atur prioritas pemberian vaksin, kita prioritaskan dahulu pada Tenaga Kesehatan Garda Terdepan,” jelas Menkes Terawan di sela-sela kunjungan ke Tiongkok, beberapa waktu lalu.

Pentingnya Vaksin untuk Orang Dewasa
Vaksinasi kerap dihubungkan hanya untuk bayi. Padahal vaksinasi saat dewasa pun tak kalah penting seperti diberikan saat bayi.

Terlebih semakin bertambahnya usia, daya tahan tubuh juga semakin menurun. Sehingga diperlukan pencegahan penyakit yang ada vaksinnya sebagai perlindungan spesifik.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Vaksinolog dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD mengatakan prinsipnya, vaksin adalah suatu zat yang bila diberikan memicu kekebalan yang spesifik.

Misalnya vaksin Hepatitis B, spesisfik untuk mencegah penyakit Hepatitis B. Kandungan utama di vaksin berisi antigen atau komponan virus yang dapat dikenali oleh tubuh. Sehingga tubuh membuat antibodi.

Ia menjelaskan, proses pembuatan vaksin sangat kompleks. Ketika vaksin sudah bisa digunakan di masyarakat, telah melewati serangkaian penelitian dan uji coba agar efektif dan aman digunakan secara massal.

“Membuat vaksin itu sulit bahkan lebih sulit daripada bikin obat karena vaksin untuk pencegahan. Keamanan itu nomor satu. Proses panjang harus dilewati, setelah jadipun harus dilakukan penelitian ke hewan, lalu manusia bahkan hingga mencapai ribuan orang. Sehingga baru didapatkan hasilnya aman dan efektif,” tegas dokter Dirga saat talkshow dengan tema ‘Mengapa Vaksin Penting? Perlukah Untuk Orang Dewasa’, Kamis (15/10/2020).

Vaksinasi sampai saat ini telah dibuktikan sebagai tindakan yang efektif, aman, dan murah sebagai pencegahan penyakit tertentu.

Ada data yang menyebutkan bahwa sebelum ditemukan vaksin dan sesudah ditemukan vaksin, terjadi penurunan hingga 90 persen.

Bahkan beberapa penyakit bisa hilang dari muka bumi karena kefektifan vaksinasi.

“Paling fenomenal smallpox (cacar) yang sudah musnah sejak 1979. WHO (World Health Organization) menyebutkan setidaknya setiap tahun ada 2-3 juta nyawa diselamatkan oleh vaksinasi,” katanya lagi.

Efek Samping

Seringkali orang lebih khawatir pada efek samping dari vaksinasi ketimbang manfaatnya yang besar.

Padahal, menurut dokter Dirga, dalam hal apapun sebenarnya dibalik manfaat ada juga risiko.

Seperti halnya makan nasi, bila kebanyakanpun bisa jadi risiko, diantaranya obesitas, dan diabetes.

Sementara vaksinasi yang sejak proses pembuatannya sudah mengedepankan keamanan, kalaupun ada efek samping sifatnya sangat ringan dan lokal.

Seperti nyeri di bekas suntikan, dan kadang disertai demam. Padahal demam juga bisa diartikan tubuh sedang bekerja dan terstimulasi dengan adanya vaksin yang masuk ke tubuh.

Sejak mendapatkan ijin edar di suatu negara, vaksin selalu dipantau oleh lembaga resmi. Bila di Indonesia oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Dokter Dirga menjelaskan, saat ini ada percepatan yang luar biasa untuk dapat memproduksi vaksin Covid.

Namun, dalam kondisi yang luar biasa dipercepat sekalipun, segi keamanan tetap jadi prioritas, bahkan mendahului keefektifannya.

“Untuk membuat vaksin bisa membutuhkan waktu 10-15 tahun untuk satu vaksin. Pada uji hewan normalnya bisa 1-2 tahun. Pada vaksin Covid terjadi keadaan luar biasa sehingga ada upaya percepatann. Sekalipun dipercepat tapi tidak ada tawar menawar dari sisi keamanan. Sehingga terus dipantau keamanan dan efektifitasnya,” tegasnya.

Vaksinasi covid menjadi penting untuk mendapatkan kekebalan imunitas, dengan harapan cakupan vaksin luas sehingga ada kekebalan bersama dan tercapai herd immunity.

Herd immunity adalah kondisi di mana sebagian besar orang dalam suatu kelompok telah memiliki kekebalan terhadap penyakit infeksi tertentu. Dalam kondisi pandemi Covid 19, sulit mendapatkan kekebalan alamiah.

“Untuk mendapatkan herd immunity, dibutuhkan sedikitnya 60-70 persen, yang mendapatkan kekebalan imunitas dalam hal ini vaksinasi,” jelasnya.

