Virus Corona
42 Guru Meninggal Dunia Akibat Terpapar Covid-19
Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Heru Purnomo mengatakan puluhan guru meninggal akibat terpapar Covid-19.
TRIBUNNEWS>COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Heru Purnomo mengatakan puluhan guru meninggal akibat terpapar Covid-19.
Selain guru, Heru menyebutkan, pegawai tata usaha sekolah juga turut menjadi korban akibat tertular virus corona.
“FSGI mencatat hingga 18 Agustus 2020 sudah ada 42 guru dan 2 pegawai tata usaha sekolah yang
meninggal karena Covid-19," kata Heru melalui keterangan tertulis, Minggu (23/8/2020).
Menurut Heru, sebaiknya pemerintah melindungi keselamatan dan kesehatan guru saat pandemi Covid-19.
Baca: WHO Optimis Covid-19 Dapat Diatasi Lebih Cepat dari Flu Spanyol
Ia mengatakan, jumlah guru bakal terus berkurang jika pemerintah tidak melakukan perlindungan.
Heru mengatakan keselamatan guru dapat terancam jika daerah tidak siap membuka sekolah di tengah
pandemi Covid-19 ini.
"Padahal, sebelum pandemi saja kita sudah kekurangan guru, kalau para guru tidak dilindungi, maka
potensi penularan Covid-19 di lingkungan satuan pendidikan akan tinggi jika sekolah dibuka pemerintah
daerah tanpa ada persiapan yang matang," ujar Heru.
Ia mengingatkan bahwa dalam melaksanakan tugasnya guru berhak memperoleh perlindungan
sebagaimana yang diatur pada Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005 dan Permendikbud Nomor 10 Tahun
2017.
Baca: Kondisi Keamanan Negara Menurun Saat Covid-19, Publik Idamkan Tentara Jadi Pemimpin Nasional
Selain perlindungan profesi, perlindungan hukum dan perlindungan hak atas kekayaan intelektual.
Menurutnya guru berhak memperoleh perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
"Perlindungan ini harus diberikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, sekolah, organisasi profesi dan
masyarakat. Pada konteks situasi pandemi seperti saat ini, maka guru-guru harus memperoleh
perlindungan dari penularan Covid 19 di lingkungan sekolahnya masing-masing," katanya.
Seperti diketahui, pemerintah akhirnya mengizinkan sekolah yang masuk wilayah zona kuning
melakukan pembelajaran tatap muka. Aturan ini dikeluarkan setelah pemerintah merevisi Surat
Keputusan Bersama (SKB) tentang Panduan Pembelajaran Pada Tahun Ajaran Baru dan Tahun
Akademi Baru di Masa Pandemi Covid-19.
Sulit Awasi
Analis Kebijakan Ahli Madya Kemendikbud, Suhartono Arham menilai guru mengalami kesulitan untuk
melakukan pengawasan terhadap siswa saat pembelajaran jarak jauh.
Suhartono menyebutkan hal ini terjadi akibat lokasi siswa yang terpencar selama pembelajaran jarak jauh.
"Guru bukan tidak mau melakukan pengawasan. Ini karena semua anak sudah berpencar di alamat
masing-masing. Dipastikan guru kesulitan," kata Suhartono di Bogor, Jawa Barat, Minggu (23/8/2020).
Baca: Presiden Jokowi: Semangat Reformasi Relevan untuk Hadapi Krisis karena Pandemi Covid-19
Ia mengajak orang tua untuk ikut membantu mengawasi putera-puterinya selama menjalani
pembelajaran jarak jauh di rumah.
"Orang tua harus lebih banyak berperan untuk mengamankan siswa pada jam pelajaran," ucap
Suhartono.
Suhartono berharap pengawasan bersama yang dilakukan guru dan orang tua dapat berjalan baik.
Langkah ini dilakukan agar proses pembelajaran anak di masa PJJ ini tetap berjalan baik.
"Saya pikir ini tanggung jawab semua. Yang paling dekat dengan lingkungan anak saat itu orang tua,
jadi yang pertama orang tua. Tentu dengan ini sekolah mendukung," katanya. (fahdi/tribunnetwork/cep)