Virus Corona
Bagaimana Peluang Indonesia Gunakan Vaksin Sputnik V dari Rusia?
Vaksin tersebut dikembangkan oleh lembaga penelitian Gamaleya bekerja sama dengan kementerian pertahanan Rusia.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rusia mengklaim memiliki vaksin Covid-19 yang diberi nama Sputnik V.
Vaksin tersebut dikembangkan oleh lembaga penelitian Gamaleya bekerja sama dengan kementerian pertahanan Rusia.
Bagaimana peluang Indonesia sendiri menggunakan vaksin dari Rusia tersebut?
Mengingat saat ini, Indonesia sedang menggunakan vaksin Sinovac dari China dan mengembangkan vaksin merah putih.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan pemerintah ingin melihat dulu apakah uji klinis vaksin dari Rusia tersebut sudah benar-benar dilakukan.
Baca: Menristek Ungkap Tertarik Jadi Relawan Uji Klinis Vaksin Covid-19 Jika Penuhi Syarat
Baca: KBRI Moskow: Uji Coba Massal Vaksin Sputnik V Digelar Januari 2021
"Ya tentunya seperti layaknya protokol dari penggunaan vaksin. Kita harus lihat dulu apakah uji klinisnya sudah benar-benar dilakukan. Karena beritanya masih simpang siur, ada yang mengatakan uji klinisnya ini terlalu pendek dibandingkan uji klinis yang standar," ujar Bambang, dalam wawancara khusus dengan Tribunnews.com, di Kemenristek/BRIN, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (13/8/2020).
Akan tetapi, Bambang tak menutup kemungkinan panjang pendeknya masa uji klinis memang didasari kebutuhan. Bisa saja uji klinis vaksin tersebut diperpendek karena ada unsur emergency.
Hanya saja, Bambang menilai seharusnya ketika uji klinis diperpendek maka harus ada batas minimumnya atau jangan terlalu pendek. Juga penting dilihat apakah uji klinisnya dan samplenya memenuhi syarat.
Selain itu, pemerintah Indonesia akan terus melihat perkembangan vaksin di Rusia ini apakah benar-benar vaksin yang efektif.
"Yang pasti, yang saya tahu dari berita, vaksin covid-19 nanti yang resmi artinya boleh dipakai secara massal itu harus yang di-approve oleh WHO apalagi kalau lintas negara," kata dia.
"Mungkin kalau dalam negara cukup di BPOM. Tapi begitu lintas negara, WHO harus memberikan penilaian. Yang pasti kita lihat dulu perkembangan vaksin di Rusia ini apakah benar-benar vaksin yang efektif," tandasnya.