Karena proses vaksinasi yang menyeluruh diperlukan waktu dan bertahap, nantinya ada prioritas mendapatkan vaksin lebih dahulu. Biasanya akan didahulukan para tenaga kesehatan, orang dengan penyakit kronis, orang yang punya risiko tinggi dan masih aktif misalnya guru.

Mengapa Orang Dewasa Perlu Vaksinasi?

Menurut dokter Dirga, ada tujuh poin penting mengapa orang dewasa penting melakukan vaksinsi, yakni:

1. Belum pernah divaksinasi pada saat kecil.

2. Lansia, dimana antibodi turun akibat penuaan dan perlu vaksinasi ulang.

3. Punya penyakit kronis (contoh: diabetes, sakit jantung) sehingga lebih rentan.

4. Risiko pekerjaan,contohnya tenaga kesehatan.

5. Terkait kehamilan: infeksi menyebabkan cacat janin.

6. Perilaku berisiko,contoh perokok.

7. Alasan bepergian (travelling, umroh, haji).

Dr Purnamawati Sujud, SpA(K), MMped dari Yayasan Orang Tua Peduli (YOP) mengatakan, setiap tahun, dibulan April, WHO mencanangkan pekan imunisasi. Tahun ini tema yang diambil adalah vaccine works for all. Hal ini mengingatkan bahwa imunisasi adalah hak semua orang lintas usia, sejak dari lahir, anak-aank, remaja, dewasa, dan lansia.

Walaupun, sampai sekarang tidak sedikit masyarakat yang menganggap kalau imunisasi adalah program untuk anak saja. “Masyarakat kadang lupa anak-anak butuh orangtua yang sehat, untuk jadi sehat mencegah upaya terbaik, efektif, murah, dan hasilnya baik. Pada dewasa penting utuk imunisasi karena dengan bertambahnya usia, daya tahan tubuh menurun, dan membawa penyakit,” kata dokter Purnamawati.

Pada imunisasi anakpun, cakupan di Indonesia masih rendah. Riset Kesehatan Dasar 2018 menyebutkan, cakupan imunisasi di Indonesia pada anak-anak hanya mencapai 53,7 persen, jumlah ini menurun sejak pandemi. Apalagi cakupan imunisasi pada orang dewasa lebih rendah lagi.

Padahal untuk memutus rantai terjadinya penyakit infeksi, sejauh ini, vaksinasi masih jadi upaya yang efektif. Walaupun upaya preventif secara umum dengan perilaku sehat, sementara preventif spesifik dengan imunisasi.

“Ada dua alasan penting imunisasi untuk melindungi diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita,” ujar dr Purnamawati. Pasalnya ada beberapa anak yang tidak bisa divaksinasi sehingga membutuhkan lingkungan yang mayoritas sudah menjalani imunisasi. Misalnya anak yang menjalani transplantasi hati, tidak bisa mendapatkan vaksin, terutama vaksin ‘hidup’ seperti cacar air, BCG.

Ada jenis vaksin berdasarkan kandungannya. Ada vaksin mati atau vaksin tidak aktif adalah jenis vaksin yang mengandung virus atau bakteri yang sudah dimatikan pada suhu tinggi atau proses kimia, contohnya vaksin polio, vaksin DPT. Ada juga vaksin hidup, yakni vaksin yang tetap dibiarkan hidup tapi dilemahkan, namun sudah tidak menyebabkan penyakit lagi.

Sejauh ini, ada 15 vaksin yang diberikan pada orang dewasa, diantaranya vaksin influenza, HPV, pneumonia. Sampai saat ini, hanya vaksin TD (tetanus) yang diberikan pada ibu hamil yang ditanggung pemerintah. Sisanya tidak ditanggung pemerintah. Sehingga diharapkan masyarakat bisa melakukan vaksinasi secara mandiri.

Vaksin Saat Pandemi

Dunia saat ini sedang menunggu vaksin Covid 19. Walaupun diperkirakan dalam waktu dekat sudah bisa dilakukan vaksinasi secara massal, namun karena semua negara membutuhkan, mendapat ‘giliran’ untuk vaksinasi Covid 19 bukan perkara mudah.

Selama menunggu vaksinasi Covid, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan agar dilakukan dulu vaksinasi flu dan pneumonia yang saat ini ketersediaan vaksinya sudah ada. Dari beberapa penelitian yang dilakukan, pada pasien yang telah melakukan vaksin flu dan pneumonia ketika terinfeksi Covid 19, gejalanya lebih ringan dan tidak terjadi perburukan yang fatal.

Dokter Dirga mengatakan, melakukan vaksinasi sebagai bentuk pencegahan dan menjadi banteng bagi lingkungannya. Pasalnya bila cakupan vaksinasi rendah, akan cepat terjadi penyebaran (kasus Covid yang belum ada vaksinya menjadi contoh nyata). Begitu ada cakupan vaksinasi yang luas, ketika ada yang sakit atau terinfeksipun penyebarannya dapat diminimalisir. (Rina/Lilis)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved