Selasa, 7 Oktober 2025

Virus Corona

Ini Pesan Ibnu Hajar Al Asqalani Saat Hadapi Wabah dalam Sejarah Islam Ratusan Tahun Silam

Seorang Ahli Hadits, Ibnu Hajar al-'Asqalani mengungkap wabah dalam sejarah Islam ratusan tahun lalu, anjurkan protokol kesehatan seperti saat ini.

Penulis: Inza Maliana
EPA via AlJazeera
ILUSTRASI Staf kesehatan membawa seorang pasien ke dalam rumah sakit Jinyintan - Hingga Jumat (24/1/2020) siang waktu setempat, 26 orang di China meninggal akibat virus corona. 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang Ahli Hadits, Ibnu Hajar al-Asqalani (1372-1449) menulis buku berjudul Kitab Wabah dan Taun Dalam Islam.

Dalam buku yang diterbitkan kembali oleh Turos Pustaka ini, Ibnu Hajar al-Asqalani yang dikenal Al Hafiz mengungkap wabah dalam sejarah Islam ratusan tahun silam.

Dalam buku tersebut, Ibnu Hajar menganjurkan protokol kesehatan yang sama seperti yang dianjurkan oleh Pemerintah saat ini.

Hal tersebut disampaikan oleh Luqman Hakim Arifin, selaku CEO Rene Turos Indonesia (Penerbit Turos Pustaka) dalam tayangan OASE: Membedah Kitab Wabah dalam Sejarah Islam bersama Tribunnews, Kamis (4/9/2020).

Menurut Luqman, ada beberapa hal menarik yang akhirnya membuat seorang Ibnu Hajar menyelesaikan kitab ini.

Seperti 'kesalahpahaman' yang terjadi di masa silam saat masyarakat Mesir menghadapi wabah.

OASE: Membedah Kitab Wabah dalam Sejarah Islam bersama Tribunnews.
Luqman Hakim Arifin, CEO Rene Turos Indonesia dan Penerjemah Kitab Wabah dan Taun dalam Islam Ustaz Fuad Saifudin dalam tayangan OASE: Membedah Kitab Wabah dalam Sejarah Islam bersama Tribunnews, Kamis (4/9/2020).

Baca: Satgas Covid-19 Beberkan Upaya dan Capaian Menekan Persebaran Virus Corona di Indonesia

"Tetapi apa yang akhirnya membuat beliau menulis buku tentang pandemi ini, ketika masyarakat di Mesir pada saat itu keluar rumah berkumpul di luar untuk melakukan semacam pengajian atau sholat."

"Bagi Ibnu Hajar itu sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah dan tidak sesuai juga dengan Al-quran," tutur Luqman.

"Disitulah saat Ibnu Hajar merasa perlu menyelesaikan bukunya itu," ungkap Luqman dalam tayangan bersama Tribunnews ini.

Selain itu, Luqman pun membeberkan alasan mengapa dirinya menerbitkan buku karangan Ibnu Hajar.

Sebab, ia mendapat sebuah kenyataan, apa yang menjadi anjuran pemerintah dalam protokol kesehatan ini sudah dianjurkan pula oleh Ibnu Hajar dalam buku tersebut.

Seperti anjuran untuk menghindari kerumunan, yang artinya tetap ikhtiar untuk melindungi diri dan sesama dalam menghadapi wabah.

Pengunjung menyaksikan pertunjukan lumba-lumba di Taman Safari Indonesia, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (22/8/2020). Pihak Taman Safari Indonesia tetap menerapkan protokol kesehatan Covid-19 kepada para pengunjung untuk mencegah penyebaran virus corona di objek wisata. Tribunnews/Jeprima
Pengunjung menyaksikan pertunjukan lumba-lumba di Taman Safari Indonesia, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (22/8/2020). Pihak Taman Safari Indonesia tetap menerapkan protokol kesehatan Covid-19 kepada para pengunjung untuk mencegah penyebaran virus corona di objek wisata. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/Jeprima)

Baca: 100 Dokter Meninggal karena Terinfeksi Virus Corona, Pemerintah Diminta Lakukan Evaluasi

Bahkan buku itu juga menganjurkan umat Islam untuk menjalani pola hidup sehat, seperti yang juga dianjurkan oleh pemerintah.

"Salah satu yang menarik yang perlu kita tegaskan, sains atau ilmu pengetahuan itu masih satu tarikan nafas dengan dogma Islam yang kita yakini."

"Jadi tidak perlu ada semacam pertentangan. Justru Islam dengan dogma-dogmanya menjadi satu kekuatan bagi kita bagaimana menghadapi pandemi Covid-19," tuturnya.

Lebih lanjut, ketetapan hati Luqman untuk menerbitkan buku ini pun buntut dari 'keriuhan' dalam masyarakat.

Sebab, banyak masyarakat yang masih berpikir wabah Covid-19 ini sebuah konspirasi belaka dan menggap tidak perlu dihiraukan.

Petugas Uji Klinis Vaksin Covid-19 mengenakan APD saat akan melakukan proses penyuntikan vaksin kepada relawan di Puskesmas Garuda, Jalan Dadali, Kota Bandung, Jumat (14/8/2020). Penyuntikan vaksin Covid-19 buatan China tersebut serentak dilakukan kepada 100 orang relawan di lima lokasi berbeda di Kota Bandung, yakni di Balai Kesehatan Unpad, Puskesmas Garuda, Puskesmas Sukapakir, Puskesmas Dago, dan Puskesmas Ciumbuleuit. Penyuntikan vaksin dilakukan setelah para relawan menjalani pemeriksaan spesimen usap pada kunjungan pertama dan hasilnya menunjukkan tidak terinfeksi virus corona penyebab Covid-19. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Petugas Uji Klinis Vaksin Covid-19 mengenakan APD saat akan melakukan proses penyuntikan vaksin kepada relawan di Puskesmas Garuda, Jalan Dadali, Kota Bandung, Jumat (14/8/2020). (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

"Karena kita melihat di masyarakat kita banyak yang berpikir Covid-19 ini konspirasi dan rekayasa."

"Banyak juga mengabaikan dan menganggap angin lalu serta penyakit biasa."

"Saya rasa kita perlu meluruskan dan cara kami 'untuk memberikan pandangan' soal pandemi ini melalui buku yang berisi pengalaman pandemi sekitar 591 tahun yang lalu," paparnya.

Sementara, Penerjemah Kitab Wabah dan Taun dalam Islam Ustaz Fuad Saifudin juga turut memberikan pandangannya terkait buku ini.

Menurutnya, buku tersebut bukan hanya berisi kompilasi kasus wabah di masa lalu saja.

Tetapi juga memberikan solusi, saran dan kritik kepada umat Islam yang sering mempertentangkan antara kepatuhan kepada Tuhan dengan ikhtiar atau usaha sebagai manusia.

Iran telah memperkenalkan langkah-langkah untuk mencoba menghentikan penyebaran virus corona.
Iran telah memperkenalkan langkah-langkah untuk mencoba menghentikan penyebaran virus corona. (AFP)

Baca: Kasus Baru Semakin Banyak, Virus Corona Disebut Alami Mutasi, Lebih Menular Tapi Ringan

Ustaz Fuad menceritakan, dalam buku tersebut Ibnu Hajar juga menjelaskan asal muasal terjadinya wabah secara rasional.

"Ibnu Hajar menjelaskan, bagaimana Allah menurunkan azab, kutukan atau wabah ini tidak muncul secara ajaib. Tetapi ada wasilahnya, ada penjelasan rasionalnya."

"Makanya dikutip dari bukunya, Islam menjadi agama yang ketika wabah terjadi, itu tidak terjadi karena kutukan atau gangguan setan".

"Tetapi itu bisa terjadi karena aktivitas udara yang buruk atau bisa jadi adanya zat beracun," ujar Ustaz Fuad dalam kesempatan yang sama.

Selain itu, Ustaz Fuad pun menjelaskan, Ibnu Hajar sudah menuliskan, menghadapi wabah tidak ada hubungannya dengan keimanan.

ILUSTRASI Staf kesehatan membawa seorang pasien ke dalam rumah sakit Jinyintan - Hingga Jumat (24/1/2020) siang waktu setempat, 26 orang di China meninggal akibat virus corona.
ILUSTRASI Staf kesehatan membawa seorang pasien ke dalam rumah sakit Jinyintan - Hingga Jumat (24/1/2020) siang waktu setempat, 26 orang di China meninggal akibat virus corona. (EPA via AlJazeera)

Baca: Virus Corona Ganas Ditemukan di Indonesia, Bermutasi dan Lebih Cepat Menular

"Seseorang yang mengandalkan supranatural, dia berdoa, dia memanjatkan pujian atau membaca ayat-ayat tertentu lalu dia bersikap sembarangan terhadap wabah."

"Kemudian dia terkena wabah, itu tidak ada hubungannya dengan doa tidak diijabah. Itu hubungannya karena dia bersikap sembarangan," ungkapnya.

Oleh sebab itu, lanjut Ustaz Fuad, istimewanya tulisan seorang ahli hadits dari mazhab Syafi'i yang terkemuka ini disampaikan pada ratusan tahun yang lalu.

"Hal ini menjadi istimewa karena disampaikan oleh Ibnu Hajar saat sekitar 590 tahun yang lalu."

"Dia menyampaikan beberapa dalil, mempertemukan faktor rasional ketika sebuah musibah itu terjadi," pungkasnya.

(Tribunnews.com/Maliana)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved