Sabtu, 4 Oktober 2025

Virus Corona

Studi: Kepercayaan Publik pada Vaksin di Indonesia Buruk, Ahli Sebut Ada Pengaruh Politik

Studi global temukan bukti kepercayaan publik pada vaksin tidak stabil, rentan terhadap kesalahan informasi.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Sri Juliati
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Relawan mengenakan masker dan pelindung wajah memperlihatkan nomor peserta Uji Klinis Vaksin Covid-19 saat akan menjalani penyuntikan vaksin di Puskesmas Garuda, Jalan Dadali, Kota Bandung, Jumat (14/8/2020). Penyuntikan vaksin Covid-19 buatan China tersebut serentak dilakukan kepada 100 orang relawan di lima lokasi berbeda di Kota Bandung, yakni di Balai Kesehatan Unpad, Puskesmas Garuda, Puskesmas Sukapakir, Puskesmas Dago, dan Puskesmas Ciumbuleuit. Penyuntikan vaksin dilakukan setelah para relawan menjalani pemeriksaan spesimen usap pada kunjungan pertama dan hasilnya menunjukkan tidak terinfeksi virus corona penyebab Covid-19. 

TRIBUNNEWS.COM - Gelombang politik dan disinformasi di internet mengancam program vaksinasi di seluruh dunia.

Menurut studi kepercayaan vaksin global, hal tersebut terjadi karena kepercayaan publik yang berubah-ubah dan sangat bervariasi antar negara.

Studi yang memetakan tren kepercayaan vaksin di 149 negara antara 2015 dan 2019 ini menemukan penyebabnya.

Rupanya skeptisisme tentang keamanan vaksin cenderung tumbuh bersamaan dengan ketidakstabilan politik dan ekstremisme agama.

Seorang petugas kesehatan memvaksinasi seorang pria di dalam stasiun vaksinasi seluler di Moskow pada 7 September 2020
Seorang petugas kesehatan memvaksinasi seorang pria di dalam stasiun vaksinasi seluler di Moskow pada 7 September 2020 (Natalia KOLESNIKOVA / AFP)

"Sangat penting dengan ancaman penyakit baru dan yang muncul seperti pandemi COVID-19."

"Kami secara teratur memantau sikap publik," kata Heidi Larson, seorang profesor di London School of Hygiene & Tropical Medicine yang memimpin penelitian.

"Persepsi tentang vaksin jauh lebih tidak stabil daripada sebelumnya," katanya dalam sebuah pengarahan, dikutip dari CNA, Jumat (11/9/2020).

"Secara keseluruhan, ada banyak kepercayaan di dunia tentang vaksin."

"Tapi jangan anggap remeh. Keyakinan naik dan turun dan itu sangat bervariasi," ujar Larson.

Foto yang diambil pada 6 Agustus 2020 dan disediakan oleh Dana Investasi Langsung Rusia ini memperlihatkan vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Institut Penelitian Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya.
Foto yang diambil pada 6 Agustus 2020 dan disediakan oleh Dana Investasi Langsung Rusia ini memperlihatkan vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Institut Penelitian Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya. (HANDOUT / RUSSIAN DIRECT INVESTMENT FUND / AFP)

Baca: Hasil Studi: Bicara dengan Tenang dan Lebih Pelan Bisa Mengurangi Penyebaran Covid-19

Diterbitkan dalam jurnal medis Lancet, temuan Larson didasarkan pada data dari lebih dari 284.000 orang dewasa.

Mereka ditanyakan pada 2019 lalu, apakah mereka memandang vaksin itu penting, aman, dan efektif.

Larson mengatakan, dengan pembuat obat dan peneliti di seluruh dunia berlomba untuk mengembangkan vaksin melawan pandemi COVID-19, pemerintah sekarang harus ekstra waspada.

Terlebih dalam menilai kepercayaan publik terhadap vaksin dan menanggapi kekhawatiran dengan cepat.

"Ada banyak kecemasan tentang kecepatan pengembangan vaksin (untuk COVID-19)," katanya.

"Tapi publik tidak terlalu tertarik pada kecepatan, mereka lebih tertarik pada ketelitian, keefektifan dan keamanan," jelas Larson.

Seorang staf menampilkan sampel vaksin Covid-19 yang tidak aktif di pabrik produksi vaksin China National Pharmaceutical Group Co., Ltd. (Sinopharm) di Beijing, ibukota China, 10 April 2020.
Seorang staf menampilkan sampel vaksin Covid-19 yang tidak aktif di pabrik produksi vaksin China National Pharmaceutical Group Co., Ltd. (Sinopharm) di Beijing, ibukota China, 10 April 2020. (Zhang Yuwei / XINHUA / Xinhua via AFP)

Baca: Soal Vaksin Covid-19 untuk Negara Miskin, WHO Sebut Baru Ada Dana 700 Juta Dollar

Hasil studi tersebut menunjukkan, kepercayaan vaksin di Eropa rendah dibandingkan dengan kawasan lain di dunia.

Seperti Afrika, dengan proporsi orang yang sangat setuju vaksin aman berkisar dari 19 persen di Lituania hingga 66 persen di Finlandia.

Irak, Liberia, dan Senegal memiliki proporsi responden tertinggi pada 2019 yang setuju, vaksin itu penting.

Namun kepercayaan publik terhadap vaksin telah meningkat di beberapa negara Eropa sejak 2015.

Termasuk Prancis, Italia, Irlandia, dan Inggris.

Relawan mengenakan masker dan pelindung wajah memperlihatkan nomor peserta Uji Klinis Vaksin Covid-19 saat akan menjalani penyuntikan vaksin di Puskesmas Garuda, Jalan Dadali, Kota Bandung, Jumat (14/8/2020). Penyuntikan vaksin Covid-19 buatan China tersebut serentak dilakukan kepada 100 orang relawan di lima lokasi berbeda di Kota Bandung, yakni di Balai Kesehatan Unpad, Puskesmas Garuda, Puskesmas Sukapakir, Puskesmas Dago, dan Puskesmas Ciumbuleuit. Penyuntikan vaksin dilakukan setelah para relawan menjalani pemeriksaan spesimen usap pada kunjungan pertama dan hasilnya menunjukkan tidak terinfeksi virus corona penyebab Covid-19. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Relawan mengenakan masker dan pelindung wajah memperlihatkan nomor peserta Uji Klinis Vaksin Covid-19 saat akan menjalani penyuntikan vaksin di Puskesmas Garuda, Jalan Dadali, Kota Bandung, Jumat (14/8/2020). Penyuntikan vaksin Covid-19 buatan China tersebut serentak dilakukan kepada 100 orang relawan di lima lokasi berbeda di Kota Bandung. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Baca: Uji Coba Vaksin dari Universitas Oxford Dihentikan Sementara setelah Peserta Jatuh Sakit

Studi tersebut menemukan enam negara dimana kepercayaan terhadap vaksin telah turun secara signifikan sejak 2015.

Enam negara itu ialah Indonesia, Pakistan, Serbia, Azerbaijan, Afghanistan dan Nigeria.

Proporsi orang yang sangat tidak setuju bahwa vaksin itu aman telah meningkat secara signifikan.

Hal ini, kata Larson, terkait dengan tren ketidakstabilan politik dan ekstremisme agama di negara-negara tersebut.

Simulasi uji klinis vaksin Covid-19 di Rumah Sakit Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Kota Bandung, Kamis (6/8/2020).
Simulasi uji klinis vaksin Covid-19 di Rumah Sakit Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Kota Bandung, Kamis (6/8/2020). (Tribun Jabar/Muhamad Syarif Abdussalam)

Baca: Update Kabar Vaksin Corona di Dunia: AstraZeneca Tunda Uji Coba, CanSino Tanggapi Keraguan Ahli

"Di antara beberapa negara, ada lebih banyak polarisasi sentimen."

"Lebih banyak orang yang bersikap ekstrem 'sangat tidak setuju' atau 'sangat setuju'," katanya.

Dalam temuan Larson, Indonesia mengalami salah satu penurunan kepercayaan publik terbesar di seluruh dunia antara 2015 dan 2019.

Hal itu disebabkan oleh para pemimpin Muslim yang mempertanyakan vaksin campak, gondongan, dan rubella.

Adapun, dibanding vaksin, kebanyakan publik di Indonesia lebih percaya promosi pengobatan alternatif yang dianggap lebih alami.

(Tribunnews.com/Maliana)

 
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved